♣♣♣
Motor hitam milik Alva terus saja melaju membelah ramainya jalanan akan pengendara. Udara yang dingin dan hembusan angin malam membuat Ayla semakin mempereratkan genggamannya pada perut Alva. Setalah bermain cukup lama, kesembilan temannya memilih untuk berpisah dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Ayla." teriak Alva. Dia memundurkan kepalanya agar Ayla dapat mendengar suaranya.
"Kenapa?" ucap Ayla. Dia juga memajukan kepalanya agar Alva dapat mendengar.
"Hujan. Neduh dulu ya?" ucap Alva.
Ayla mendongak menatap langit. Memang warna gelap dan mendung menyelimuti langit pada malam hari ini.
"Iya." balas Ayla.
Setelah mendapat persetujuan dari Ayla. Alva langsung menancap gas motornya untuk mencari tempat meneduh.
Rintik demi rintik air hujan membasahi jalanan ibu kota. Banyak para pengendara sepeda motor yang juga meneduh untuk menghindari dinginnya air hujan. Udara malam yang sudah dingin, semakin bertambah dingin karena hujan yang lumayan lebat.
Alva memarkirkan sepeda motornya di depan ruko yang sudah tutup. Dia melepas helmnya diikuti oleh Ayla yang berada di belakangnya. Keduanya berlarian kecil dan berdiri bersampingan di depan ruko tersebut.
Tangan kanan Ayla terangkat untuk menata rambutnya yang sedikit berantakan dan basah karena terkena air hujan. Sedangkan tangan kirinya, dia gunakan untuk memeluk boneka buaya berwarna hijau pemberian Alva.
Alva melepas jaketnya. Dia sampirkan pada pundak Ayla agar kekasihnya tidak kedinginan.
Ayla menatap jaket pemberian Alva. Dia menoleh ke samping di mana Alva berdiri.
"Ga usah, lo pake aja." ucapnya.
Alva menoleh. "Pake aja, gue ga mau lo kedinginan." ucapnya.
Ayla mengangguk.
"Ngapain?" ucap Alva, setelah mendapati Ayla mendekat ke arahnya.
Ayla tersenyum. Dia merentangkan tangannya, setelahnya dia daratkan pada pinggang Alva dan memeluk tubuh kekar Alva dengan erat.
Ayla mendongak. "Gue juga ga mau lo kedinginan." ucapnya tersenyum.
Alva terkekeh. Tangan kirinya membalas pelukan Ayla dan tangan kananya terangkat mengelus kepala Ayla.
Untung saja di depan ruko hanya ada mereka berdua. Jika ada orang lain, di pastikan mereka berdua akan terkena semprotan dari orang-orang.
"Di ajarin siapa kaya gini?" ucap Alva. Dia menunduk untuk melihat wajah Ayla yang berada di bawah dagunya.
"Sama lo." ucap Ayla mendongak dan tersenyum.
"Dasar ya." ucap Alva. Kedua tangannya terangkat mencubit pipi Ayla dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASZAIR
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU ] [ SEBELEM MEMBACA ] Alva Reano Afair. Anak tunggal dari keluarga Afair. Memiliki garis wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, iris mata yang tajam bagaikan mata elang, alis tebal dan memili...