"Setelah Bian sekarang kau menargetkan Leon?" tanya Zevan yang tiba-tiba muncul.
Tentu saja dengan refleks Raina menghentikan goyangan pinggulnya dan Leon menghentikan tawanya.
"Sial, dasar penganggu," gerutu Raina kesal.
"Kenapa kau selalu ada dimana-mana?! Kau mengikutiku?" geram Raina.
"Jangan berbicara seolah-olah kau datang ke Asakita terlebih dahulu. Bila kau tak ingin melihatku, pergi saja."
Zevan naik ke atas treadmill mengatur kecepatannya dan berolahraga, tak lupa juga memasang earphone.
"Ayo, kita berolahraga disana saja." Leon menarik tangan Raina.
Zevan memperhatikan gerak-gerik Leon yang menggiring Raina untuk pergi menjauh darinya, hal itu membuatnya tertawa tak percaya.
"Apa-apaan."
2 jam berlalu.
Bruk!
Leon membaringkan tubuhnya di matras yoga untuk beristirahat setelah lelah mengajari Raina ini dan itu. Sedangkan tenaga Raina yang tak habis-habis, gadis itu masih push up di hitungan ke-356.
"Sudah cukup, kau bisa sakit."
Raina berhenti, ia duduk meluruskan kakinya dan mengatur nafas.
"Minum." Leon memberikan sebotol air mineral untuk Raina.
"Terimakasih."
Raina mengusap keringatnya dengan punggung tangan.
"Leon, kau ada waktu senggang nanti sore?""Sore? Aku ada latihan," jawabnya dengan mata yang terfokus ke handphone.
"Sayang sekali, aku ingin mentraktirmu makan."
Leon mendongakkan kepalanya.
"Tapi aku mungkin senggang nanti malam."Raina tersenyum senang. "Oke! Bagaimana dengan makan malam?"
Leon mengangguk dan sedikit tersenyum, entah sejak kapan ia banyak tersenyum untuk Raina.
Mungkin semenjak goyangan pinggul Raina?
Raina power.
.....
Bian yang baru saja tiba di depan apartemennya seketika tersenyum karena melihat keberadaan gadis yang kini tersenyum ceria di hadapannya. Kini tenaga Bian menambah.
"Hai Bian!"
Bian tersenyum, lagi.
"Hai Rain. Ada apa?" tanya Bian yang menyadari bahwa Raina berada tepat di depan pintu apartemennya."Aku ingin mentraktirmu makan malam ini, bagaimana?"
"Tentu, aku ada waktu luang sekarang."
"Bagaimana dengan latihanmu hari ini?" tanya Bian sembari membuka pintu apartemen."Lumayan lancar, berkatmu."
"Rain, aku sendirian di rumah. Kamu ingin masuk?" Bian membukakan pintu untuk Raina membuat gadis itu tersipu malu.
"Bㅡboleh?" Raina memainkan tangannya canggung.
"Tentu, sambil tunggu aku siap-siap untuk makan malam nanti." Bian mengangguk, lalu menggiring Raina agar masuk ke apartemennya.
Raina dengan langkahnya yang ragu-ragu akhirnya masuk ke dalam apartemen Bian dan duduk di sofa ruang tamu.
"Suasana apartemenmu sangat berbeda dengan apartemen milik Zevan." Raina duduk di sofa sembari melihat-lihat sekitarnya.
Bian yang sedang mengambil beberapa kaleng soda di kulkas itu pun terkejut.
"Kamu pernah masuk ke apartemen Zevan?""Iya, sudah lama."
![](https://img.wattpad.com/cover/270093117-288-k152900.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Tetangga!
Fiksi RemajaRaina datang sebagai tetangga dari keempat lelaki tampan itu. Di apartemen tua, dimana terdapat empat lelaki yang berwujud layaknya seorang pangeran dingin itu mulai terusik dengan kehadiran seorang gadis lancang yang tiba-tiba muncul sebagai tetang...