53. NOBODY BUT YOU

149 3 0
                                    

Malam kedua mereka di gantikan dengan Aletta yang menginap di rumah milik Gara sendiri. Lokasinya cukup jauh dari kota ini. Lelaki itu memilih tempat yang cukup sepi dan lahan yang luas untuk rumah pribadinya.

“aku belum tahu kerjaan kamu gar?” Aletta mengambilkan sepiring makan malam yang sudah dibuatnya untuk Gara.

“masa kamu nggak tau.” Gara masih sibuk dengan Ipad yang berada di genggamannya sejak 20 menit yang lalu.

“arsitek, sayang.”

Itu kan dream job yang Aletta inginkan pada masanya. Ia juga dulu sempat memberi tahu kepada Gara, bahwa pilihan antara designer dan arsitek adalah keinginannya. Tapi sayang, salah satu harus di singkirkan karena Aletta mengetahui passionnya lebih pada design.

Dan, setidaknya Gara mewujudkan mimpinya itu walau ia tidak bisa memilikinya.

Ia tersenyum menatap Gara sampai tak sadar ia menatap laki-laki itu dengan intens.

Sedangkan Gara yang merasa di tatap langsung mengalihkan pandangnya.

Matanya langsung bertatapan dengan bola mata coklat jernih milik Aletta, ia sampai tak sadar bahwa Ipad-nya sudah jatuh ke tangan perempuan itu.

“makan dulu sayang..”

Sumpah, di tatap seperti itu membuat Gara salah tingkah. Jantungnya masih saja berdebar kencang saat Gara membalas tatapannya yang tidak sebentar itu.

“sayang, aku nggak bisa eye contact sama kamu..” Gara mengucap lirih, kepalanya menunduk. Setidak berani itu pada tatapan Aletta padanya.

“apa? Aku kan cuman liat kamu sebentar.” Aletta tertawa kecil mendengarnya, laki-laki di haapannya ini sangat lucu sekali. Bisa tukar wujud nggak ya? Gara jadi anak Aletta saja, misalnya.

“Ipad-nya aku simpan ya, kamu makan malam dulu.”

Gara mengangguk semangat saat disuguhkan sepiring masakan yang sudah ia nanti-nanti sejak 20 menit yang lalu.

“kamu harus jadi istri aku!” di sela kunyahannya Gara berucap.

Aletta tentu tertawa kecil mendengarnya, “makan dulu, Gara!” tegurnya.

Sibuk menatap sang kekasih di hadapannya, sampai tidak sadar bahwa lelaki itu sudah menghabiskan makanannya dengan cepat.

“sayang, aku udah selesai!” mengelap tissue di sela-sela area bibir, Gara kemudian duduk berdekatan dengan Aletta.

“eh, udah selesai? Kok cepat?”

“ketahuan nggak perhatiin aku!”
Gara mulai merajuk, raut wajanya berubah cemberut dan tidak ingin menatap Aletta.

“aku perhatiin loh! sampai nggak sadar kamu udah selesai.” Balas Aletta.
Gara masih tidak ingin menjawab, Aletta tidak tahu harus apa ketika Gara sudah mulai merajuk tidak jelas begini.

“sayang..”

Bah! Jurus itu memang sangat mujarab untuk Gara yang saat ini sedang mesem-mesem sendiri mendengar Aletta memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.

“aku tau kamu senyam-senyum!” Aletta beranjak dari tempatnya dan membersihkan beberapa piring di meja makan lalu akan dia bawa ke dapur belakang.

“SAYANG KENAPA AKU DI TINGGAL?!”

Aletta harus terbiasa mendengar suara bayi besarnya itu, teriakan dan tingkah laku Gara saat ini jauh berbeda dengan waktu dulu mereka masih SMA.

Ia senang, tentu saja. Perubahan yang berubah drastis itu ternyata menjadi sumber kebahagiaan Aletta sekarang.

***

“sayang, aku kepikiran mau nikahin kamu.”

Pernyataan itu jelas-jelas mengejutkan Aletta yang masih sibuk bersandar di dada Gara. Lelaki itu sekarang masih sibuk memainkan rambut panjang milik Aletta.

“kok tiba-tiba?” ujung-ujungnya Aletta dengan santai bertanya.

Keterkejutannya dengan pernyataan Gara tadi ia simpan saja.

“ya, aku pikir-pikir kita udah lama pacaran ‘kan, kalau kamu nggak nikah sama aku ya buat apa?”

“aku nggak mau kamu jauh dari aku lagi..”

“aku nggak mau sendirian lagi, walaupun ada umi ‘kan tetap aja rasanya beda sayang..”

“aku juga mau kamu milik aku sepenuhnya, aku nggak mau kamu di rebut laki-laki lain nantinya..”

Semua ucapan dari hatinya Gara keluarkan, ia memang tidak ingin kehilangan Aletta untuk kedua kalinya lagi. Cukup yang pertama merubah hidupnya jadi lebih baik dan lebih banyak pikiran dalam menjalin hubungan.

Aletta membalikkan tubuhnya, jadi menelungkup. “aku tahu apa yang kamu mau, Gar.” Aletta berbisik lirih padanya.

“aku nggak akan pergi lagi, dan akan terus selamanya sama kamu.”

“aku mau jadi pendamping kamu di masa depan, aku.. sayang sama kamu.”

“I love you… and I really do.”

Senyuman keduanya terpancar, salah satu dari mereka berusaha untuk menahan air mata yang akan keluar dari tempatnya.

Seberuntung apa mereka hingga sampai saat ini bisa bersama, tentu tidak mudah karena semuanya butuh proses yang panjang.

Kehilangan satu sama lain tidak pernah ada dalam list hidup mereka.

Setidaknya saat ini mereka bisa benar-benar bersama menjalin hubungan yang sudah lama terjalin.

Baik Gara dan Aletta tidak ingin perpisahan itu terjadi lagi, satu kali dan itu menurut mereka sudah cukup.

Gara selalu dan akan mencintai Aletta seutuhnya, tanpa perempuan itu sadari Gara benar-benar menyerahkan hidupnya pada Aletta. Semua bergantung padanya tanpa di sadari.

Dan untungnya, ia memilih wanita yang  tepat untuk bisa menaruh rasa percaya dan hati-nya pada Aletta.

“I love you more, sayang..” Gara langsung menarik tubuh Aletta ke dekapannya, mencium seluruh wajah Aletta sampai perempuan itu diam-diam menangis, merasa seberuntung itu kah ia mendapatkan Gara yang saat ini berada di hadapannya sekarang?

Gara merasakan air mata perempuan yang berada di dekapannya saat ini.

Al, whenever you go I'll let you go back to me. And I'm promise to my self and us to still love each other till we get 'a real home'.

Dan tepat di depan bibirnya, Gara memberanikan berkata,

“let’s get married!”

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang