2 Tahun Kemudian....
Ara pov
Apa ini mimpi ?
Keluarga yang aku impikan sejak dulu pada akhirnya menjadi kenyataan.
Kasih sayang mama dan papa.
Kehadiran Axel yang menjadi pelengkap keluargaku.Aku hanya berdoa agar suasana ini tak direnggut lagi.
Aku bahagia, sangat bahagia.Aku sangat berterima kasih kepada tuhan telah mengembalikan semua yang ku punya dulu.
Meskipun jalan yang kutempuh sangatlah terjal.
Tapi hal itu tak membuatku menyesalinya.Bekas-bekas luka tembak dan sayatan sudah menjadi saksi bisu betapa kerasnya diriku dulu.
Kelamnya duniaku dimasa itu menjadikanku wanita yang mandiri dan tak berperikemanusiaan.
Aku tau itu salah satu kombinasi yang tak baik.
Namun dengan jalan itu, aku menjadi wanita yang tangguh dan tak mengenal rasa sakit.Itu semua berkat orang-orang yang mendukungku dan sedikit demi sedikit mengembalikan karakter asliku.
Terutama Reynan dan Sania yang tak pernah menyerah dan meninggalkanku hanya karna karakter yang kumiliki.
"Jadi mau sampai kapan kamu mau melamun terus, Bell ? Kau tak ingin sarapan ?" Kata Axel mengagetkanku.
Aku hanya memutar bola mataku malas.
Ya, sudah 2 tahun aku tinggal di Jerman atas permintaan Axel.
Akhirnya aku kembali lagi ke tanah airku.Hingga saat ini aku sudah terbangun sejak pukul 5 tadi pagi.
Bahkan tanpa kusadari Axel sudah memasuki kamarku tanpa sepengetahuanku untuk mengajakku sarapan bersama."Tunggu di bawah Axel, nanti aku akan menyusul" kataku lembut
"Please deh, Bel. Lo ngomong jangan pake lembut gitu napa, geli gue dengernya"
"Jadi..."
"Kek biasanya aja, gue kan abang lo. Bukannya sekarang lo terkenal dengan perkataan lo yang pedas dan dingin"
"Kalau begitu keluar dari kamar gue sebelum gue membunuhmu" kataku dengan aura gelap dan terkesan mengancam dengan raut muka datar.
Seketika Axel langsung beringsut mundur tanpa mengucapkan sepatah kata.
Aku terkikik geli melihat wajah Axel yang mendadak menjadi pucat pasi.
Axel sangatlah lucu.
Dan aku bersyukur memiliki saudara seperti dirinya.Aku pun membersihkan diri dan bersiap-siap untuk turun kebawah.
Dan ketika sampai di meja makan, senyumanku begitu mengembang melihat keluargaku lengkap seperti dulu.
"Selamat pagi sayang" sambut mama.
"Good morning dear" sambut papa.
"Guten morgen liebling (selamat pagi sayang)" sambut Axel
Aku berfikir keluargaku mulai agak absurd.
Dengan ogah-ogahan aku menjawab."Selamat pagi juga mama" balasku ke mama
"Good morning too papa" balasku ke papa
"Guten morgen auch Axel (selamat pagi juga Axel)" balasku ke Axel
Aku jengah membalas mereka satu per satu
"Dadi, sampeyan-sampeyan nganggo basa sampeyan dhewe. Oke, aku uga bakal nggunakake basaku dhewe (jadi, kalian menggunakan bahasamu sendiri. Ok, aku juga bakalan menggunakan bahasaku sendiri)" kataku final.
Semua di meja makan tertawa, terlebih Axel sudah tertawa terbahak-bahak.
"Bagus sayang, cinta tanah air" kata mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Girl (END)
Fiksi Penggemar"Larilah sejauh mungkin. Tapi perlu kau ingat, seekor singa tak akan melepaskan mangsanya begitu saja" -Ara- Kecelakaan yang terjadi pada usia 12 tahun membuat Ara kehilangan ingatannya pada seseorang yang penting dalam hidupnya. Di tahun yang sama...