30 | Raina si gadis baik

694 93 7
                                    

Banyak tatapan aneh yang kini dilayangkan ke arah dada telanjang Zevan, lelaki itu dengan percaya dirinya bertelanjang dada di pagi hari bahkan sebelum sang mentari terlihat tiba dari ufuk timur.

"Kau gila?" Leon memekik sambil mengunyah nasi pecel, sarapannya.

"Aku gerah!" Zevan berlagak mengibas-ibaskan tangan.

Nara berdecih. "Mulutmu bisa berbohong, tapi lihatlah bulu-bulu di tubuhmu itu sudah berdiri tegak seperti tersengat listrik."

"Benar, dimana bajumu?" saut Bian.

Zevan terdiam, ia berpikir untuk mencari alasan. "Em, menyumbangkan ke seseorang yang membutuhkan."

"Sudahlah aku akan mengambil bajuku di bus."

Zevan berjalan pergi tanpa malu, meskipun tak menggunakan sehelai apapun untuk menutupi dadanya yang bisa membuat kaum hawa berjerit ria.

"Tapi Raina dimㅡ"

"HAI SEMUANYA!!"

Ucapan Bara terpotong karena Raina yang tiba-tiba muncul di depan mereka dengan penampilan yang berbeda. Bukan dress putih selutut lagi yang ia kenakan, tapi kaos oblong putih yang terlihat kebesaran dan celana hotpants jeans berwarna biru.

Setelah menyadari keadaan, Nara mengangguk paham. "Oh jadi ternyata kau orang yang membutuhkan itu."

Bara masih mencerna ucapan Nara, sedangkan Leon yang mulai paham entah kenapa seseolah ada yang terbakar di tubuhnya, mungkin hatinya?

Lelaki itu menggigit kesal sendoknya.

Sedangkan Bian ia terdiam.
"Kamu kenapa ganti baju Rain?"

"Jadi gini."

Raina menceritakan semua peristiwa yang mengalaminya secara detail dari awal hingga akhir dari ujung hingga akar cerita, ia jelaskan dengan baik. Setelah mendengar penjelasan gadis itu semua mengangguk paham

"Jadi, Tasha dimana sekarang?" Raina bertanya.

"Pergi ke toilet sama Clara," jawab Bian.

Raina ber Oh ria ia mengangguk paham dan mulai memperhatikan sekelilingnya lagi, mencari seseorang.

"Rain duduk sini, sarapan dulu." Bian memberikan satu mangkok bubur ayam.

"Ah iya." Raina menerimanya, kemudian memakan.

Matanya masih meneliti sekitar.
"Zevan mana?"

Leon yang bersiap pergi untuk merokok ia mendongakkan dagunya ke arah depan menunjuk keberadaan Zevan yang tengah berjalan menuju mereka.

"Aku merokok dulu." Leon pamit.

Nara memakai kaca-mata hitamnya.
"Aku ikut!"

Melihat gadis bernama Nara mengikuti langkah Leon, tanpa basa-basi Bara juga mengikuti langkah gadis itu, untuk memastikannya agar tidak merokok.

Zevan mendaratkan bokongnya di kursi depan Raina. "Dimana semuanya?"

"Merokok," jawab Bian.

Lelaki yang mengajukan pertanyaan itu mengangguk, lalu beralih untuk memakan bubur ayam yang sudah diklaim sebagai miliknya. Mengambil kerupuk lalu mendongakkan kepala, netranya tertarik pada seseorang yang kini duduk di hadapannya. Raina, gadis itu terduduk diam memakan bubur ayamnya sembari menatap pantai dan menikmati pemandangan matahari yang akan segera terbit.

Gadis yang biasanya selalu memakai dress untuk pakaiannya sehari-hari dan kini ia tengah mengenakan kaos oblong putih, hal itu terlihat sangat asing di mata Zevan.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang