34 - Real Family

2.4K 127 7
                                    

Reynan pov

Setelah acara penyambutan itu selesai.
Aku dan karyawan lainnya kembali keruangan masing-masing dan kembali berkutat dengan berkas-berkas menguras otak itu.

Setelah beberapa jam.
Kulihat arlojiku menunjukkan pukul 15.30.
Berarti 30 menit lagi adalah jam pulang kantor.

Aku kembali menatap layar komputer mengingat pekerjaanku sangatlah banyak.

Tapi tiba-tiba ponselku berdering tanda ada panggilan masuk.
Dan ternyata panggilan itu dari Axel.

"Halo pak"
"Lo manggil gue pak, gue kerek lu di tiang bendera"
"Lah, lo kan atasan gue Xel, ya wajar dong kalo di kantor gue manggil gitu"
"Nggak..nggak.. Panggil gue seperti biasa aja, lo hanya boleh manggil pak ketika kita sedang rapat aja"
"Hmm, ada apa ?"
"Sini lo, keruangan gue. Cepet gak pake lama"

Aku mengumpat tak jelas ketika Axel menyuruhku ke ruangannya.
Bagaimana tidak, banyak berkas yang belum ku selesaikan dia manggil seenak jidatnya.
Lagian ini sudah jam pulang kantor.
Bahkan rencananya aku bakal lembur hari ini.

Sampai di ruangan Axel, aku mengetuk pintunya dan terdengar suara untuk menyuruhku masuk.
Ternyata Sania juga sudah di ruangan Axel.

"Heh, kutil badak. Sini lo" kata Axel menyuruhku mendekat.

Benar-benar Axel ini membuatku mengelus dada.

"Apa Xel ?" Tanyaku sabar

"Wkwkwkwk, berarti bener lu kutil badak" kata Axel sambil tertawa terbahak-bahak.

"Untung bos gue, kalo nggak. Udah gue masukin jurang tu orang" batinku.

Namun ditengah Axel tertawa, Pak Antonio menjitak kepala Axel.

"Gak sopan kamu Axel, minta maaf ke Reynan sekarang" kata Pak Antonio sedangkan batinku sudah tertawa terbahak-bahak.

"Iya-iya pa, Axel cuma bercanda kog. Rey sorry ya, I'm just kidding" kata Axel.

"Hahaha, Nope Xel. Btw, ngapain lo nyuruh gue kesini ? Ada Sania pula" tanyaku

"Lo mau ikut nengok adik gue nggak ?"

"Ara ?"

"Bukan, Maimunah Rey. Yaiyalah adik gue selain Bella siapa lagi coba ?"

"Iya, gue ikut"

Ara pov

Aku telah sadar tapi enggan untuk membuka mata.
Tenggorokan ku rasanya sangatlah kering.
Mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi.

Ah penembakan di kantor papa.
Aku mengingat semuanya.
Bahkan tentang Axel saudara kandungku.
Rasanya ingin menangis ketika mengingat semua perlakuanku terhadap orang tuaku.
Aku mengabaikan orang tua ku, tak menganggapnya bahkan aku telah bersikap dingin terhadap mereka dan memusnahkan nama Bella, nama kebanggaan orang tuaku.

Aku merasa berdosa dengan mereka, terutama dengan Mama.

"Aku mohon pengampunan, ma, pa" batinku

Tanpa kusadari air mataku berlinang.
Dan itu telah di ketahui oleh mama dan Axel.

"Ara, kamu sadar nak ?" Kata mama

Ku buka mataku secara perlahan menyesuaikan cahaya sekitar.
Aku mendapati wajah Mama, Papa dan Axel yang tersenyum bahagia.

"Ma, haus" kataku lemah.

Mama dengan cekatan mengambilkan aku minum dengan pipet nya.
Aku mencoba duduk diatas brankar.
Awalnya Mama tak memperbolehkan, namun aku menatap mama dengan tatapan memohon akhirnya diperbolehkan.
Papa dan Axel pun membantuku duduk.

The Cold Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang