♣♣♣
Setelah Ayla dan Aksa menghabiskan waktu di kantin untuk makan. Mereka berdua berpisah untuk kembali ke kelas masing masing. Walaupun kelas mereka bersebelahan. Aksa mengatakan dia akan ke perpustakaan terlebih dahulu. Dan disinilah Ayla berjalan sendiri melewati koridor yang sedikit ramai.
"Ayla." Ayla yang mendengar namanya di panggil. Mengalihkan pandangannya untuk mencari tau. Ternyata teman temannya yang memanggil dan sedang duduk di bangku depan kelas.
Ayla berjalan ke arah teman temannya.
"Ngapain lo pada disini? Bukannya di kelas." ucap Ayla.
"Males gue di kelas. Lagian ga ada yang ngajar." ucap Siska.
"Mending liat anak Ips main basket." ucapnya lagi.
"Liat deh Ay, Alva ganteng banget kalo lagi main basket." ucap Cyntia.
Ayla mengalihkan pandangannya ke arah lapangan basket. Di sana memang ada Alva dkk yang sedang bermain. Kelas Ipa itu tidak terlalu jauh dari lapangan basket. Jadi mereka bisa melihat dari jarak jauh. Pantas saja banyak orang yang berlalu lalang. Ternyata mereka sedang melihat lima mostwanted yang sedang bermain basket.
"Alva emang ganteng tapi jangan diliatin terus kali." ucap Cyntia tersenyum menggoda kepada Ayla.
"Gue ga liatin dia." balas Ayla. Bohong jika Ayla mengatakan itu. Nyatanya matanya tidak sama sekali teralih dari arah lapangan.
"Lo udah selese mbimbing adik kelas yang mau lomba?" tanya Salsa.
"Udah tapi lanjut lagi besok." balas Ayla. Salsa menganggukan kepalanya paham.
Ayla berdiri dari duduknya.
"Lo mau kemana?" tanya Siska.
"Gue mau ke kelas." balas Ayla.
"Ngga mau liat Alva main basket nihh." ucap Cyntia menggoda Ayla kembali.
"Apaan sih ga jelas lo." balas Ayla berjalan masuk ke dalam kelas.
------------
"Berasa artis gue di liatin satu sekolah Dirgantara." ucap Pano dengan percaya dirinya. Karena semua pasang mata terus saja menatap ke arah mereka berlima.
"Hai cantik." ucap Raka dia menyugar rambutnya dan mengedipkan satu matanya ke arah segerombalan perempuan yang menonton. Mereka semua langsung berteriak histeris karena mendapat satu kedipan dari salah satu orang tertampan di Dirgantara.
"Najis! Punya temen gini bener, ga ada yang waras." ucap Jeje yang jengah akan kelakuan Pano dan Raka.
Berbeda dengan Alva dan Rafa yang saling mendrible bola basket. Mereka berdua terus saja bermain tanpa memperdulikan tatapan kagum dari semua kaum hawa yang menonton. Telinga mereka hampir mendengung karena teriakan teriakan dari para murid siswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASZAIR
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ] [ SEBELEM MEMBACA ] Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...