Reynan pov
Minggu pagi.
Aku ingin sekedar mengunjungi kedua orang tuaku.
Meskipun aku tau kehadiranku tak diharapkan.
Tapi setidaknya aku masih bisa berbakti dengan kedua orang tuaku dan kakakku.
Mengingat kejadian 7 tahun yang lalu membuatku menghela nafas kasar.Flashback on
"Kak, jangan diambil. Itu buat ngerjain tugas-tugas gue" keluhku.
"Diam, apa yang lo punya itu milik gue. Dan gue yang punya hak atas laptop ini"
"Kak, itu laptop punya gue, gue membelinya dengan susah payah. Gue rela gak jajan selama 6 bulan lamanya demi dapetin laptop itu. Kakak bisa minta ayah dan ibu jika mau. Tapi jangan laptop gue yang diambil"
"Buat apa gue minta ayah dan ibu kalo lo punya, tau tempat deh lo. Kehadiran lo itu tak diharapkan ayah dan ibu, lo tu cuma anak pembawa sial bagi kami"
Mendengar ucapan kakak, aku langsung melayangkan bogeman.
Rendy kakakku langsung tersungkur dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Ayah ibu yang mendengar kegaduhan yang terjadi langsung menghampiriku dan kakakku.
Ibu syok melihat Rendy tersungkur dan mengeluarkan darah.
Sedangkan ayah dengan emosi langsung menampar pipiku 3 kali sampai bibirku pun ikut sobek."Dasar, adik kurang ajar. Apa yang kamu lakukan pada kakakmu?"
"Kak Rendy ingin menjual laptop Rey yang Rey beli sendiri dengan susah payah, yah"
"Kenapa kamu tak memberikannya pada kakakmu ? Dasar anak pembawa sial" kata ayah yang sukses menohok hatiku.
Ayah dan Ibu membantu Kak Rendy berdiri sedangkan dibiarkannya aku sendiri.
Aku sempat menatap wajah kakakku yang tersenyum smirk.Flashback off
Sejak saat itu aku memilih tinggal sendirian di Kos-kos an.
Aku membiayai kuliahnya sendiri dengan kerja paruh waktu.
Sampai aku lulus dan melamar pekerjaan di Xavier Group yang akhirnya diterima.Selama 3 tahun aku bekerja di Xavier Group aku terus mengalami peningkatan jabatan.
Sampai aku jadi tangan kanan Pak Antonio dan bisa membeli salah satu rumah di perumahan Elit.
Melihat keberhasilan yang ku capai, aku tak pernah lupa dengan kedua orang tua ku dan kakakku.
Aku selalu mengirimkan uang setiap seminggu sekali meskipun aku tak tau uang itu digunakan atau tidak.Aku tak ingin mengungkit yang pernah terjadi di masa lalu dihadapan orang tua ku.
Kadang juga aku sempatkan berkunjung di kediaman orang tuaku.
Meskipun rasanya masih sama seperti dulu apalagi kakakku yang terlihat makin benci denganku.Disamping itu aku juga punya tetangga sebelah yang sudah ku anggap seperti adikku sendiri namanya Sania Azalea Putri.
Dia gadis yang cerewet, heboh dan kadang lemot.
Orang tuanya berada di Jogjakarta.
Dia disini sendirian dan baru ku tau ternyata dia adalah sahabatnya Ara, putri dari atasanku yang saat ini sedang aku incar data-datanya.Niatnya aku akan berangkat ke kediaman orang tuaku.
Namun aku menghentikan langkahku ketika melihat depan rumah Sania ada seorang cewek yang mencurigakan.
Aku terus mengamati cewek itu, sampai aku teringat sesuatu.
Aku merogoh ponselku dan membuka galeri foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Girl (END)
Fanfiction"Larilah sejauh mungkin. Tapi perlu kau ingat, seekor singa tak akan melepaskan mangsanya begitu saja" -Ara- Kecelakaan yang terjadi pada usia 12 tahun membuat Ara kehilangan ingatannya pada seseorang yang penting dalam hidupnya. Di tahun yang sama...