"Larilah sejauh mungkin. Tapi perlu kau ingat, seekor singa tak akan melepaskan mangsanya begitu saja" -Ara-
Kecelakaan yang terjadi pada usia 12 tahun membuat Ara kehilangan ingatannya pada seseorang yang penting dalam hidupnya.
Di tahun yang sama...
Setelah dari rumah Sania, aku kembali ke Mansion Sky House. Baru menapaki satu tangga, ponselku berbunyi. Ternyata panggilan masuk dari "Papa". Aku me-rejectnya dan langsung menonaktifkan ponselku. Begitu masuk mansion, para maid langsung menyambutku. Aku mendengus kesal.
"Saya bukan ibu negara yang perlu disambut. Lain kali saya gak mau ada penyambutan gak berguna seperti ini. Kembali kerja dan kau Nimas, ikut saya ke ruang tengah. Sekarang" kataku ke para maid itu.
"Baik Nona" kata para maid itu serentak.
Aku berjalan menuju ruang tengah dan diikuti oleh Nimas. Nimas adalah kepala para maid itu.
"Mama benar sering menginap disini ketika saya pergi ?" Tanyaku to the point.
"Benar non. Bahkan kegiatan nyonya hanya memandangi dan memeluk foto non Ara"
"Kamu yakin sudah lakukan apa yang aku suruh dulu kan ?"
"Sudah Non"
"Lalu bagaimana bisa mama sampai mengalami vertigo akut dan sampai dirawat di rumah sakit ? Kamu tak memberi vitaminnya secara rutin ?" Kataku mulai emosi.
"Maaf Non, perihal itu nyonya benar-benar menjalani aksi mogok makan dan minum. Saya tak tau kalau nyonya memaksakan otaknya untuk memikirkan non Ara"
"Dan kamu tak melaporkan hal sepenting ini kepada saya, kamu mau saya pecat, hah ?”
“Maaf nona, saya terlalu takut untuk melaporkan keadaan nyonya kepada nona”
“Kalau sewaktu-waktu mama saya mati apa kamu masih takut untuk melaporkan hal itu kepada saya ?”
“Maaf nona” kata Nimas yang suaranya mulai serak menahan tangis.
“Dimana papa waktu itu ?”
“Tuan ada menemani nyonya”
“Lalu mengapa kalian berdua tak memaksa mama untuk makan ?”
"Saya tak berani non, bahkan tuan pun tak berhasil membujuk nyonya untuk makan. Yang nyonya mau hanya kehadiran non Ara"
Aku menghembuskan nafas kasar.
"Baiklah, kamu boleh pergi"
Nimas membungkukkan badannya dan pergi meninggalkanku di ruang tengah. Aku memijit pelipisku. Bagaimana pun juga ini adalah kesalahanku. Mama masuk rumah sakit karena aku. Sebenci-bencinya aku dengan mama dan papa. Aku tetap mengkhawatirkan kondisi mereka berdua.
Selama aku berada di Inggris aku memang menyuruh Nimas untuk memberikan vitamin rutin kepada mama. Mengingat mama mudah jatuh sakit. Vitamin itu dicampurkan dalam makanan Mama. Hanya Nimas yang tau bahwa aku memantau keadaan mereka berdua dari jauh. Aku pun melarang Nimas untuk memberitahukan kepada mama dan papa. Biarlah mereka menganggap anak satu-satunya ini tak pernah mau tau keadaan orang tuanya.
Aku berdiri dan melangkah menuju kamarku dan langsung membersihkan diriku. Setelah selesai dengan rutinitas membersihkan diri. Aku berbaring di kasur berukuran queen size ini. Dan mengaktifkan kembali ponselku. Aku membuka aplikasi Instagram. Dan ada pemberitahuan seseorang mengambil fotoku. Setelah aku cek, ternyata mama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Viera.Luciana Mama kangen dengan senyuman kamu sayang @Ara.RefriX
❤ 98.561 Like Lihat 789 komentar lainnya...
Reynan.DS sabar Bu Viera..
LeniSofia Ara tadi datang ke cafe Bu Bos.
Mila_nuraini Anaknya kemana jeng?
Aku tersenyum miris melihat fotoku dan caption yang dibuat mama.
"Ara juga kangen dengan Ara yang dulu. Tapi rasanya sulit untuk kembali seperti dulu" batinku.
Tanpa sadar air mataku kembali menetes. Namun segera aku hapus dan kembali menonaktifkan ponselku. Dan mulai bergabung dengan kegelapan.
Author pov
Pukul 05.15 AM Mungkin kebanyakan orang masih berkelana di alam mimpinya. Namun tidak dengan Sania Azalea Putri. Sudah sejak 15 menit yang lalu dia berada di mansion Ara dan duduk dengan manis di ruang tamu. Nimas pun sudah menyuruhnya pulang sejak tadi dan silakan kembali lagi ketika Ara sudah bangun, namun Sania tetap keukeuh menunggu Ara bangun.
Hampir setengah jam Sania menunggu dan rasa jenuh mulai menggerogotinya akhirnya memutuskan untuk membangunkan Ara. Dia tau betul dimana letak kamarnya Ara. Sebab dia dulu pernah menginap di mansion Ara 2 Hari sebelum Ara berangkat ke Inggris.
Ketika Sania membuka pintu kamar Ara. Dia melihat Ara masih bergelung dengan selimutnya. Dia pun menghampirinya dan mengambil guling Ara, ia memukul Ara dengan guling yang diambilnya.
"Ara, bangun dong. Dasar kebo, gue udah nungguin lo sejak setengah jam yang lalu" kata Sania sambil terus memukul-mukul Ara.
"Ckk. Berisik.. Get out my bedroom now" kata Ara sedikit berteriak.
"No. Lo harus bangun sekarang, gue punya ide buat nyari identitas mantan pacar gadungan lo itu"
"Sania, GET OUT NOW... Gue nanti yang akan kerumah lo. 3 jam dari sekarang. Lo pergi sekarang atau gue panggilin satpam buat nyeret lo dari kamar gue"
"Ck, percuma dong gue bangun pagi dan nungguin lo. Tapi oke lah, berarti jam 9 lo ke rumah gue."
"KELUAR SEKARANG" kata Ara berteriak.
Sania pun keluar dari kamar Ara dengan lesu. Sampai diujung bawah tangga, Sania bertemu Nimas.
"Non Sania kenapa masuk di kamar Non Ara" tanya Nimas dengan ketakutan.
Sania yang tak mengerti dengan pertanyaan Nimas dan mengerutkan keningnya.
"Lah, emangnya kenapa bi ?"
"Non Ara yang dulu dengan yang sekarang sangat berbeda. Yang sekarang lebih dingin ditambah dengan tatapannya yang tajam membuat Non Ara terlihat kejam. Apa Non Sania baik-baik saja?"
"Haha, Sania tak apa bi. Dan soal sifat ara yang berbeda, Sania memang setuju dengan bibi. Tapi sania percaya kog, Ara tak mungkin mencelakai sahabatnya sendiri"
Sania menepuk-nepuk pundak Nimas dan keluar dari mansion Ara. Sania memutuskan pergi ke mall untuk jalan-jalan dan mencari sarapan. mengingat dia belum sempat sarapan ketika pergi ke mansion Ara.
Tak terasa hampir 3 jam, Sania berada di Mall. Dan dia melupakan janjinya dengan Ara.
Ara pov
Pukul 08.47 Aku mengendarai mobilku menuju perumahan Sania. Mengingat janjiku tadi ketika Sania datang ke Mansion dan mengganggu tidurku. Benar-benar saat itu juga aku ingin membunuhnya.
Ketika sampai di depan rumahnya aku menekan bel dan mengetuk-ngetuk pintunya, namun tak ada sautan. Aku mencoba membuka pintunya ternyata dikunci. Aku sengaja mengintip dari jendela rumahnya untuk memastikan ada orang atau tidak. Namun tiba-tiba....