2 - Pribadi yang Dingin

18.7K 838 3
                                    

Ara pov

"Papa" kataku sedikit terkejut dan buru-buru menormalkan ekspresiku.

"Beginikah caramu menyambut papamu, Ara Refri Xavierra ?" Tanyanya lagi.

"Papa bukan kepala negara yang perlu disambut" kataku dingin.

"Kenapa kamu jadi begini Ara ?"

"Keadaan yang membuat seseorang menjadi pribadi yang seperti ini" kataku datar sambil berdiri dan hendak keluar kamar.

Baru beberapa langkah keluar papa langsung mencekal tanganku.

"Pulanglah nak, mama sangat merindukanmu"

"Merindukanku ? Tapi sayangnya Ara tidak"

"Papa minta maaf Bella"

Deg..

"Jangan pernah memanggilku Bella lagi. Namaku adalah Ara bukan Bella. Aku tak pernah lagi mengenal seseorang yang bernama Bella. Nama Bella telah mati 10 tahun yang lalu bersama kenangannya"

Aku melepaskan genggaman tangan papa dan langsung pergi.
Sedangkan papa hanya tersenyum getir melihat sifatku.
Aku memutuskan untuk pergi keluar dari mansion, berada di dalam membuatku muak karena tiap kali papa bertemu denganku yang terus-terusan dikatakannya adalah pulanglah kerumah.
Terlebih papa tadi memanggilku Bella.
Aku ingin menangis jika mendengar nama itu.

Bella adalah panggilan sayang dari mama dan papa untukku.
Namaku yang sebenarnya adalah Arabella Refri Xavierra.
Aku menghilangkan nama Bella sejak umur 15 tahun.
Sejak mama dan papa mengabaikanku.

Aku memilih pergi ke cafe milik mama dan langsung menuju belakang bangunan cafe.
Tak ada yang tau bahwa cafe itu memiliki ruang rahasia yang terletak di dalam gudang dibagian belakang bangunan cafe ini.
Pintu ruangan itu ditutupi oleh lukisan besar.

Pertama kali aku melihat gudang itu ketika aku masih berumur 18 tahun.
Aku memasukinya dan tertarik dengan lukisan besar yang bergambar sesosok malaikat dengan sayap putih yang membentang.

Aku menggeser lukisan itu namun yang terjadi adalah lukisan itu malah jatuh dari pengaitnya.
Aku terkejut karena di belakang lukisan itu terdapat pintu terbuat dari besi.
Namun sayangnya pintu itu dikunci dengan menggunakan sandi.
Aku terlalu penasaran dengan apa yang ada di dalam ruangan itu.

Aku hanya sedikit mempelajari tentang IT.
Aku mencoba meretas sandi penguncinya, namun terlalu sulit dan kurasa usahaku gagal.
Keamanannya benar-benar terjaga.

"Apa yang ada dalam ruangan ini sampai sandinya gak bisa gue retas" batinku.

Aku pun memasuki cafe milik mama, pelayan disana memang sudah mengenalku sudah lama.
Mengingat aku jarang berkomunikasi dengan orang-orang disekitarku dan tatapanku yang tajam dan dingin membuat mereka enggan menanyakan kedatanganku.

Mereka lebih memilih menundukkan kepalanya jika bertemu denganku.
Kecuali dengan satu orang kepercayaan mama yang selalu berusaha akrab denganku.
Dia adalah seorang wanita seumuran mama bernama Leni Sofia.

Tiap kali aku datang ke cafe ini dia selalu mencoba mendekatiku dan mengajak ngobrol, namun aku tak pernah menanggapinya.
Aku pun datang ke cafe ini hanya memesan coffee latte atau coffee americano kesukaanku.

"Ara, kamu udah pulang dari Inggris ? Dapat gelar sarjana dong" kata Tante Leni mencoba akrab denganku.

Aku hanya menjawab dengan deheman.
Ada raut kecewa dari wajahnya ​karena jawaban yang kuberikan.
Namun semenit kemudian Tante Leni kembali tersenyum.

"Kamu tau nggak ? Mamamu selalu menantimu Ar, tiap kali dia kesini yang jadi pembicaraan mamamu adalah kamu, dia benar-benar menyesal karena lebih memilih pekerjaannya ketimbang memperhatikan kamu. Pernah mamamu memikirkanmu sampai sakit dan dibawa ke rumah sakit mengalami vertigo akut. Mamamu ingin menjelaskan perihal an-"

Aku menggebrak meja sehingga perkataan Tante Leni terpotong dan seluruh pengunjung cafe menatapku.

"Cukup Tan, Ara nggak butuh dongeng dari Tante" kataku dingin.

Setelah mengatakan itu aku langsung keluar dari cafe dan memasuki mobilku.
Aku mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata.
Namun pikiranku benar-benar kosong.
Sampai aku memutuskan berhenti di pinggir jalan.
Tanpa sadar air mataku menetes, mengingat​ dengan apa yang diceritakan Tante Leni.

"Maafin Ara ma" gumamku.

Aku buru-buru menghapus air mataku dan kembali bergabung dengan padatnya jalan raya.

"Kayaknya gue tau harus pergi kemana" batinku

Aku mengendarai mobilku memasuki kawasan perumahan dan berhenti disalah satu rumah minimalis yang tidak terlalu besar.

Aku pun turun dari mobil dan berjalan menuju rumah itu.
Aku mengetuk pintunya dan begitu ketukan yang kedua muncul gadis yang membukakan pintu.
Gadis itu melihatku terkejut dan langsung memelukku.

"Araaaa" kata gadis itu.

Aku tak menjawab panggilannya itu.
Dia terus memelukku sangat erat hingga aku hampir kehabisan nafas.

"Mau sampai kapan lo meluk gue kek gini. Gue kehabisan nafas bodoh" kataku datar.

Dia langsung melepaskan pelukannya dan menatapku dengan cengiran khasnya.
Aku melihat tingkahnya hanya menggelengkan kepalaku.

Dia mempersilahkan aku masuk, begitu aku memasuki rumahnya, aku sedikit flashback ke masa lalu.
Ternyata isi dan letaknya masih sama seperti 4 tahun yang lalu.

Dulu waktu aku masih SMA, aku sering datang kesini.
Selalu meminta pendapatnya tentang masalah cowok.
Bahkan dia selalu mendengarkan curhatanku ketika aku ditipu habis-habisan oleh cowok yang ku kenal namun sayangnya dia menggunakan identitas yang palsu dan sampai sekarang belum terpecahkan siapa sebenarnya cowok itu.
Aku mengakui betapa bodohnya diriku pada masa itu.
Masa dimana mataku terlalu buta untuk membaca karakter seseorang.

Dia adalah salah satu sahabatku sejak SMA namanya adalah Sania Azalea Putri.
Dia sangat menyukai dengan yang namanya IT.
Bahkan dia bisa belajar hacker sendiri tanpa ada yang memandunya.

Tujuanku datang di rumah Sania adalah yang pertama meminta bantuan untuk meretas sandi yang ada di gudang cafe milik mama.
Dan yang kedua melanjutkan misi 4 tahun yang lalu yaitu siapa dibalik penipuan terhadapku yang terjadi selama 5 tahun.

Author pov

Di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda.

"Sudah dong ma, Ara perlu waktu untuk mengerti semuanya" kata sang suami.

"Tapi kapan mas ? Aku benar-benar merindukan anakku. Bodoh aku dulu tak memberikan kasih sayang dan lebih mementingkan pekerjaan. Aku gak mau kehilangan anakku lagi" jawab sang istri.

"Kamu benar ma, sekarang Ara benar-benar berbeda dari yang dulu. Ara yang sekarang lebih dingin, tatapannya tajam dan irit bicara. Bahkan papa kaget dengan perubahannya seakan-akan papa adalah orang lain"

Antonio papa Ara kembali ke kantor setelah datang dari mansion Ara.
Dan disana sudah ada Viera mama Ara yang menunggu kabar dari suaminya.
Mendengar kenyataan perubahan anaknya, Viera itu kembali menangis dalam pelukan suaminya.

Mereka begitu menyesal dengan perubahan yang terjadi pada diri Ara.
Pasalnya dulu Ara adalah anak yang ceria namun sekarang malah berbanding terbalik.

Disaat pasangan suami istri itu larut dalam pikirannya masing-masing. Terdengar pintu diketuk.

Tokk..tokk..Tokk

"Masuk" kata Antonio














To Be Continue...

The Cold Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang