5. ALETTA PRAMESWARI

237 7 0
                                    

Aletta prameswari, remaja perempuan berumur 17 tahun yang menginjak kelas 2 SMA akhir, Hidupnya serba sederhana namun usaha dan niat tak pernah mengkhianati hasil.

Awal pertama berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tentu sudah biasa bagi aletta. Kelas 6 sd ia mulai mengikuti jejak ibunya semasa kecil karna dulunya juga seorang penjual nasi goreng. Aletta hanya hobi memasak, itu saja. lagipula uangnya juga lumayan untuk pemasukan sehari-hari. Yah, walaupun minusnya suka di kata-katain sih. Tapi harus percaya diri! Itu prinsip aletta.

Pagi ini seperti biasa, ia akan berjalan kaki sampai depan gang lalu menaiki angkot agar lebih cepat berangkatnya.

“letta!” itu sahabatnya, Erika verania.

“tumben, berangkatnya pagi banget.” Sindir Erika pada aletta saat sudah sampai depan kelas.

“sekali-kali jadi anak rajin kaya kamu.” Gurau aletta.

Erika terkekeh kecil, “bisa aja lo.”

“oh ya, Mendingan ke kantin yuk! Gue belom sarapan tadi. lagian sekolah masih sepi juga, kita di kelas cuman berdua doang.”

“yaudah, ayo.”

Kantin 06.15

“lo tunggu sini ya? Biar gue aja yang pesenin.”

Aletta mengangguk patuh lalu mulai duduk di bangku kantin, matanya menatap kanan kiri melihat siswa/siswi yang sudah banyak memasuki kelas-perkelas.

“ALETTA!”

Sorot matanya tajam juga rahang tegas yang kini mengeras menahan gejolak emosi.

“mana kunci motor gue!” tagih gara saat itu juga.

Aletta memutar bola matanya malas, masih pagi udah marah-marah aja.

“woy, gue nanya sama lo!” gertak gara menahan emosi.

“saya juga tau!”

“masih pagi marah-marah aja, darah tinggi dadakan baru tau rasa kamu,” lanjut aletta.

“halah, jangan banyak cincong lo.” balas gara tak santai.

Gara mengulurkan tangan kanannya di depan wajah aletta.

“sekarang mana?” pintanya mendesak.

“apa?”

Rambut yang tertata rapih kini sudah berantakan akibat frustasi.

“kunci motor gue!”

Aletta masih memperhatikan wajah gara yang tengah menahan kesal saat berbicara padanya.

“ada di rumah lah, yakali saya bawa-bawa ke sekolah.” Balas aletta acuh.

“aletta…” muka gara sekarang bisa dilihat betapa frustasinya gara menahan emosi.

“lo mau tau?”

“engga.”

Gara tak mengindahkan jawaban dari aletta, “tadi pagi gue naik ojek gara-gara lo! Motor gue disangka nyokap gue kena begal tau gak?!”

“kamu naik ojek? Saya naik angkot gak masalah tuh.” Jawab aletta santai.

sabodo teuing. gue gak mau tau pokoknya motornya harus ad—”

“aletta! Makannya di kelas aja yuk! Bentar lagi mau masuk,”

Seruan dari Erika membuat kedua manusia yang sedang berdebat itu segera menghentikan aktifitasnya.

“ayo!” dengan tak berdosanya aletta memilih pergi dari kantin.

“sial, awas aja lo!” mata gara makin menajam saat melihat punggung aletta mulai menjauh dari pandangannya.

Istirahat tiba, gara dan kawan-kawan memilih makan di belakang sekolah. Yak! Makan di warung mang agus lebih enak daripada di kantin.

Mau tau kenapa?

Karna cuman di warjok mang agus semua teman-temannya bisa leluasa mengutang.

Di bayar kok ujung-ujungnya! tapi entar-entaran.

“kemaren anak ipa 2 menang futsal.”

Topik utama futsal, menjadi pembahasan pertama yang di sampaikan oleh devan pada teman-temannya.

“gak terima gue, anak ips di selengkah kakinya!” ucap bagas menggebu-gebu.

“tenang, ips emang selalu kalah soal futsal.” Jawab gara santai.

“jadi, lo gak dukung anak ips gitu?”

“ya enggaklah! Orang udah kalah ngapain dukung-dukung lagi.”

“lo kalau mau nanya sama dia ni!” ucap fadhil menunjuk gara dengan jarinya, “jangan pernah bahas futsal! gak akan pernah satu hati sama anak ips.”

“tau lo! Gak solidaritas amat.” kesal devan.

“yeu, bukan gak solidaritas tapi gue cuma-”

“ALETTA!”

Gara membalikkan tubuhnya ke belakang saat seseorang memanggil nama aletta.

“siapa yang manggil?” tanya gara pada teman-temannya.

“itu, savira.” Tunjuk fadhil.

Gara menoleh cepat ke arah sumber, “mau kemana tuh cewek.” Gumamnya nyaris tak terdengar.

“eh, savira?”

Aletta tadi izin kebelakang sekolah karna disuruh mem-fotokopi proposal dari guru ipa nya, kebetulan warjok mang agus berhadap-hadapan dengan tukang fotokopi.

“sini ikut gue!”

“eh, eh.. tapi aku mau fotokopi propos—”

Savira tak mendengarkan perkataan aletta ia masih terus menggandeng lengan aletta memasuki kawasan warjok.

“ngapain ke sini sih?” tanya aletta akan ketidaksukaannya dipandang aneh oleh penghuni disana.

Dan yang lebih mengejutkannya lagi, gara ada di sana memandang aletta disertai dengan senyum miringnya.

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang