Bel istirahat sudah lewat 15 menit yang lalu. Tapi, Sasya dan Alsya masih berada di kamar mandi. Sasya mengajak Alsya ke kamar mandi untuk menemani nya menyisir rambutnya yang berantakan karena tidak disisir tadi pagi.
"Sya, kekantin yukk," ajak Alsya.
"Males, mager gue," tolak Sasya.
Sasya yang sedang menyisir rambutnya, mendengus kesal.
"Udah ayokk, gue udah laper nih," Alsya menarik tangan Sasya. Membawanya menuju kantin.
"Ih, apaan sih. lepasin, Al!" Sasya berusaha melepaskan tangannya.
"Makanya ayok." Sasya terpaksa mengikuti kemauan sahabat nya itu. Untungnya, Sasya sudah selesai menyisir rambutnya, kalau belum, Sasya tidak mau mengikuti kemauan Alsya.
Sesampainya di kantin, mereka sudah melihat meja makan di kantin sudah penuh terisi oleh murid-murid SMA Cahaya.
"Yah, kan udah penuh. Lo sih susah banget diajak ke kantin nya," kata Alsya kesal.
Mereka mencari-cari Ghania, Anggi, dan Gisha di kantin. Tapi, setelah melihat mereka Sasya tertabrak seseorang.
"Aduh," Sasya terjatuh karena Alsya yang menarik-narik nya mencari meja teman-temannya.
"Maaf," ucap Rafha yang menabrak Sasya.
"Maaf-maaf, lo gak liat apa gue jatoh. Ini bukannya di tolongin malah di diemin!" gerutu Sasya kesal.
"Sasya, lo gapapa?" Alsya yang dari tadi repot mencari tempat duduk dikantin, melihat Sasya jatuh, Alsya langsung membantu Sasya untuk berdiri.
Ghania, Anggi, dan Gisha yang melihat Sasya jatuh langsung menghampiri Sasya. Ghavian, Albian, Malvenzo, dan Gerry -- teman-teman Rafha juga ikut menghampiri mereka. Semua murid yang ada di kantin ada yang melihat Sasya, ada yang biasa saja sambil menikmati makanan nya.
Sasya yang masih kesal dengan Rafha langsung menuju kekelasnya, meninggalkan Alsya dan teman-temannya dikantin.
"Lif, Sasya tadi kenapa?" Tanya Alsya pada Alif. Alsya bingung kenapa Sasya bisa sekesal itu sampai-sampai meninggalkannya di kantin.
"Tadi Rafha gak sengaja ketabrak Sasya, pas Lo berdua lagi cari tempat duduk," jawab Alif. Alif adalah teman terdekat Rafha.
"Oh, yaudah gue nyusul Sasya dulu, ya," Sasya langsung berjalan keluar kantin menuju kelasnya. Menyusul sahabatnya-- Sasya.
Rafha yang melihat Alsya mau menyusul Sasya, langsung menahan langkah Alsya. "Biar gue yang nyusul Sasya."
Alsya memberhentikan langkahnya, dan kembali ke arah Rafha dan Alif. "Hah?" Tanya Alsya yang tidak mendengar jelas ucapan Rafha tadi.
"Gue aja nyusul Sasya," Rafha pun langsung pergi kekelasnya meninggalkan Alif dan Alsya. Menyusul Sasya di kelas.
Sementara, Ghania, Anggi, Gisha, Ghavian, Albian, Malvenzo, dan Gerry masih kebingungan dengan Sasya dan Rafha.
***
Setelah sampai dikelas, Rafha melihat Sasya yang sedang membaca novelnya. Rafha memasuki kelasnya dan menghampiri Sasya.
"Maaf." Sasya tidak menjawab apa apa.
"Maaf yang tadi," Rafha duduk di bangku Alsya, di sebelah Sasya. Sasya hanya melirik Rafha yang berada disamping nya, lalu melanjutkan membaca novelnya.
"Gue tadi gak sengaja."
Sasya menghela napas kasar, dia pergi keluar kelas meninggalkan Rafha yang masih duduk di kursi Alsya.
Maafin orang aja susah banget, batin Rafha.
***
"Eh ada Sasya, Rafha nya mana, Sya?" Tanya Alif sambil memakan batagornya.
"Sya, Rafha mana?" Alsya yang melihat Sasya hanya diam, ikut bertanya.
"Dikelas" jawab Sasya ketus. Dia masih kelas dengan Rafha.
"Udah dimaafin?" Alsya bertanya lagi. Sasya tidak menjawab. Dia malas jika ditanya terus-terusan.
"Sya, Rafha nya udah dimaafin apa belum, jawab dong!" Alsya merasa gemas dengan sahabatnya satu ini.
"Sya, kenapa sih?" Tanya Ghania dan Ghavian bareng.
"Ekhem!"
"Eh, ngapain lo ngikut-ngikutin gue?!" Tanya Ghania galak.
"Lo kali yang ngikutin gue!" Balas Ghavian tidak terima.
"Diem! Lo berdua setiap ketemu pasti berantem!" Albian menggebrak meja. Ghania dan Ghavian memang seperti itu, setiap kali ketemu atau dekat pasti selalu ada yang di perdebatkan. Murid-murid yang di dekatnya jadi melihat ke mereka semua.
"Sya," panggil Alsya. Sasya dari tadi belum menjawab pertanyaan nya.
"Belum," mau tak mau Sasya harus menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu.
"Kenapa belum?" sekarang Alif yang bertanya.
"Gak tau," jawab Sasya singkat, padat, dan jelas.
"Kok gitu, Sya?" Tanya Anggi. Sasya hanya mengangkat kedua bahunya.
"Udah, lo pesan makanan dulu. Terus makan, nanti kelaparan baru tau rasa lo. Gue aja yang pesenin, lo tunggu disini, Ok?" Alsya berdiri dari tempat duduknya, dan langsung memesan makanan untuk Sasya.
"Sya, Rafha nya mana?" Tanya Gerry.
"Kelas."
"Lah, Lo ninggalin dia?" Tanya Ghavian.
"Hm."
"Lo belum maafin dia?" Tanya Albian.
"Belum."
"Kok belum?" Sekarang yang nanya Alif.
Ghania, Anggi, dan Gisha melongo melihat mereka berempat menanyakan Sasya secepat itu. Kecuali Malvenzo, cowok yang dingin nya sama kayak Rafha. Tapi, Malvenzo tidak sama sifat nya sama Rafha. Kalau Rafha buat kesalahan atau memang dia yang salah duluan dia harus meminta maaf pada orang tersebut, sampai orang tersebut mau memaafkan nya. Malvenzo beda jauh, Malvenzo kalau dia buat salah dia malas meminta maaf. Dia bahkan tidak melirik atau menatap orang yang yang dia buat salah. Ingat beda dikit!
"Gak tau," balas Sasya cuek. Dia tetap membaca novelnya.
"Anjir, gak Rafha, gak Sasya, sama aja cuek, kek nya jodoh deh kalian berdua," celetuk Ghavian. Mendengar itu, Sasya langsung melirik Ghavian tajam.
"Sasya."
•••
Holla guys ini chapter yang ke dua ya ,tungguin chapter selanjutnya
Jangan lupa vote komennya yaa
Kasih juga saran dan kritik nya makasihh❤✌
Happy reading📖
Salfha_adeliaa
KAMU SEDANG MEMBACA
REMISSION ✓
Teen Fiction[SELESAI] "Gak mau maafin gue? Oke, gue akan berusaha buat dapetin maaf dari lo." Sasyabila Putri, Murid cantik, pinter, disukai banyak cowok karena kecantikan nya. Sasya itu cewek dingin dan cuek ke semua orang, apalagi ke cowok yang mendekati...