7. PERMINTAAN

212 10 0
                                    

Gara masih tak menjalankan motornya, sedangkan aletta sudah mencak-mencak sendiri dibuatnya.

“AYO GARAA!!” teriak aletta di belakang.

“kamu budeg ya?”

Gara sedikit menoleh ke arah aletta lalu menekan satu jari telunjuknya tepat di dahi gadis itu.

“sakit!” ringis aletta sembari mengusap pelan jidatnya.

“em.. kalau lo gue temenin ke pasar terus gue dapet apa?”

“pahala!”

Gara mengerutkan keningnya, “ya enggak salah juga sih,” gumamnya membenarkan ucapan aletta.

“udah buruan jalan! Kita disini udah 10 menit tau!”

“eits! Entar dulu..”

“lo ke pasar mau ngapain sih?” tanya gara penasaran.

“beli bahan-bahan buat dagang nanti malam!” jawab aletta ketus.

Gara mengangguk paham, lalu satu ide muncul di kepalanya.

“gue punya permintaan!”

Aletta mengangkat alisnya, “apa?”

“lo harus jadi pacar sehari gue, gimana?!”

Sontak aletta memukul bahu gara kencang. Sudah cukup tadi di warjok saat gara mengakui aletta sebagai pacar lelaki itu.

“gak! Gak mau, titik.”

“segala pake titik!”

Gara menatap aletta pada kaca spion di samping stang, “tawaran bagus nih, lo bisa ngerasain jadi pacar seorang gara sebastian husein.”

“saya gak mau pacaran sama orang gila kayak kamu!”

Gara melotot tak terima saat dibilang gila oleh aletta.
“heh cewek aneh! Elo tuh yang gila!”

Aletta menatap bola mata coklat terang milik gara lewat spion motor. “saya gila? Lebih gila siapa yang seenaknya nge-klaim orang jadi pacarnya?”

Gara tak menjawab pertanyaan aletta.

“udah, jalan ayo! Lagian kamu mau banget ya punya pacar kayak saya?” tebak aletta dengan percaya dirinya.

Gara memasang wajah menjijikkannya, “wlek, cewek kaya lo? Kayak gak ada yang lain aja!”

“gimana tawaran gue? Bonusnya lo boleh minta apa aja deh sama gue!”

“ngomongnya ntar aja, sekarang buruan  jalan. ngomong sama kamu gak bakal kelar-kelar!”

Pasar 16.00

“al ini apa?” tunjuk gara pada salah satu sayuran di depannya.

“bawang,”

“ya tau gue juga kalau bawang mah. Tapi nama bawang ini apa?”

“bawang Bombay,”

“terus ini apa?” tanya gara kembali pada aletta yang sibuk memilih bahan sayuran.

“terong.” jawab aletta ogah-ogahan.

Gara tertawa sebentar, lalu melirik ke arah resleting celananya.

“bisa mirip sama anu gue ya?” ucapnya sekecil mungkin agar aletta tak mendengarnya.

Dugaan gara salah, malah aletta ikut menimpalinya.

“anu kamu bisa jadi lebih gede, daripada terong yang ada di tangan kamu.” 

Gara melotot di tempat, bibirnya kelu untuk membalas perkataan ambigu aletta.

Yang lebih memalukannya lagi muka gara merah padam, untung tak di lihat oleh aletta bisa-bisa dia di ledek habis-habisan.

Jam 5 lewat mereka sudah sampai di kediaman aletta, gara menatap sekeliling rumah aletta dengan pandangan yang…

“saya tau rumah saya kecil, enggak kayak rumah gedong punya kamu.” Ujar aletta seolah tau pandangan gara pada sekitarnya.

Gara menggelengkan kepalanya cepat, bukan maksudnya seperti itu.

“enggak! Gue gak ada bilang gitu ya al!”

Aletta tersenyum kecut memandangi raut wajah gara, “manfaatin waktu untuk hal yang bermanfaat, ya gar. Jangan jadi orang susah, itu gak enak.”

Setelahnya aletta tersadar lalu tertawa kecil, “oh iya rata-rata anak orang kaya seperti kamu udah punya karier di masa depan ya. Kebanyakan orang tua seperti itu mengharuskan anaknya untuk terus mengikuti jejak mereka.”

“kamu jangan sampai salah satunya ya? Ya walaupun enggak ada yang tau mereka bakal suka apa enggak. tapi setidaknya anak perlu memegang kehendak atas dirinya sendiri. karena itu kan hidupnya, dia yang menjalankannya.”

“eh, ngomongnya ngelantur ya?” aletta tersadar akan perkataannya yang berlebihan lalu masuk ke dalam rumah sebentar mengambil sesuatu.

Itu, kunci motor milik gara.

“padahal gak lo balikin juga gak papa.” Jawab gara santai.

“tadi siapa yang marah-marah di kantin kalau mau kunci motornya harus ada waktu itu juga?”

Gara menyengir lebar, “hehehe...”

“gue jemput ya malem? Jam setengah 8 aja lo berangkatnya.” Kata gara menyarankan.

“iya, kayaknya maleman aja kali ya. Lagian saya banyak tugas juga.”

Sentilan pada dahinya aletta dapatkan,
“rajin amat!”

“sakit! Kamu hobi banget nyentilin orang ya?” tuding aletta.

“nyentil hati lo juga bisa,” jawab gara.

“abis nyentil hati, nyentil apa lagi?”

“ginjal?” ucap keduanya bersamaan, tersadar dengan perkataan mereka keduanya tertawa.

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang