36 - Ring ?

1.2K 72 0
                                    

Reynan POV

Menjadi manajer bukan berarti tugasku menjadi lebih mudah dan ringan.
Tetapi lihatlah, aku harus berkutat dengan dokumen-dokumen yang menyebalkan ini.
Aku sangat berterimakasih kepada Pak Antonio dan tentu saja pada Ara juga mengenai posisi ini.

Dan satu lagi, Axel.
Dia sudah seperti saudaraku sendiri.
Bahkan dia pernah mengatakan bahwa siapapun yang berani mengusik keluarganya termasuk diriku maka dia akan berurusan dengan Axel.
Aku senang mendengarnya, secara tak langsung Axel sudah menganggapku sebagai saudaranya.

Namun ada yang takdir yang belum bisa ku terima yaitu ibu.
Aku harus melepaskan ibuku, lebih tepatnya ibu angkatku.
Aku sangat menyayangi beliau.
Berbeda dengan ayah angkatku yang berusaha melenyapkanku bersama Rendy, ibu sangatlah menyayangiku dengan tulus.

Ditengah aku mengerjakan dokumen-dokumen yang ada di hadapanku ini.
Terdengar suara pintu diketuk.
Aku menginterupsi supaya si pengetuk itu masuk.

Ternyata Sania.

"Kak, ini laporan bulan ini. Kakak baca lagi coba. Terus Sania minta tanda tangannya" kata Sania

"Oh Baiklah. Nanti biar kakak langsung serahkan Axel saja"

"Oh ya kak, kakak tau nggak kalau hari ini Ara pulang" kata Sania mengejutkanku.

"Ara pulang ? Kamu tau dari siapa ?"

"Tadi Ara nelfon aku katanya....." Belum selesai Sania berbicara aku sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Stop San. Biar kakak sendiri yang memastikan. Terima kasih infonya"

Sania menampilkan muka bete nya ketika aku menyuruhnya diam.
Aku sedikit tersenyum melihat ekspresi Sania yang jengkel itu.

Sepeninggal Sania dari ruanganku, aku langsung menghubungi Ara.
Aku membuka aplikasi Whats*** dan mencari kontaknya.

Terdengar bunyi dering ke tiga, dia mengangkatnya.

"Ya"
"Ar, kau sudah keluar ? Mengapa tak memberitahuku ? Apa kau sekarang di Mansion ?" Tanyaku beruntun.
"Ah, saya lupa. Tidak, saya tinggal di Kediaman Xavier"

Aku lega mendengarnya, namun di sela-sela aku berbicara dengan Ara.
Ada panggilan masuk dari Axel.
Mau tak mau aku harus mengakhiri perbincanganku dengan Ara.
Takutnya ada hal penting yang akan Axel sampaikan.

"Syukurlah, oke nanti ku hubungi lagi. Axel sedang menelponku. Bye"

Aku pun menghubungi Axel.

"Sorry Xel, tadi gue telfon sama Ara. Ada masalah apa ?"

"Enggak, gue cuma mastiin lo baik-baik saja"

Setelah mengatakan itu, Axel langsung mematikan sambungan teleponnya.

Aku memicingkan sebelah mataku sambil menatap layar ponselku.

"Ini otak Axel geser atau gimana ?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Aku mengabaikan kelakuan absurd Axel dan kembali berkutat dengan pekerjaanku.

Skip...

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan angka 4 sore.
Aku bersiap-siap dan bergegas untuk pulang, ralat menjenguk Ara di Kediaman Xavier.

Ketika aku keluar ruangan, aku berjalan menuju meja Sania.
Dia tengah berkemas-kemas juga.
Sepertinya dia marah denganku.
Karna terlihat raut mukanya yang di tekuk dan tadi sempat memutarkan bola matanya ketika pandangannya bertemu denganku.

The Cold Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang