46 | Bara menghilang

614 88 9
                                    

"RAINA!! AYAH PULANG!"

Semua pasang mata teralihkan atensinya seketika ke arah pintu rumah, menunggu kemunculan si pemilik suara. Tidak tahu saja mendengar suara itu membuat tubuh Zevan merinding dari ujung kepala hingga ujung kaki, suara ayah mertua membuat dari helai demi helai bulu kuduk bangun, tidak tahu kenapa. Sedangkkan Raina sendiri terdiam membeku, apa maksudnya?

"Ayah?"

Tak lama setelah suara berat yang menggema itu terdengar, terlihat dari arah pintu munculnya seorang lelaki bertubuh kekar namun dengan senyuman hangatnya menyambut anak kesayangan, sayangnya senyuman itu tak bertahan lama setelah menyadari ada 4 pemuda yang kini berhadapan dengan anak gadisnya.

"Aㅡayah?" Raina berdiri, lalu menatap Bundanya dengan tatapan penuh tanda tanya.

Katanya mereka sudah pisah, lalu ini apa? Reuni atau bagaimana?

"Ini mereka siapa?" Ayah Hasan berjalan santai menghampiri para tamu, mengabaikan keheranan yang kini terlintas di benak Raina.

"Ayah jawab aku dulu, ini maksudnya apa?!"

"Ini prank dungu!" Rara melempar kulit kacang gemas dengan kebodohan adiknya

Rara tak habis pikir bagaimana bisa Raina mempercayai lelucon itu, bahkan hiu betina saja pasti akan tahu kalau semua ini hanya lelucon.  Rara juga tidak habis pikir bagaimana bisa dirinya dan Raina amat berbeda.

Dirinya yang pandai, dan Raina yang bodoh.

Yang penting percaya diri dulu, kan?

Raina terduduk pasrah. "Lㅡlelucon? Semuanya hanya lelucon tapㅡ"

"Yah kau pasti bingung yang di cafe itu, kan?" Raina melotot kaget, bagaimana bisa kakaknya tahu soal itu?"

"Itu juga lelucon? Tapi bagaimana bisa? Siapa perempuan di cafe itu?" Pertanyaan Raina terus beruntut keluar dari mulutnya melampiaskan semua tanda tanya.

Sedangkan keempat tetangga Raina yang berada di situ hanya diam menyimak kehebohan keluarga ini, ternyata seru juga, menonton ini lebih seru daripada menonton film adzab majikan biadab.

"Kau tidak ingat? Perempuan di cafe itu bibi Dina, Rain!" Bunda ikut antusias menjelaskan.

Raina menggaruk keningnya yang pening. "Bibi Dina siapa?"

"Bagaimana bisa kau tidak ingat sayang, bibi Dina pernah menggendongmu setelah satu bulan kau lahir."

"Yㅡya bagaimana aku bisa ingat Bunda!"

Sekarang Zevan tahu, darimana asal sifat aneh Raina.

"Intinya semua ini hanya prank?" Raina kehilangan tenaga, kini seseolah ia seperti mayat hidup.

"Tapi lelucon kalian tidak lucu!" Mata gadis itu tiba-tiba beralih ke Zevan.

Dan ternyata Zevan baru tahu alasan gadis itu pernah ingin mengakhiri hidupnya di rumah sakit, ternyata ini alasannya.

"Ah sudahlah aku marah!" Raina mengerucutkan bibir, berlagak merajuk.

"Raina aku membawakan 10 pack donat untukmu!" Ayah Hasan mengangkat kresek hitam yang ia bawa membuat gadis kesayangannya tak bisa menahan senyum.

"Ah! Ayah paling bisa kalau membuat Raina luluh!" Dengan cepat Raina berlari menghampiri Ayahnya.

Ayah hasan sudah merentangkan tangan bersiap untuk dipeluk sang anak kesayangan, justru anak laknat itu mengambil donatnya saja.

"Raina!!" geram Ayah Hasan membuat Raina terkekeh geli lalu memeluknya.

Setelah acara berpelukan yang dramatis layaknya telletubies, akhirnya aura menakutkan Ayah Hasan kembali lagi, lelaki berbadan kekar itu duduk di sebelah istrinya dan menatap keempat pemuda yang kini berada di hadapannya.

Raina benar-benar menahan tawanya melihat perilaku kikuk mereka.

Bara yang berpura-pura memainkan handphone agar tak berkontak mata dengan Ayah Raina, kemudian Leon yang sedari tadi menunduk tidak tahu kenapa, lalu Bian yang sedikit melirik ke arah Ayah Hasan di tengah sibuknya ia berbincang dengan Rara, sedangkan Zevan yang berani menatap jelas manik mata Ayah Hasan.

Kalian tidak tahu keadaan jantung Zevan sekarang, ini lebih mendebarkan daripada saat ia berdekatan dengan Raina.

Sebentar, kenapa ia berdebar karena Ayah Raina? Tidak mungkin kan kalau ia sukㅡ

Stop, itu tidak mungkin.

"Jadi kalian ini siapa?" tanya Ayah Raina santai namun terlihat mencekam di telinga keempat pemuda itu.

"Kami tetangga Raina," jawab Bian mewakili.

Ayah Hasan menyilangkan tangannya di depan dada menambah aura kejamnya lalu menunjuk pemuda yang terlihat paling berani, Zevan.

"Namamu?"

Zevan meluruskan punggung tegap.
"Nama saya Zevan."

"Umur?"

"24 tahun,"

"Pekerjaan?"

"Aktor sekaligus model,"

Bagi Zevan keadaan ini lebih menegangkan daripada saat ia menunggu hasil usg kehamilan kucingnya.

"Aktor, kok saya rasa wajah kamu familiar ya?" Ayah Hasan berdeham lalu berpikir.

"Oh kamu yang mencium anak saya?!"

Deg.

Zevan sungguh berdoa agar suara detak jantungnya tidak bisa terdengar dan ia sungguh berdoa agar jantungnya tidak meleset ke lambung.

"Aㅡayah itu," gagap Raina.

"Iya saya orangnya!" jawab Zevan mantap membuat semua orang melotot kaget.

Ini akan menjadi sejarah baru di kehidupan Raina.

Bukannya marah justru Ayah Hasan terkekeh mendengarnya.

"Saya suka kamu,"

Hah? Semuanya tolong jelaskan ucapan Ayah Hasan agar tidak membingungkan otak Raina yang dangkal ini, kalau Ayahnya suka Zevan, lalu Bunda mau diapain?

"Saya suka rasa percaya diri kamu!"

Oh, percaya diri.

"Kalian jangan terlalu tegang, saya cuma bercanda kok!"

Setelah Ayah Hasan mengatakan itu, keadaan yang mencekam mulai melebur hangat didampingi canda dan tawa melupakan waktu yang menujukkan bumi sudah gelap gulita.

"Sepertinya kami mohon pamit pulang dulu, Om dan tante," pamit Bian sopan, ketiga temannya juga ikut berdiri ingin berpamitan.

"Loh kalian gak nginep aja?" tawar Bunda.

"Tidak perlu Bunda, kita besok juga bekerja," tanggap Zevan mengundang anggukan Bunda paham.

Setelah acara berpamitan kini Raina dan keluarganya mengantar kepulangan keempat lelaki itu dari teras rumah, untuk malam ini Raina memilih menginap.

Masih beberapa langkah setelah mereka beranjak menaiki kendaraan masing-masing, tiba-tiba segerombolan lelaki berbaju hitam datang menghampiri Bara, lelaki itu yang tidak tahu akan keberadaan semua orang yang hendak menangkapnya akhirnya ia tertangkap dengan mudahnya.

Melihat Bara ditarik paksa tentu ketiga temannya tidak ingin berdiam diri saja, mereka melawan namun terlalu banyak lelaki berbaju hitam yang ingin membawa Bara.

Bara pergi setelah itu meninggalkan sepetak tanda tanya pada semua orang yang menjadi saksi kepergiannya, ia menggeleng ke arah temannya seseolah memberi isyarat untuk jangan membantunya.

Bara itu kenapa? Mereka bertanya-tanya.

Lalu sejak saat itu, Bara menghilang.

.....

Hai sejauh ini kalian tim siapa?
Tim Bian, Leon, Bara, atau Zevan?

TBC.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang