“udah puas liatinnya?”
Aletta tersadar dan langsung mengalihkan pandangnya, menghindari gara yang sedang menggodanya.
“ayo lah! Kita berpetualang kaya dora dan si monyet boots!”
“kamu monyetnya ya?”
Gara menatap Aletta tajam, “enak aja gue doranya lah!”
“dora kan cewek, kamu mau jadi dora berwujud laki-laki emang?”
Perkataan aletta membuat gara membayangkan jika ia memakai kaos merah muda disertai dengan rambut pendek ala dora dan juga wajahnya menggantikan peran dora disana.
“enggak-enggak! Gue yang jadi boots aja gapapa, demi alek!”
Sedetik kemudian tawa aletta mengudara, “lo ngetawain gue?” gara berucap.
Tak memperdulikan pertanyaan gara yang kelewat bodoh itu, aletta malah berjalan masuk di tengah hutan rindang disusul dengan teriakan gara yang berteriak.
“ALETTA! TUNGGUIN!!”
Pada akhirnya gara berjalan lebih dulu dari aletta, sedari tadi aletta menggerutu sebal karna tak sampai-sampai ke tempat tujuan.
“masih lama?” aletta menunduk sebentar karna sepatunya menginjak sesuatu.
Sedetik kemudian aletta tersadar dengan sesuatu yang ia injak karna tiba-tiba bergerak.
“GARA ULERR!!” aletta berteriak heboh di tengah hutan sedangkan gara sudah was-was sendiri di buatnya.
“mana uler?!” spontan gara ikut berteriak.
“itu!” tunjuk aletta pada seekor ular yang berada jauh di hadapannya, ternyata aletta tadi tak sengaja menginjak ekor ular yang ukurannya lumayan bisa melilit seekor tikus besar.
Gara meneliti sepanjang kulit ular itu, ciri-cirinya serta kepalanya yang gepeng lalu berdiri menyerupai suling.
Gara dan aletta menoleh bersamaan, detik berikutnya mereka berteriak kencang penuh ketakutan.
“KOBRAAA!!”
“ULER KOBRAA GARA!” rasanya aletta ingin menangis saja, saat ular itu perlahan mendekat ke arah gara dan juga aletta.
Kemudian tanpa aba-aba kedua manusia itu berlari bersamaan, tak lupa kedua tangan itu saling menggenggam dengan erat.
“uda..ah..an…kit..aa…ud..ahh..ja..uhh…bang…et!”
Nafas aletta sudah putus-putus sejak berlarian tadi, ia kembali menoleh kebalakang melihat keadaan sekitar yang sudah mulai gelap.
“gara ini dimana?” nafas aletta sudah terkontrol dengan baik lalu pandangannya jatuh pada gara yang sedang duduk di bawah tanah.
“5 menit dari sini ada villa, itu villa punya bokap gue. Kesana aja ayo!”
Tanpa basa-basi mereka segera berjalan cepat menuju letak villa berada.
“mang dadang?”
Gara mengedarkan pandang ke sekitar, ia menatap satu bangunan rumah di sana beserta dengan villa besar di sebelahnya.
Seorang pria paruh baya keluar dari rumah itu saat ada seseorang memanggilnya. Matanya menyipit, memandang seorang lelaki muda di hadapannya.
“ini siapa ya?” masih dengan mata menyipitnya pria paruh baya itu meneliti perawakan kedua anak muda yang sepertinya ke sasar disini.
“mang dadang gak kenal gara?”
Salah satu di antara dua orang itu berbicara, sontak mata pria paruh baya itu membelak terkejut.
“aduh! Maaf ya den gara, saya sampai ga kenal. maklum udah tua, Kacamata saya juga tadi ke ketinggalan gak sempet ngambilnya!”
Gara menunduk sopan, memakluminya, “gak papa atuh mang, gara izin masuk boleh ya?”
“terus ini teh siapa?” pandangannya turun pada aletta yang melemparkan senyum tipis padanya.
“pacar den gara ya?” tebak mang dadang saat itu juga.
“ah bukan mang! Ini tadi gara mau ngajak dia ke villa bentar, eh taunya tadi di jalan pas mau kesini di kejar-kejar ular.”
“aduh emang yang namanya hutan belantara gini mah banyak hewan buas den, jaga-jaga aja ya nanti kalau kesini lagi.”
Gara mengangguk patuh lalu izin kepada mang dadang untuk masuk dan di ikuti aletta di belakangnya.
Mang dadang ini penjaga villa sekaligus orang terpercaya ayahnya, sebab turun temurun keluarga mang dadang sudah bekerja lama dengan keluarga gara.
Sebelum sempat pergi gara mengucapkan sesuatu pada mang dadang.
“siap atuh! Rahasia mah aman!” seru mang dadang di sana yang di balas dengan kedua jempol dari gara.
Aletta mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu villa itu, ia menatap atap villa serta ruangan lainnya disana.
“gimana? Suka?”
Aletta memilih tak menjawab pertanyaan gara, “sekarang jam berapa?”
Gara mengedikkan bahu acuh, ponselnya juga entah ada dimana. Mungkin jatuh pas berlari tadi? Ah, biarkan saja yang penting perasaan senang hinggap di hatinya karna sekarang ia bisa berduaan dengan aletta.
“nanti pulangnya gimana?” aletta khawatir jika orang rumah mencarinya.
“soal itu, aman terkendali! Sekarang kita ke kamar yuk?”
Aletta mendongak cepat, menatap gara penuh permusuhan. Dasar mesum!!
“lo kenapa nyilangin badan lo?” heran gara saat beberapa detik lalu ia melontarkan ajakannya malah membuat aletta ketakutan.
Apa salahnya memang mengajaknya ke kamar?
Setelah gara fikir-fikir ternyata perkataannya ambigu, oh apa itu yang ditakutkan aletta pada ucapannya barusan?
Berdeham sedikit gara kemudian berucap, “gue gak bakal apa-apain lo kok.”
Lega, itu yang aletta rasakan. Untungnya gara tau batasan.
“tapi gak tau nanti malam.” Lanjut gara di sertai smirk handalannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGARA [COMPLETED]
Teen FictionDipertemukan dengan cara yang unik, berawal dari Gara yang tak sengaja menabrak gerobak nasi goreng milik seorang gadis yang di ketahui bernama Aletta Prameswari. Gara di berikan hukuman selama 1 bulan penuh oleh Aletta untuk mengganti kesalahannya...