"Semalam, kau tidur dengan Zevan?"
Raina terkejut. Ia sedikit lamban untuk mencerna pertanyaan Bara.
"Zevan memang tidur disini, tapi aku tidak tidur bersamanya.""Oh." Bara melangkah kembali menuju apartemennya yang berjarak 10 langkah dari apartemen Raina.
"Tapi kenapa kau menanyakan itu?"
Bara menoleh. "Hanya ingin."
"Ngomong-ngomong kau pengangguran? Kenapa jam segini masih berada di rumah."
Bara menghela nafas kesal lalu kembali menoleh. "Kau harus mengaca, Raina."
"Ah benar aku juga pengangguran," balas Raina cengengesan yang tidak ditanggapi Bara dan masuk ke apartemennya begitu saja.
"Kau harus mengaca, Raina," ujar Raina mengulang ucapan Bara yang terdengar aneh di telinganya.
"ASTAGA!"
"Dia mengingat namaku." Raina tercengang. "Astaga akhirnya dia memanggil namaku!!"
Raina segera menutup pintu apartemennya namun hal itu juga ditunda seketika karena matanya menangkap Bian yang tengah lewat di depan pintu apartemennya.
"Hai Bian!" Raina tiba-tiba muncul di balik pintu lalu Bian menoleh.
"Hai," balasnya datar, dengan memaksakan senyum kecil.
"Mau kemana?" Raina menatap sebuah tas besar yang bergantung kokoh di bahu Bian.
"Kerja."
Raina ber Oh ria. "Kerja apa?"
"Fotografer."
"Wah keren! Aku tidak bisa membayangkan betapa kerennya kau saat memotret!"
Bian tersenyum kecil. "Terimakasih."
"Memotret apa, Bian?"
"Manusia?" jawab Bian ragu.
Raina terkekeh kecil terlihat lucu melihat ekspresi Bian yang bingung.
"Kalau begitu kau bisa memotretku aku kan juga manusia!" seru Raina antusias.
Bian menggeleng. "Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Karena kau bukan model."
Bruk. Hancur sudah ekspetasi Raina. Ia tertawa canggung dan menggaruk rambut yang sama sekali tidak gatal.
"Oh iya pasti kau hanya memotret manusia yang menjadi model."
Raina teringat akan sesuatu, matanya kembali berbinar.
"Oh! Kalau begitu aku akan menjadi model! Kebetulan aku sedang mencari pekerjaan!"
Bian menggeleng lagi. "Itu juga tidak bisa."
"Kenapa?" tanya Raina heran.
"Karena kau pendek."
PEN-DEK.
Bian baru saja mengatakan Raina itu pendek.
"Hahahㅡupss." Leon menghentikan tawanya ketika Raina menoleh ke arah sumber suara tawa itu.
"Kau menertawakan ku?!" geram Raina.
"Maaf aku tak bisa mengendalikannya, itu terlalu lucu untuk diabaikan," balas Leon dengan tawa yang terlihat ditahan.
Raina melemparkan pisau dari tatapan tajamnya ke Leon, sedangkan yang sedang ditatap masih saja berusaha menahan tawanya.
"Kau mau berangkat kerja?" tanya Leon
Bian mengangguk.
"Baiklah! Ayo aku nebeng!"
Raina memutar bola matanya kesal. "Cih tidak punya mobil saja banyak gaya," cibir Raina membuat Leon menoleh dengan cepat.
"Mobilku yang bermerek LAMBORGHINI itu sedang di bengkel." Leon menekan suaranya ketika menyebut merek mobilnya.
Ya tidak ada alasan lain, hanya ingin pamer.
Raina yang sudah malas menanggapi langsung masuk ke apartemennya dan dengan sengaja menutup pintunya dengan keras.
"Kenapa semua orang tampan harus menyebalkan?!" geram Raina.
Kemudian ia berjalan menuju sofa setelah mengambil beberapa camilan dan menyalakan tv untuk meredamkan amarah.
"Leon Davin dianggap menjadi remaja inspirasi nomor satu di indonesia oleh netizen karena kembali memenangkan juara 1 olimpiade lari nasional...."
Raina mengunyah camilannya.
"Atlet lari? Aku baru tahu kalau ada atlet setampan itu.""Tetapi kenapa wajahnya terlihat tidak asing?" Raina mengingat-ingat dengan mulut yang masing mengunyah camilan.
Setelah berpikir cukup lama Raina akhirnya mengingat bahwa seseorang yang ia kenal mirip dengan atlet lari itu.
"Ah! Dia mirip tetangga yang kurang ajar tadi!"
"Leon!" Raina juga baru ingat ternyata nama atlet lari tersebut juga Leon.
"SEBENTAR!" Secepat kilat Raina meraih remot dan menaikkan volume tvnya.
"Ini semua berkat dukungan teman-teman dan keluarga...."
Suranya terdengar seperti suara Leon, tetangganya.
Eh tidak kan?
Tidak mungkin!
Camilan Raina terjatuh begitu saja.
"ASTAGA! JADI LEON ITU ATLET LARI?!!"Raina menenangkan bulu kuduknya yang tanpa aba-aba merinding dengan sendirinya, ia tidak pernah menyangka akan bertetangga dengan atlet lari professional. Dan faktanya yang membuat ia lebih merinding, beberapa menit lalu ia baru saja dimaki dan saling memaki dengan orang yang baru saja ia lihat di layar tv.
"Jadi Bian itu fotografer dan Leon itu atlet lari? Wah tetanggaku memang tidak main-main!"
Raina meraih salah satu handphonennya dan mulai mencari-cari tentang atlet lari bernama Leon Davin di internet. Dan setelah membaca cukup informasi ada satu kesimpulan di otak Raina.
Leon sangat terkenal.
"Wah bahkan ada nama fanbase untuk Leon! Davinie? Astaga sangat menggelikan!"
Tiba-tiba Raina terdiam seketika, ia tetlihat berpikir dan mulai menampakkan senyumannya yang penuh arti.
"Hahaha, saatnya memanfaatkan Leon!"
.....
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Tetangga!
Dla nastolatkówRaina datang sebagai tetangga dari keempat lelaki tampan itu. Di apartemen tua, dimana terdapat empat lelaki yang berwujud layaknya seorang pangeran dingin itu mulai terusik dengan kehadiran seorang gadis lancang yang tiba-tiba muncul sebagai tetang...