SELAMAT MALAM!
♣♣♣
Deru motor memenuhi peralatan rumah sakit. Suara sirene mulai terdengar nyaring saat mobil ambulans terparkir tepat di pintu utama rumah sakit, seperkian detik kemudian mobil hitam ikut terparkir tepat di samping ambulans. Para perawat mulai berdatangan mendekati ambulans dan mobil milik Gio, dua brankar yang keluar dari ambulans dan mobil milik Gio langsung dibawa ke unit gawat darurat untuk langsung di tangani. Enam anggota aszair dan Gio ikut berlari mengikuti kemana brankar yang ditempati Aksa dan Ayla di bawa.
Dua brankar memasuki ruangan UGD bersamaan. "Mohon maaf, yang lain tunggu disini."
Tujuh orang yang berada di depan UGD menghembuskan nafas gusar. Tercetak jelas kekhawatiran dan kecemasan di wajah mereka. Terutama Alva, dia sangat terpukul akan kondisi yang dialami oleh kekasihnya-Ayla, namun dia juga terpukul dan merasa bersalah atas apa yang aksa alami. Seharusnya dia yang berada di dalam dan di tangani oleh para medis, bukan malah aksa yang harus berjuang antara hidup dan matinya. Alva mengacak rambutnya frustasi, tangannya terangkat memukul dinding di depannya."Bodoh! Lo bodoh Sa. Kenapa lo korbanin diri lo sendiri, cuma buat nolongin gue." Alva menundukkan kepalanya dalam. Kenapa aksa tidak berpikir terlebih dahulu saat akan menolongnya, ini bukan perihal luka kecil yang akan sembuh dalam beberapa hari. Namun hantaman balok kayu yang mengenai peran utama dalam keseimbangan hidup dalam tubuhnya, luka yang akan membuatnya di ambang hidup dan juga mati.
"Arghhh. Bangsat." Alva memukul kepalanya saat rasa bersalah terus menghantuinya.
Rafa berdiri dari duduknya, dia berjalan mendekat ke arah alva. Tepukan tangan dia daratkan di punggung rapuh milik alva. "Ini bukan salah lo. Aksa lakuin itu karena keinginannya sendiri." ucapnya.
Alva menoleh. "Gimana gue ngga merasa bersalah? harusnya gue yang ada di dalem, harusnya gue yang lagi di tanganin para medis. Bukan malah Aksa yang harus di ambang mati dan juga hidup!"
"Apa rasa bersalah lo akan ngembaliin semuanya? Engga Al, Aksa akan tetap di dalem walaupun lo merasa bersalah, Aksa akan tetap di ambang hidup dan matinya walaupun lo merasa bersalah. Ini udah takdir, skenario tuhan ngga ada yang tau. Walaupun Aksa ngga nyelamatin lo dan kejadian ini ngga terjadi, gue yakin Aksa akan tetap terluka karena itu udah takdirnya.”
Alva menundukkan kepalanya, badannya meluruh ke bawah saat tubuhnya mulai tidak bisa menopang semuanya. Ini tetap salahnya, bagaimanapun juga aksa terluka karena menyelamatkannya.
"Bener apa kata Rafa. Ini bukan sepenuhnya salah lo, Aksa lakuin itu karena kemaunnya. Apa lo nyuruh Aksa buat jadi temeng pelindung lo? Engga kan Al, ini semua udah jalannya." Jeje mendekat, dia ikut berjongkok tepat dimana alva menundukkan kepalanya.
"Kita berdoa aja, semoga aksa ngga kenapa-kenapa." Lanjut jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASZAIR
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ] [ SEBELEM MEMBACA ] Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...