33 - New Page

2.2K 151 12
                                    

Reynan pov

Hampir 5 jam aku menunggu kesadaran Ara.

"Mau sampai kapan kalian berdua menindih kedua tangan putriku ?" Tanya bu Viera.

Karna sudah 5 jam lamanya aku dan Axel memegangi tangan Ara.
Axel tertidur pulas dengan berbantalkan lengan tangan kanan Ara.
Sedangkan aku juga melakukan hal yang sama seperti Axel lakukan.
Bedanya aku di lengan kirinya.

"AXEL, REYNAN BANGUN....!!!" Bentak Bu Viera

Aku langsung tergelonjak saat bu Viera. membentakku.

"Tumben Bu Viera membentak" batinku.

"Maaf bu, saya ketiduran. Jadi gak sengaja menindih tangan Ara" kataku.

Bu Viera hanya tersenyum.

"AXEL, DALAM HITUNGAN KETIGA KALAU KAMU GAK BANGUN JUGA, MAMA KIRIM KAMU BALIK KE JERMAN LAGI" kata Bu Viera

"1.."

"2.."

Oke, aku menunggu hitungan ke tiga apa yang akan terjadi dengan Axel.
Namun diluar dugaan, mata Axel bangun dengan ogah-ogahan.

"Baru saja mama mau kirim kamu buat balik ke Jerman saja" kata bu Viera.

"Halah, mama berani misahin aku dengan Bella, Axel pastikan nama mama gak ada lagi di kartu keluarga" kata Axel sembarangan.

"APA ?? BERANI KAMU SAMA MAMA ?? PA, ANAKMU INI SETELAH KETEMU ADIKNYA MAKIN KURANG AJAR. AXEL KAMU MAU MAMA GAK RESTUIN KAMU SAMA ALEXA, HAH ?" Kata Bu Viera marah-marah

Seketika Axel langung mohon pengampunan terhadap Bu Viera.

"Hehe, Axel kan cuma bercanda Ma. Ah, mama ini sensi banget sih. Lagi dapet ya ?" kata Axel.

Aku hanya geleng-geleng melihat tingkah Axel layaknya anak kecil.

Ditengah aku mengamati Ara, Pak Antonio menepuk bahuku.

"Rey, sebaiknya kamu kembali dulu ke kantor, selesaikan dulu semua pekerjaanmu dan juga bantu Sania. Nanti om kabari kalau Ara sudah sadar"

"Ah iya, baik pak"

"Perintahkan Dinda untuk menyiapkan penyambutan Axel..." Perkataan Pak Antonio tiba-tiba terpotong.

"Apa, buat apa Axel kesana pa. Axel mau nungguin Bella, lagi pula kemarin Axel udah datang kekantor papa"

"Diam kamu Axel. Jangan membantah." Ucap Pak Antonio tegas.
"Reynan setelah makan siang nanti saya akan datang kekantor bersama Axel guna pengenalan putra semata wayang saya kepada para karyawan dan satu lagi Reynan, jika diluar kantor panggil saya Om saja"

"Baik Om"

Aku pun bergegas pulang dan menyiapkan dokumen-dokumen kantor.

"Ah, aku akan terlambat" batinku.

Aku mengendarai mobilku menuju kantor, di tengah perjalanan aku menghubungi Dinda selaku sekretaris Ara.

"Halo Din"
"Oh iya, Pak Rey ada apa ?"
"Sania sudah datang ?"
"Sudah pak, dia sedang mengerjakan laporan bulanan karyawan pak"
"Adakan Briefing hari ini, saya akan sampai 10 menit lagi"
"Baik pak"

10 Menit Kemudian...

Aku bergegas menuju ruanganku.
Di rasa ini pertama kalinya aku menjadi pimpinan briefing.
Rasanya campur aduk.

Aku mengetuk ruang briefing dan mengambil nafas panjang.
Briefing pun di mulai.

Briefing dadakan hari ini membahas acara penyambutan Axel di Xavier Group.
Sebagian dari mereka yang belum mengetahui putra pewaris Xavier Group memang sedikit syok.

Tapi sebagian dari mereka yang melihat ketika insiden penembakan Ara kemarin bahwa Ara di bopong seorang laki-laki dan mengancam resepsionis untuk dipecat juga sudah berasumsi kalau dia saudara Ara.

Akhirnya briefing pun berjalan lancar.
Aku menghembuskan nafas lega dan bersyukur bahwasanya aku berhasil menjadi pimpinan Briefing meskipun tanpa Pak Antonio dan Ara.
Kalau dengan mereka berdua lain lagi ceritanya.

Aku menunggu kedatangan Pak Antonio dan Axel sambil berkutat dengan dokumen-dokumen yang menguras pikiran.

Di tengah aku menandatangani dokumen, Pak Antonio menelfon ku.

"Halo Pak"
"Halo Rey, saya cuma ngabarin kamu bahwa Ara sudah sadar, beritahu Sania juga"
"Alhamdulillah, iya pak. Nanti saya sampaikan"
"Oh iya, 2 jam lagi saya akan datang ke kantor bersama Ax..."
"Rey, jangan cemas. Aku sudah sadar" suara Ara.

Rasanya bahagia bisa mendengar suaranya lagi.

"Ar, aku janji setelah pulang kerja aku langsung menuju tempatmu. Tunggu aku ya"
"Iya, Rey"

Setelah itu sambungan telfon terputus.
Kebahagiaan ku tiada tara ketika mendengar suara Ara lagi.
Ku rasa moodku tiba-tiba langsung berubah drastis.

Aku pun mengabari Sania dengan perasaan bahagia.
Bahkan Sania sempat mengatai ku bahwa otakku sedang geser 5 cm.

2 jam kemudian...

Tepat 2 jam kemudian Pak Antonio datang bersama Axel.
Acara penyambutan pun dilakukan di depan pintu masuk.

Banyak karyawan-karyawan yang terpesona dengan paras seorang Axelio.
Bahkan Sania pun katanya berusaha mati-matian membunuh perasaannya untuk Axel karna Axel sudah memiliki tunangan.

"Selamat siang semuanya" kata Pak Antonio.

"Siang pak" jawab mereka serempak.

"Pertama saya minta maaf atas insiden penembakan kemarin, mungkin dari kalian semua ada yang trauma atau bahkan masih was-was. Tetapi pelaku penembakan kemarin sudah mendekam di penjara. Saya sangat berterimakasih pada kalian semua karena masih bertahan di Xavier Group bersama saya. Dan tak lupa, secara pribadi saya juga berterimakasih kepada Reynan selaku General Meneger Xavier Group, Dinda selaku Sekretaris dan Asisten Pribadi Saya dan Ara, dan Sania selaku HRD Manager Xavier Group yang telah menghandle perusahaan ini dengan sangat baik"

"Di sini saya akan memperkenalkan anggota baru dari Xavier Group yaitu putra semata wayang saya, darah daging saya sendiri yang selama ini saya sembunyikan di Jerman dia Axelio Rifki Xavier."

"Saya mendapat pesan dari putri saya Arabella Refri Xavierra yang saat ini sedang dalam perawatan. Bahwa posisinya sebagai CEO di Xavier Group akan diserahkan ke pemilik aslinya yang namanya sesuai dengan nama perusahaan yaitu Axel."

"Jadi mulai hari ini pimpinan kalian adalah Axel"
"Dan satu lagi pesan Ara bahwasanya kalian terbebas dari sikap dingin dan tatapan membunuhnya"

Semua yang mendengar pernyataan terakhir dari pak Antonio terkikik geli.

"Axel, ada yang ingin kamu sampaikan" tanya Pak Antonio.

"Ada pa" kata Axel.

"Pertama-tama saya berterima kasih kepada kalian semua yang telah menerima saya. Dan yang kedua saya mau minta maaf kepada resepsionis yang waktu insiden kemarin sempat saya bentak. Sebab kondisi adik saya, Arabella sangatlah kritis dan itu membuat saya tak bisa mengontrol emosi saya" kata Axel

"Iya pak, tidak apa-apa" jawab Vivi selaku resepsionis yang Axel bentak kemarin.

Ah, Axel akan jadi atasanku.
Bagiku siapa saja atasannya gak masalah buatku.
Yang terpenting bagiku sekarang ini adalah aku bisa bertemu ice queen ku, Arabella.























To Be Continue...

The Cold Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang