Epilog

2.8K 158 38
                                        

"Pengantin wanita segera memasuki aula pernikahan."

Pintu terbuka lebar-lebar, sinar matahari menerobos masuk ke dalam ruangan menampilkan seorang wanita cantik dengan gaun putih mewah yang tengah berjalan dengan bunga digenggaman tangannya, semua mata menuju ke arahnya termasuk si pengantin lelaki.

"Wah, Nara terlihat seperti dewi!" Raina memekik kagum.

"Hm, biasa saja," tanggap Zevan yang membuat Raina memutar bola matanya. "Mungkin lebih cantik bila kamu yang pakai."

Meskipun sekuat tenaga menahan senyuman, tetap saja pipi yang memerah tak bisa mengendalikan rasa malunya. Entah sudah beberapa kali lelaki itu mengeluarkan kalimat mautnya yang membuat jantung Raina tak terkendali.

"Hai!" sapa Rara yang baru tiba bersama Bian.

Sebentar, kenapa kakak Raina itu menggandeng tangan Bian, apa Raina salah lihat?

Rara mengeratkan pegangannya.
"Aku datang bersama kekasihku," ujarnya terdengar pamer.

Raina berdecih lalu menggenggam tangan Zevan tiba-tiba. "Aku datang bersama tunanganku! Wle!"

Melihat kelakuan kedua kakak beradik itu membuat Zevan dan Bian tersenyum gemas dibuatnya.

"Hai, aku datang seorang diri," saut Leon tiba-tiba dengan nada dramastis.

"Hey dimana artis yang dirumorkan menjadi kekasihmu?" goda Rara.

"Ah dia, em, itu hanya rumor! Hanya rumor!"

"LEON!" panggil seorang wanita cantik yang berjalan ke arah mereka.

"Oh yang ini maksudmu hanya rumor?" sindir Raina.

"Astaga Zevan? Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini!" ujar Ghea antusias.

Ghea dan Zevan pernah bermain film bersama, jadi mereka sudah akrab, namun bagi Zevan ia hanya kenal namun tidak akrab.

Zevan mengangguk saja.

"Hey bukankah kita terlalu asik sendiri sampai melupakan pengantinnya?" timpal Bian membuat semua orang seketika memperhatikan kedua pengantin yang tengah melaksanakan upacara pernikahannya itu.

Setelah mengucap janji-janji pernikahan dan semua kegiatan yang mengikutinya, Bara dan Nara berkeliling untuk menyapa tamu.

"Bagaimana kalau kita duduk disini?" Raina menunjuk meja yang kosong.

"Ide bagus, ayo duduk." setuju Ghea kemudian semuanya duduk bersamaan.

"Aku masih terkejut karena Bara tiba-tiba menikah dadakan seperti ini," ucap Leon.

Bian meneguk minumannya. "Bara bilang dia akan dibebaskan dari keluarganya bila memberi kakeknya cucu,"

"Lalu katanya kalau tahu dari dulu yang diinginkan kakeknya adalah cucu, maka ia akan menikah lebih cepat dengan Nara," jelas Bian.

"Lalu apa Bara sudah dibebaskan dari tugasnya untuk meneruskan perusahaan?" kali ini Zevan yang bertanya.

"Kurasa dia tidak sepenuhnya dibebaskan dalam tugasnya yang itu, ia meneruskan perusahaan dengan caranya sendiri dan tanpa dikekang."

Raina ber-Oh-ria dan mengangguk paham. "Syukurlah aku senang Bara akhirnya mendapatkan kebahagiannya."

"Bukankah kalian terlalu fokus saat membicarakanku?" Bara menghampiri meja mereka, tentunya bersama sang istri, Nara.

"Wah, kau benar-benar cantik Nar!" puji Raina sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Terimakasih."

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang