23 | Ya! Aku cemburu!

951 97 3
                                    

"KARENA HANYA AKU YANG BOLEH MELIHATNYA!"

Sial. Kenapa harus kalimat itu yang terucap refleks dari mulut Leon, kini ketiga anak adam itu terdiam membeku, sibuk bergelut dengan tanda tanya di otaknya masing-masing.

"Mㅡmaksudku! Kau tidak bisa melakukannya sekarang!"

"Karena cuacanya terlalu panas, pemanasan seperti itu tidak cocok dan menyebabkan lumpuh pada usia muda! Kau tahu?!"

Pelesetan yang terdengar sangat tidak logis hanya diangguki ragu oleh Raina yang bodoh dan mudah terbujuk.

"Bㅡbaiklah, aku tidak akan melakukannya."

Leon memalingkah wajah berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Kalian bermain dulu saja, aku ingin ke toilet." Leon memilih untuk menghindar dari suasana canggung ini.

"Baiklah, ayo Rain." Bara melemparkan shuttlecock ke arah Raina, dan gadis itu menangkapnya.

Permainan bulu tangkis mereka diawali dengan servis sederhana pada umumnya. Dan permainan tarik ulur yang menggunakan shuttlecock itu berlangsung cukup lama hingga Leon datang dari toilet.

Raina yang merasa sedang asik bermain dengan Bara ia ingin sesuatu yang lebih bila mengingat ia belum mencetak 1 skor pun.

Dengan berbekal ambisi yang kuat, saat shuttlecock meluncur ke arahnya, kaki Raina memijak tanah sebagai tumpuan untuk lompat dan ia melayang di udara kemudain melakukan gerakan smash yang menakjubkan untuk Bara.

Sayangnya, shuttlecock nya tidak mendarat di tanah melainkan mendarat di kepala Bara sehingga menghasilkan suara benturan cukup keras.

Leon yang duduk memperhatikan dari kejauhan ia tertawa puas.

"Hahaha mampus," kekehnya sembari menikmati sekaleng soda.

Lupakan perkataan Leon yang tidak meminum soda di pagi hari, ia benar-benar membutuhkan sekaleng soda untuk menenangkan perasaannya yang sedang kacau sekarang.

"Ah!" pekik Bara meringis kesakitan.

Raina dengan cepat berlari kecil menghampiri lelaki itu.
"Maaf, Bara. Tidak apa-apa?"

Bara masih diam, memegang kepalanya. Melihat raut wajah Raina yang terlihat cemas, Bara menatap netra indah gadis itu.

Kemudian tangan yang awalnya berada di atas kepala itu kini kian terangkat ke arah pergelangan tangan Raina, perlahan tangan Raina terangkat digiring oleh lengan Bara. Dan perlahan lelaki itu mendaratkan telapak tangan mulus Raina di permukaan kepalanya.

"Elusin, biar gak sakit."

Gadis itu sedikit terkejut namun tertawa renyah setelahnya, lalu perlahan ia menggerakkan tangannya mengelus kepala Bara yang disertai dengan rambut lebat yang begitu lembut.

Di tengah gundah tawa Bara dan Raina, ada seseorang yang semakin dibuat tercabik hatinya.

Jangan ditanya bagaimana reaksi Leon sekarang.

Kaleng soda yang tidak berdosa sudah menjadi pelampiasan rasa amarahnya, tanpa sadar tangannya meremas kaleng itu hingga penyok dan melemparnya ke sembarang arah.

"Baranjing."

.....

Di dalam mobil, Raina memperhatikan lelaki di sampingnya yang membuatnya habis pikir, tak seperti biasanya Leon sedari tadi hanya cemberut ria. Padahal sejujurnya diantara keempat tetangganya, Leon yang paling sering tersenyum.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Raina membuka mulut, tak membuat atensi Leon berpindah dari handphone ke arahnya.

"Leon, jawab."

"Tidak."

Raina memalingkan pandangan, kini ia menatap Bara yang sedang membeli minuman.

"Lalu kenapa dari tadi diam saja?"

"Dan aneh sekali kau tidak berolahraga banyak."

"Kenapa juga ingin pulang lebih awal, kita kan masih bisa bermaㅡ"

"Aku bosan." Leon memotong runtutan rengekan Raina yang tak habis-habis.

"Bosan?" Raina melirik Leon usil.

"Daripada bosan bukankan kata cemburu lebih tepat untuk menggambarkan situasimu?" goda Raina berhasil membawa atensi Leon.

Lelaki itu melotot kesal.
"Cemburu? Yang benar saja!"

"Aku tidak akan jatuh cinta kepada orang sepertimu!" bantahnya.

Raina mengaca. "Orang sepertiku?"

"Ya! Orang yang setiap bangun pagi, rambutnya berantakan seperti sarang burung walet!"

"Bagaimana bisa aku suka padamu?" remeh Leon tak main-main.

"Cih, Baiklah! Anggap saja kau tidak menyukaiku dan anggap saja kau tidak cemburu." Raina membuka pintu mobil, beranjak keluar menghampiri Bara.

Dari kejauhan dilihat oleh Leon dari dalam mobil, terlihat Raina mengejutkan Bara usil dan lelaki itu kaget, lalu terlihat gadis itu mengerucutkan bibirnya seseolah mengadu atas perkataan Leon sembari menunjuk-nunjuk ke arah mobil Leon, kemudian lelaki itu, Bara ia mengangguk-angguk paham dan mengelus bahu Raina terlihat sedang menenangkan.

Astaga, sungguh menggelikan.

"Cemburu?" Leon berdecak kesal.

"Ya! Ya! Aku cemburu! Kenapa masih ditanya?!"

.....

Setelah melewati perjalanan dalam keheningan yang menyebalkan, Raina dan kedua lelaki itu akhirnya menginjakkan langkah di kediaman Asakita. Ketiganya menaiki lift bersamaan, masih diam karena gadis yang biasanya berperan sebagai pembawa topik pembicaraan itu kini sedang disibukkan memakan es batu yang tersisa di cup coffe nya.

Pintu lift terbuka, mereka berjalan beriringan, saat itu jam masih menunjukkan pukul 12 siang. Dan berada di waktu terpanas di bumi. Raina memberhentikan aksi makan es batunya setelah menyadari ada wanita asing yang berdiam diri di depan pintu apartemen Bara, terlihat sedang menunggu.

Menyadari ada seseorang yang menghampirinya, wanita itu menoleh. Dan menyadari bila seseorang yang ia tunggu berada di hadapannya, ia berlari ke arah Bara dan memeluk lelaki itu.

"I miss you, Bara." Wanita itu mengecup manis pipi Bara.

Dan Bara yang semulanya terkejut, kini ia tersenyum dan membalas pelukan wanita itu.

"I miss you too."

Raina tertegun, entah pemandangan apa yang sedang ia lihat tapi anehnya itu membuat hatinya sedikit terbakar. Iya sedikit.

Serius, kali ini hanya sedikit.

Tidak tahu besok.

"Akhirnya pawangnya pulang," gumam Leon tersenyum.

.....

Team Leon atau team Bara?

TBC.

Halo Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang