45. SUPRISE UNTUK SASYA

140 14 0
                                    

Hi! Udah vote dan komen belum?

Vote dulu yuk!

Happy reading 🥰🤍

***

Semuanya langsung pergi ke rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa Satya meninggal. Satya berdua di mobil Rafha. Anggi sama Albian. Gisha sama Gerry. Malvenzo sama Ariella. Alif sama Ghavian. Alsya sama Ghania di mobil Ghania.

Sasya terus-terusan menangis. Dia tidak menyangka Satya akan meninggalkannya selamanya. Rafha semakin mempercepat laju mobilnya. Sasya menyender di kaca mobil sebelah.

Mata Sasya lama-lama tertutup. Sasya memang sudah mengantuk dari tadi. Tapi setelah mendengar kabar dari bunda nya, Sasya mengganti ngantuknya dengan tangisan.

Sekarang Sasya sudah tertidur. Rafha menghembuskan nafasnya melihat Sasya sudah tertidur. Rafha tidak mau Sasya menangis terus-terusan.

Mereka sudah sampai di rumah sakit dimana Satya, Revano dan Rangga dirawat.

Rafha memberhentikan mobilnya di parkiran rumah sakit. Yang lainnya juga ikut parkir di sebelah Rafha.

Rafha tidak tega membangunkan Sasya. Sasya pasti sangat capek, sampe-sampe tertidur disini.

Tapi mau bagaimana lagi, dia tetap harus membangunkan Sasya. "Sayang," Rafha menepuk pundak Sasya pelan. "Bangun, udah sampe."

Sasya membuka matanya. Mata nya sudah bengkak gara-gara menangis terus-terusan. "Udah sampe?"

"Iya, ayo turun," Rafha turun lebih dahulu. Setelah Rafha turun dari mobilnya, Rafha langsung membukakan pintu Sasya.

"Ayo," Rafha mengulurkan tangannya. Mengajak Sasya turun. Sasya menerima uluran tangan Rafha. Setelah Sasya turun, Rafha menutup kembali pintu mobilnya.

Teman-teman Rafha dan Sasya sudah menunggu mereka berdua di depan mobil Rafha. Rafha berjalan mendahului mereka. Rafha menggandeng tangan Sasya masuk ke rumah sakit.

Mereka langsung ke kamar tempat Satya dirawat. Sasya langsung membuka pintu kamar. Dia melihat abangnya sudah menutup matanya. Di sebelah Satya sudah ada dokter dan suster yang memeriksa Satya. Ini beneran?

Rafha dan yang lainnya masuk ke dalam kamar. Mereka berdiri di belakang dokter dan suster. Ariella yang di belakang menutup pintu kamar, setelah semuanya masuk. Dikamar Satya juga sudah ada Revano, Rangga, Tini, Aqilla, Zeva. Mereka sudah sejak tadi ke kamar Satya.

Dia juga melihat bunda nya menangis di sebelah ranjang. Sasya mendekati bundanya, "Bunda, abang beneran pergi?" Tanya Sasya yang masih menangis. Rahma hanya mengangguk pelan.

Sasya langsung memeluk Abang nya. "Bang, kok lo pergi sih? Katanya mau sembuh, mana sembuh nya? Abang bohong ya? Hiks, kok tega bohongin Sasya, sih. Ayo bangun bang," Sasya menggoyangkan tubuh Satya. Sasya tidak terima abangnya pergi meninggalkannya.

"Bang, ayo bangun. Jangan tidur terus, ayo bangun. Katanya gak mau liat Sasya nangis, kalo gak mau Sasya nangis, bangun dulu."

Sasya mengangkat wajahnya, menatap dokter yang sedang melihatnya menangis. "Dok, kok Abang saya di biarin pergi sih? Kata Abang saya, tadi dia baik-baik aja. Kok ini malah meninggal? Ini bohong kan, dok? Iya, hiks, ini pasti bohongan." Sasya menggeleng, "Gak Mungin bang Satya pergi ninggalin aku. Gak mungkin."

Sasya kembali memeluk Satya, "Bang, ayo bangun. Katanya mau sembuh."

Sasya tetap terus menangis, "Abang kok bohong, sih, sama adeknya Sasya. Katanya mau sembuh. Mau sehat, mana?"

REMISSION ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang