53 | Katanya sih reuni hati

931 110 10
                                        

"Halo tetangga!"

Keempat lelaki yang jalan beriringan di lorong itu menoleh, lalu tersenyum. Sangat berbeda dengan suasana saat pertama kali mereka bertemu.

"Hai aku Raina! Tetangga baru kalian, panggil aja Rain tapi jangan panggil hujan hehe!" Raina mengulurkan tangannya.

"Berisik," tukas Bara.

Raina terlihat kecewa dan menarik kembali uluran tangannya.

"Salam kenal," timpal Bian yang membuat sebuah senyuman muncul lagi di bibir Raina.

"Hujan, bisa minggir tidak?" ucap Zevan dengan suara dinginnya.

Leon menatap Raina.
"Kenapa?" herannya

"Hujan, nama yang bagus."

Mengingat kenangan itu membuat sebuah senyuman hangat muncul di bibir Raina, justru Zevan melihat senyuman itu ia mengernyitkan alis dibuatnya, pasalnya gadis itu tak cocok dengan konsep mellow-mellow seperti ini, Raina lebih cocok dengan senyuman ceria yang bagi Zevan itu senyuman terindah di dunianya.

"Kenapa kau seperti itu?" heran Leon.

"Aku teringat saat kita pertama kali bertemu."

Bian terkekeh. "Pasti kau teringat saat mereka kasar denganmu ya?"

"Hey! Jangan berlagak seseolah kau tidak pernah kasar ke Raina," ketus Zevan seperti melemparkan sebuah tombak tajam ke hati Bian.

Ia sadar diantara yang lain, dialah yang lebih sering menyakiti perasaan Raina. Terkadang memang perbedaan menyayangi dan menyakiti itu beda tipis, tergantung bagaimana kamu menyikapinya.

"Eh bagaimana kalau kita berpiknik hari ini? Untuk merayakan batalnya perobohan Asakita!" Leon merentangkan tangannya dramastis.

"Tidak aku sudah ada janji dengan Raina malam ini," tolak Zevan.

"Janji? Kencan maksudmu?" Bian menanggapi membuat Zevan menyilangkan tangan di depan dada dan mulai tersenyum bangga.

"Kalau kau ingin menyebutnya seperti itu, juga tak masalah."

"Apaan! Kami tidak kencan, hanya bertemu dengan Kak Satya dan Dora," bantah Raina.

Zevan menarik lengan Raina. "Ayo."

"Sekarang? Hey aku belum siap-siap."

"Tidak ada waktu."

Zevan membawa Raina pergi begitu saja meninggalkan ketiga temannya yang terlihat masih diselimuti tanda tanya di lorong apartemen, lelaki itu membukakan pintu mobil lalu membiarkan gadisnya masuk.

Brak!

Zevan mengenakan safety belt.
"Sabuk pengamanmu," ujarnya mengingatkan Raina yang justru mengernyitkan alisnya bingung sekarang.

"Hey, kau mau aku menemui kak Satya dan Dora dengan keadaan seperti ini?" Tentu saja Raina akan malu bila datang dengan keadaan yang buruk seperti sekarang, ia masih mengenakan baju yang dikenakan saat demo tadi, ditambah lagi, dia belum mandi!

Zevan benar-benar gila.

Eh tapi Zevan juga belum mandi, jadi agak tak masalah karena Raina memiliki teman seperbelum mandian, masalahnya Zevan masih terlihat tampan meskipun belum mandi, beda cerita lagi kalau Raina yang belum mandi!

"Kenapa? Kau cantik."

"Iya aku tahu kalau aku cantik," setujunya narsis. "Tapi aku belum mandi Zevan!!"

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka saat melihatku." Raina memijit pelipisnya.

"Kita tidak akan bertemu dengan mereka."

Raina menoleh memasang mimik wajah heran. "Apa? Kau bilang kita akan menemui mereka."

"Itu hanya alasanku."

Astaga, masa bodoh tentang tujuan dari alasan Zevan. Yang penting bila ini bukan masalah bertemu dengan Satya dan Dora, maka Raina sangat ingin pulang. Sedetik setelah Raina berniat ingin membuka pintu mobil, Zevan mendahului aktivitasnya dengan memasangkan safety belt ke Raina.

"Lalu, kita mau kemana?" pasrah Raina, yang dijawab Zevan dengan berbisik, "Reuni hati."

....

Raina masih tidak paham dengan maksud Zevan yang katanya reuni hati. Apa duduk di atas gentengㅡralatㅡmaksud Raina rooftop, ya kini mereka berdua duduk bersama di rooftop sebuah gedung tua yang sepertinya sudah tak berpenghuni.

Kata ' Reuni hati ' tak tepat untuk menggambarkan keadaan sekarang, bagi Raina, ia sedang diuji nyali untuk Reuni pengalaman horornya saat Asakita mengalami pemadaman yang lalu, kenapa juga Zevan memilih tempat menyeramkan ini ditambah lagi duduk diujung rooftop yang membuat kaki mereka bergantung, mungkin kalau mereka didorong semut dari belakang sekarang, pasti nyawa akan tebas melayang seketika. Ya bagaimana tidak! Mereka sekarang berada di gedung lantai 15.

"Zㅡzevan, aku turun ya." Raina bergemetar melihat padatnya lalu lintas dari bawahnya.

Zevan memejamkan mata. "Kenapa bukankah ini menyenangkan?"

"Menyenangkan pantatmu!"

Sret!

"EH ZEVAN!!"

Zevan jatuh, begitu saja. Mata Raina berkedut menatap kerumunan manusia yang menghampiri lelaki yang terjatuh dari gedung tinggi itu, darahnya mengalir deras, dan detik itu Zevan sudah tewas.

Hush! Hush! Hush!

Jauhkan lamunan burukmu Raina!

Gadis itu menoleh lelaki yang masih berada di sampingnya.

"Zevan kurasa kita jangan duduk disini, aku jadi berpikir yang tidak-tidak!"

Bruk!

Zevan berbalik badan lalu melompat turun dari duduknya lalu mengulurkan tangannya untuk Raina.

"Ayo," titahnya.

Raina menggapai tangan Zevan, lalu turun perlahan.

Nah sekarang mereka baru bisa menikmati sejuknya angin dengan aman.

"Tapi apa maksudmu reuni hati?" Raina memejamkan mata, merasakan hembusan angin yang berdesir dingin di wajahnya.

Zevan terkekeh. "Reuni hati itu menebus rinduku bersamamu."

Raina membuka matanya lalu menatap Zevan yang sudah terdiam beku terpikat manik mata indah Raina.

Saat itu, mereka berdua terdiam sunyi, disaksikan oleh para Bintang yang tengah meriahkan malam, dan juga oleh Bulan yang melengkapi, menyaksikan dengan bisu yang katanya Reuni Hati.

"Kau mau permen karet?" Zevan memecah lamunan mereka.

Raina mengambil sebungkus permen yang Zevan berikan. "Terima kasㅡ"

Otak Raina terjeda di ingatan tentang permen karet saat syuting iklan bersama Zevan, padahal gadis itu sudah berusaha mati-matian untuk melupakan memori itu, tapi dengan seenak jidatnya Zevan membuatnya mengingat lagi, dengan sengaja.

Zevan mendekatkan bibirnya ke telinga Raina, kemudian berbisik, "Ingin reuni permen karet juga?"

....

Hai ada yang baca gak sih? Oh oke gaada juga gapapa/tersenyum miris/

Oke aku disini gak mau drama, cuma mau bilang kita akan sampai di kata tamat dalam 1 bab lagi!!

Secepat itu gak sih? Iya menurut aku cepet banget, tiba-tiba udah tamat.

Yaudah karena aku gak suka mengucapkan selamat tinggal maka aku akan mengucapkan sampai jumpa.

Sampai jumpa di Bab selanjutnya!!

Dapat sayang dari aku, kalau kalian mau.

TBC.


Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang