[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ]
[ SEBELEM MEMBACA ]
Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAPPY READING
♣♣♣
ayla terus saja melangkahkan kakinya untuk menjauh dari area lapangan. Pikirannya yang terus saja mengingat perkataan Alva saat di lapangan tadi. Apa maksud Alva mengatakan itu? Apa dia menyukainya? Mungkin itu yang berada di pikiran Ayla sekarang. Ayla tidak mau menganggapnya serius karena apa yang di katakan Alva mungkin hanya sebuah bualan semata. Lagian Ayla juga tidak mengenalinya.
Langkah kaki Ayla berhenti di area kantin. Dia juga tidak tau kenapa kakinya melangkah menuju kanti. Mungkin hasrat tenggorokannya yang haus yang membuat kakinya melangkah ke kantin. Dia tidak berpikir panjang memilih duduk dan memesan minuman.
"Ayla." teriak Siska yang terengah engah.
Ayla yang sedang melamun dengan sedotan minuman yang berada di bibirnya menatap ke arah teman temannya yang terengah engah. Siska dan kedua temannya mendekat ke arah Ayla dan duduk di meja yang di tepati Ayla .
"Lo budeg apa gimana?"
"Kita panggilin juga. Ngga denger lo?" tanya Salsa yang duduk di depan Ayla.
Saat Ayla pergi dari lapangan. Teman temannya mengejar kemana Ayla pergi. Di sepanjang koridor mereka terus saja meneriaki nama Ayla. Padahal teriakan mereka seperti toa berjalan namum bagaimana bisa Ayla tidak mendengarnya. Mungkin karena pikirannya yang saling beradu. Sampai tidak mendengar teriakan temannya.
"Hehehe gue ngga denger." jawab Ayla yang menyengir.
Siska, Salsa, dan Cyintia saling menatap tajam ke arah Ayla. Padahal mereka sudah cape cape berteriak sampai tenggorokan mereka sakit.
Braakk
Tiba tiba ketiga teman Ayla menggebrak meja secara bersamaan yang membuat jantung Ayla hampir saja copot dari sarangnya. Untung saja kantin sedang sepi karena jam pelajaran masih berlangsung. Bisa bisa mereka di amuk oleh semua penghuni kantik karena membuat keributan.
"Apaan sih lo pada. Kaget gue anjrr." ucap Ayla yang mengelus dadanya.
"Heh!! Gimana ceritanya lo bisa tanding basket sama si Alva." ucap Salsa yang meninggikan volume suaranya.
Bentar. Bentar. Ayla seperti mengenali namanya. Apa dia orang yang pernah bersama Ayla dengan waktu singkat? Tapi wajah mereka sedikit berbeda. Dia tidak mau berpikiran lebih jauh. Mungkin hanya namanya yang sama. Karena kepribadian di antara Alva yang ditemuinya dulu dengan yang sekarang sangat berbeda.
"By one lagi. Terus tangan lo di pegang sama si Alva. Cowo paling ganteng seantero Dirgantara!! Gimana perasaan lo? Jantung lo masih aman? Atau udah copot dari tempatnya? Kalo gue jadi lo mungkin udah pingsan di tempat." dengan tarikan satu nafas Siska mampu menanyakan hal itu tanpa jeda.