♣♣♣
Bryan dan Katline. Mereka berdua sedang meneliti dan melihat perkembangan Dirgantara di temani oleh pak Handoko dan pak Asep. Pasti kalian tau. Bahwa Bryan dan Katline lah pemilik sekolah Dirgantara. Mereka juga orangtua Alva.
Perlu kalian tau. Tidak ada satupum siswa yang tau bahwa mereka orangtua Alva. Hanya para guru dan Rafa yang mengetahuinya. Mereka semua menyembunyikannya karena keinginan dan paksaan dari Alva.
"Bagaimana keadaan Dirgantara selama saya tidak memantau?" tanya Bryan pada pak Handoko.
"Semuanya berjalan dengan baik pak. Kami sebagai guru yang mengajar selalu mementingkan potensi yang di miliki oleh para murid." balas pak Handoko.
"Bagus. Saya apresiasi kerja keras kalian selama ini." ucap Bryan. Wibawanya sangat terlihat jelas dalam dirinya.
"Terimakasih banyak." balas Handoko tersenyum dan menundukan kepalanya.
"Apa fasilitas di Dirgantara ada yang memiliki kerusakan atau kekurangan?" tanya Bryan.
"Untuk saat ini tidak ada, semua barang yang rusak sudah di ganti dengan yang baru." balas Handoko. Bryan menganggukan kepalanya paham.
Mereka berempat berjalan ke arah aula. Banyak para murid yang berlalu lalang disana. Mereka menundukan kepalanya. Tanda hormat kepada pemilik sekolah Dirgantara.
"Pak Asep." ucap Katline. Pak Asep yang merasa terpanggil berhenti berjalan. Bryan dan Handoko juga berhenti. Mereka bertiga menatap ke arah Katline.
"Bagaimana dengan anak saya. Apa dia memiliki masalah dalam berperilaku?" tanya Katline. Dia hanya merasa dengan sikap Alva padanya. Juga akan mempengaruhi sikapnya pada oranglain.
Pak Asep melirik sekilas pada pak Handoko.
"Tidak ada. Hanya saja dia sangat pendiam, mungkin karena sifatnya yang dingin." balas pak Asep. Katline menghela nafasnya. Ternyata memang benar. Itu semua memengaruhi sikap Alva pada oranglain.
"Apa dia selalu melakukan keributan?" sekarang giliran Bryan yang bertanya.
"Dia pernah satu kali berkelahi dengan temannya sampai babak belur." balas pak Asep.
"Selain itu, dia juga sedikit tidak patuh akan tata tertib sekolah yang berlaku." ucapnya lagi.
"Kenapa kalian tidak ada yang memberi tahu saya?" ucap Bryan. Dia tidak pernah sama sekali mendapat laporan dari pihak sekolah bahwa anaknya berkelahi.
"Maaf pak Bryan, dia melarang kami untuk memberi tau anda." balas pak Handoko.
Bryan menghela nafasnya kasar. Anaknya sendiri melakukan kekerasan di sekolah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASZAIR
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ] [ SEBELEM MEMBACA ] Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...