♣♣♣
Sudah terhitung satu minggu. Setelah pertemuan Alva dengan kedua orangtuanya. Jika ditanya bagaimana perasaannya sekarang. Tentu saja Alva masih bingung dan ragu akan keputusannya. Dia hanya masih merasakan kekecewaan di dalam hatinya.
"Ngapain lo?"
Rafa tiba tiba saja masuk ke dalam kamar milik Alva. Dia menghampiri Alva yang sedang terduduk di balkon kamarnya.
Bagaimana Rafa bisa masuk begitu saja?
Karena Rafa mengetahui sandi apartemen Alva. Tadinya dia ingin mengetuk terlebih dahulu agar lebih sopan. Tapi mengingat Alva juga melakukan hal yang sama saat berada di rumahnya. Jadi dia ikuti saja kelakuan Alva.
"Harusnya gue yang nanya gitu." balas Alva menatap sekilas Rafa.
"Gue nginep sini. Dua hari." ucap Rafa.
"Di usir tante Lia lo?" tanya Alva. Karena Alva sangat dekat dengan Rafa. Jadi dia juga sangat dekat dengan ibunda Rafa. Bahkan Lia menganggap Alva sebagai anaknya sendiri.
Bukannya menjawab. Rafa malahan terkekeh. "Boleh ga?" tanyanya.
"Tidur di ruang tamu. Gue ogah satu ranjang sama lo." ucap Alva.
"Pelit bener lo." balas Rafa. Alva hanya mengedikan bahunya.
Alva dan Rafa memang terkenal dingin dan cuek. Jika berada di antara teman temannya. Tapi berbeda. Jika mereka hanya berdua. Mereka akan lebih terbuka. Bahkan mereka bisa di bilang seperti seorang kaka beradik.
"Lo beneran bakal pindah ke rumah orangtua lo?" tanya Rafa.
"Mungkin." sebenarnya Alva juga masih ragu akan kepindahannya ke rumah masa kecilnya itu. Selama satu minggu ini dia selalu memikirkan itu. Apakah dia akan pulang atau tidak.
"Gue dukung keputusan lo." Ucap Rafa menepuk nepuk pundak Alva. Setelahnya dia berlalu pergi. Masuk ke dalam.
Alva masih diam. Setia duduk di kursi balkon. Dia merutuki kehidupannya sendiri yang menurutnya sangat menyedihkan. Banyangkan sejak kecil sampai beranjak dewasa tidak ada satupun keluarga yang menemani pertumbuhannya.
Sampai akhirnya mereka kembali. Dan meminta Alva untuk tinggal bersama. Dia hanya takut setelah dia kembali ke rumah masa kecilnya. Kejadian dimana orangtuanya selalu meninggalkannya terulang. Dia hanya takut akan hal itu. Dia hanya tidak mau merasakan kesendirian lagi. Dan lagi.
♣♣♣
Ayla dan ketiga temannya sedang berada di ruang ganti. Di jam pertengahan pelajaran. Mereka harus mengikuti mapel olahraga. Bukan apa apa. Hanya saja di luar sana sangatlah panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASZAIR
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ] [ SEBELEM MEMBACA ] Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...