Ara pov
"Araa.. " aku menengok kebelakang karna ada yang memanggilku.
Begitu melihat wajah yang memanggilku, aku langsung terkejut.
"Mama.. "Gumamku.
Mama langsung berlari kearahku dan memelukku.
Rasanya masih sama.
Pelukan mama rasanya nyaman sekali.
Tapi entah mengapa aku tak bisa membalas pelukan mama.
Aku masih mematung tanpa bergerak sedikitpun.
Bahkan pandanganku kosong ketika melihat mama."Ara, mama kangen sama kamu sayang. Kamu baik-baik saja kan ? Kamu pulang ke rumah ya nak" kata mama disela-sela isakannya.
Aku masih diam tak menjawab pertanyaan mama.
Rasanya lidahku kelu mengatakan sepatah kata saja."Bolehkah Ara mengatakan bahwa Ara juga kangen sama mama ? Ara rindu pelukan mama seperti ini. Ara rindu dengan apapun yang ada pada diri mama" batinku.
Lagi-lagi masa lalu menghantuiku dan mengambil alih perasaanku.
Aku buru-buru melepaskan pelukan mama."See, Ara baik-baik saja. Tak ada alasan untuk Ara kembali ke rumah" kataku dingin.
Aku langsung berbalik dan menarik Sania keluar dari caffe ini.
Sania bingung dengan situasi yang tengah terjadi saat ini.Aku tau selama perjalanan Sania ingin bertanya tentang masalah di caffe tadi.
Tapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat tatapan tajamku.Sampai di rumah Sania.
Sebelum Sania keluar dari mobil.
Dia berpesan padaku agar hati-hati di jalan.
Aku hanya diam tak menjawabnya.Sampai di sky house aku langsung menuju kamarku dan membanting pintu kamarku tak lupa menguncinya.
Ketika hendak berjalan menuju tempat tidur, ponselku berbunyi.
Ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal.
Aku pun mengangkatnya.
Aku berdehem."Ara kamu keterlaluan. Mamamu pingsan gara-gara kamu. Apa kamu berusaha jadi anak durhaka ? Apa kamu tak sedikitpun merasa kasihan pada mamamu ? Apa mamamu berbuat kesalahan yang fatal sampai kamu sulit untuk memaafkannya ? Selama ini mamamu bekerja hanya untuk dirimu. Ka-"
Aku mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Dan langsung membanting ponselku hingga pecah.Aku berjalan menuju kaca rias di kamarku.
Dengan emosi aku meninju kaca rias itu dengan tanganku sampai mengeluarkan darah.
Tak cukup sampai disitu aku mengobrak-abrik meja riasku hingga make up ku berjatuhan.
Aku marah pada diriku sendiri.Terdengar pintu kamarku diketuk.
"Non, Non Ara kenapa? Non Ara buka pintunya non" Suara Nimas yang terdengar panik.
"PERGIIIII... " Teriakku.
Aku merasa lemas, sampai aku jatuh terjerembab di atas pecahan kaca.
Dagu, pelipis dan lenganku tergores kaca sampai mengeluarkan darah.
Aku tak memperdulikan rasa sakit dari pecahan kaca.
Tanpa sadar aku menangis."Maafin Ara ma, Ara durhaka sama mama" gumamku.
Reynan pov
Aku melihat mobil Mercedes Benz terparkir di halamannya Sania.
Itu adalah mobil Ara.
Setelah Sania keluar dari mobil Ara dan Ara pun telah pergi.
Aku menghampirinya."Hai San. Dari mana ?" sapaku ke Sania.
"Eh, Kak Rey, ketemu sahabat lama kak. Masuk dulu yuk kak" ajaknya.
Aku mengikutinya dari belakang dan langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman.
Aku memang sudah terbiasa seperti ini jika di rumahnya Sania.
Aku berjalan menuju ruang tengah, kulihat Sania lagi menonton tv dan mendaratkan pantatku di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Girl (END)
Fanfiction"Larilah sejauh mungkin. Tapi perlu kau ingat, seekor singa tak akan melepaskan mangsanya begitu saja" -Ara- Kecelakaan yang terjadi pada usia 12 tahun membuat Ara kehilangan ingatannya pada seseorang yang penting dalam hidupnya. Di tahun yang sama...