Reynan pov
Aku menunggu Ara di sofa rumah sakit ini selama 2 jam lamanya, sedangkan Sania sudah tertidur dengan memeluk lengan Ara.
Aku perlahan mendekati brankar Ara.
Aku mengamati wajahnya yang sedari tadi terlelap dan belum ada niatan untuk membuka matanya."Gadis cantik" batinku.
Tanganku terulur untuk mengusap pelan rambut Ara.
Perlahan ada pergerakan kecil dari tangan Ara.
Matanya pun sedikit demi sedikit terbuka.
Setelah terbuka sepenuhnya, dia mengerjapkan matanya secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya.Pandangannya seperti kosong.
Ara terus menatap ke depan.
Aku memegang pundaknya."Kamu tak apa ? Haus atau masih ada yang sakit ?" kataku.
Ara menatapku tajam.
"Anda siapa ?" tanyanya datar.
"Gue yang bawa lo kesini. Bisakah lo tak menatap tajam orang disekitar lo"
"Cihhh"
"Bahkan lo tak bilang makasih ke gue"
"Saya tak meminta anda buat bawa saya kesini" katanya super datar.
Ara hendak bangun dari tidurnya.
Namun terhenti ketika merasakan tangan kanannya terasa tertindih sesuatu.
Ara menatap tangan kanannya dan melihat Sania tertidur dengan memeluk tangannya.
Dia hanya mendengus kesal.Aku tau kalo dia ingin mengambil air putih yang terletak di atas nakas, terlihat dari arah pandangnya yang menuju ke air itu.
Dia mencoba mengambilnya dengan tangan kiri, namun sia-sia saja karna tangannya tak mencapainya."Apa susahnya bilang minta tolong" kataku.
"Saya tak butuh bantuan anda"
Aku memutar mataku malas.
"Benar-benar gadis keras kepala" batinku.
Aku pun berjalan mengambil air yang ada di nakas itu.
Aku membuka lacinya untuk mencari sedotan dan untungnya ada.Aku mengarahkan sedotan itu ke Ara.
Dia malah menatapku lebih tajam."Hilangin egois lo. Lo mau mati kehausan ?"
Dia berdecak sebal.
Namun tak lama kemudian dia menerima sedotan itu dan meminum airnya.
Di rasa sudah, dia pun melepaskan sedotan itu, aku pun kembali menaruh gelas nya di nakas."Gue mau pulang, kalo lo butuh apa-apa bangunin aja Sania. Kasian dia selama 2 jam nangisin lo. Kalo nanti dia nyariin gue. Bilang aja gue udah pulang naik taxi. Kalo pulang suruh bawa mobil gue aja. Kunci mobil, gue taruh di nakas"
Dia hanya melengos mendengarkan ucapanku.
Dan aku menghembuskan nafas kasar.
Setelah itu aku berjalan keluar dari ruangannya.Author pov
Setelah kepergian Reynan, Ara terus menatap Sania yang tertidur.
Kelihatan matanya sembab dan sedikit membengkak.
Ara sangat beruntung memiliki sahabat seperti Sania.
Sania benar-benar tulus dan sayang dengan Ara sekalipun Ara sekarang menjadi pribadi yang dingin, kaku, dan kasar.Tangan kiri Ara terulur untuk mengelus rambut Sania.
Hingga membuat Sania terbangun.
Sania masih mengerjapkan matanya.
Begitu pandangan Sania dan Ara bertemu, Sania langsung memeluk sahabatnya itu dan menangis senggukan.
Begitu pelukannya melonggar, Ara mencoba duduk dan dibantu oleh Sania."Jangan lakukan itu lagi Ar" kata Sania membuka pembicaraan.
"Melakukan apa ?" tanyanya cuek
"Menyakiti dirimu sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Girl (END)
Fanfikce"Larilah sejauh mungkin. Tapi perlu kau ingat, seekor singa tak akan melepaskan mangsanya begitu saja" -Ara- Kecelakaan yang terjadi pada usia 12 tahun membuat Ara kehilangan ingatannya pada seseorang yang penting dalam hidupnya. Di tahun yang sama...