1 - Ara Refri Xavierra

33.1K 1.1K 6
                                    

Diawali dengan lemparan belati yang memecahkan gelas yang tak bersalah disalah satu sudut cafe.
Beginilah kehidupanku, gelap dan dingin.

Aku Ara Refri Xavierra.
Putri tunggal dari Antonio Xavi Fernandez dan Viera Luciana.
Pemilik Xavier Group, perusahaan terbesar di Indonesia.

Aku pernah mengalami kecelakaan hingga membuatku kehilangan ingatanku pada seseorang di usia 12 tahun.
Aku ingat dengan kedua orang tuaku dan orang di sekitarku.
Namun aku merasa melupakan seseorang yang penting dalam kehidupanku.

Saat aku berusaha mengingat masa laluku.
Namun semakin aku memaksa mengingatnya yang ada aku merasa pusing yang luar biasa.
Dan sejak kejadian itu, aku merasa orang tuaku mengabaikanku.
Mereka mulai mengacuhkanku dengan selalu pergi ke luar kota bahkan tak jarang mereka juga pergi ke luar negri berbulan-bulan lamanya dengan alasan ada urusan dengan perusahaannya.

Sejak saat itu aku berubah pribadi yang dingin dan tak tersentuh.
Orang tuaku selalu sibuk dengan urusan perusahaannya yang tak pernah tau tentang kepribadian yang kumiliki.
Mereka menganggap sifat yang kumiliki merupakan turunan dari papaku.
Faktanya merekalah yang membuat diriku seperti ini.

Aku tak pernah tinggal serumah dengan orang tuaku.
Aku lebih memilih tinggal di Mansion Sky House yang resmi menjadi milikku atau kadang tinggal di apartement.
Aku sangat jarang menginjakkan kakiku ke kediaman orang tuaku.

Beginilah keadaan keluarga yang kumiliki sekarang ini, tak pernah mau tau satu sama lain seakan hidup dalam dunianya masing-masing.
Kadang aku ingin keluarga yang harmonis seperti dulu, namun semuanya hanyalah impian saja.

Aku lulusan dari SMA Negeri Persada Jakarta dan melanjutkan di Oxford University.
4 tahun lamanya aku menempuh pendidikan di universitas dengan mengambil jurusan manajemen bisnis sampai mendapat gelar sarjana.

Dengan bekal ilmu yang kumiliki aku pulang ke Indonesia namun bukan rumah tempat tujuanku.
Melainkan Mansion Sky House.
Kepulanganku tanpa diketahui oleh orang tuaku.
Toh kalaupun aku memberitahukan kepada orang tuaku pastinya mereka akan beralasan sibuk dengan urusan perusahaannya sehingga tak bisa menjemputku di bandara.

Saat ini aku berada di cafe dekat bandara.
Aku duduk disalah satu meja kosong dan memesan coffee americano.
Mataku melihat seorang gadis yang menangis karena ditampar oleh seorang laki-laki yang kupikir dia adalah kekasihnya.

Aku terus menatapnya namun ketika tangan laki-laki itu hendak akan memukul gadis tersebut aku merogoh saku celana jeans-ku dan mengambil belati yang kuselipkan disana.

Aku langsung melemparkan belati itu dan tepat mengenai gelas yang berada di tengah-tengah kedua orang itu.
Sedangkan belati itu berakhir menancap di daftar menu yang dipasang seperti pamflet terbuat dari kayu.

Praanggg...

"Sial siapa yang berani melempar belati ini. Mau mati, hah" kata laki-laki itu sambil mengambil belati yang menancap itu.

Seluruh pengunjung cafe pun diam, namun tatapan mereka mengarah padaku.
Dengan santainya aku tak menanggapi mereka sambil menyeruput coffee americano seakan-akan bukan aku pelakunya.
Laki-laki itu berjalan menghampiriku sambil menahan emosinya.

"Lo yang ngelempar belati ini ?" Tanyanya dengan emosi.

"Ya" jawabku singkat.

"Berani-beraninya lo ngelempar belati ini. Lo mau mati sekarang"

Aku pun langsung berdiri.

"Cihhh, ancaman anda tak ada pengaruhnya ke saya. Seorang laki-laki yang berani memukul wanita itu namanya banci" kataku dingin dengan menampilkan smirk.

The Cold Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang