46. NEW JOURNEY

120 4 0
                                    

"new life." Gumamnya pelan, senyumnya terbit selang beberapa detik. Akhirnya, gara merasakan waktu dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu merepotkan keluarga bahkan teman-temannya yang meragukan gara.

Gara lemah, gara tidak bisa berdiri dengan kakinya sendiri, gara selalu membebani orang, gara pengecut. Gara, gara, dan gara..

Ia hanya tersenyum pahit mendengar ucapan mereka yang seolah meragukan dirinya sendiri. Hey, lihat sekarang. Anak nakal kebanggaan sekolah ini sudah menjadi pengusaha property di umurnya yang sangat muda. Mustahil memang umur 22 tahun bisa menjadi CEO yang terkenal di kalangan bisnis dan juga property. Namun jika bukan berkat tuhan dan do'a orang tua ia bisa apa?

Beberapa tahun silam adalah tahun terburuk gara, mengabaikan seluruh rasa sakitnya gara memutuskan untuk membuat kehidupan baru di hidupnya, menutup rapat buku lama yang pernah ditulisnya sepanjang waktu.

Sekarang, gara hanya fokus pada karrir yang dicapainya, seluruh tenanganya ia habiskan hanya untuk bekerja dan bekerja. Tak apa, ini memang yang gara mau sedari dulu. Sibuk bekerja tanpa memikirkan masalah hidup yang akan datang tanpa diberitahu.

"gar,"

Laki-laki itu tidak menyadarai bahwa sekarang seorang perempuan tengah berdiri di hadapannya sambil terus memperhatikan setiap pergerakan gara.

"gara.." perempuan itu maju beberapa langkah untuk menuju kursi kebesaran gara.

Ia mengusap bahu kekarnya lembut, berusaha mengalihkan gara dengan kehadirannya.

"aislinn," pandangan gara teralihkan dengan perempuan yang tingginya hampir setara dengannya itu.

"kamu belum makan siang, tadi tante nyuruh aku kesini."

Sudah lama aislinn menemaninya bersama hingga ia sukses seperti sekarang. Sehabis lulus SMA, gara memiliki satu teman perempuan di kampus yang merangkap sebagai support systemnya. Ya, dia aislinn arcelia glora.

"kamu makan duluan aja, aku masih harus urus laporan." Walau begitu gara masih terus memperhatikannya, aislinn memang perempuan yang lemah lembut dan penuh tatakrama, oleh karena itu uminya sangat menyetujui hubungan gara dengannya.

"kebiasaan, kamu 2 hari ini nggak ada makan nasi ya!" aislinn selalu ingat kebiasaan seorang gara.

Lelaki tampan itu hanya terkekeh menanggapinya, "lagi nggak mau aja, lin."

"gara.. please, ini demi tubuh kamu loh!"

"kamu juga, makan jangan cuman salad, sereal, salad, sereal! Makan nasi sesekali nggak bakal buat badan kamu berubah kok." Jika sudah begini, aislinn merasa gara memperhatikan semua yang ada di dalam dirinya secara keseluruhan.

"mau gimana lagi?" balas aislinn pelan, semenjak ia menjadi model, kehidupannya berubah 180.

"makan diluar aja mau nggak? Aku sekalian butuh refreshing." Tawar gara pada perempuan itu.

"makan apa?"

"junkfood, boleh? Aku lagi mau makan itu." mata tajam gara bertatapan dengan bola mata hazel milik aislinn.
Cepat-cepat gara mengalihkan pandangannya dengan kertas-kertas yang sedari tadi berada di genggamnya.

"yaudah, boleh." Putus aislinn cepat.

"kamu duluan ke basement, aku mau ketoilet sebentar."

***

"al, makan di restoran sana dulu ya? aku belum sarapan dari tadi pagi."

Aletta menghela nafasnya pelan, dirinya juga sama laparnya. Jam memang sudah menunjukkan waktu makan siang.

"ge, tapi jangan lama-lama ya? aku nggak enak di tunggu klien."

"iya enggak, sehabis makan kita langsung lanjut jalan lagi."

Keduanya memutuskan untuk berkunjung sebentar di restoran junkfood itu, aletta memilih tempat duduk di pojok sebelah kanan restoran, sengaja memilih paling pojok karena agar bisa senderan dan melihat beberapa orang yang berlalu lalang di luar restoran.

"di acara fashion week nanti kamu bakal datang, al?" geo bertanya di sela-sela keterdiaman mereka.

"maybe, aku masih ada schedule di minggu depan."

Geo tidak menanggapi lebih, ia sibuk memperhatikan aletta yang bermain ponsel hanya ntuk menghubungi kliennya saja.

Saat mata aletta tak sengaja bertubrukan dengan bola mata hitam tajam seseorang ia langsung cepat-cepat menunduk. Perasaan resah menghampiri, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, juga tangannya yang perlahan-lahan dingin langsung menyeruak.

"al, are you okay?" geo khawatir dengan perubahan aletta, ia merasa bahwa aletta merasakan kejadian yang janggal di sini.

"hug me, geo. Please.." suaranya melirih, sampai pelukan hangat mulai menghantarkannya kedalam kehangatan.

"you okay, you okay. Trust me.." lelaki itu berusaha menenangkan aletta dari kejadian beberapa menit lalu.

"I'm okay, I'm okay. Thanks, geo." Aletta menggumamkan kata-kata penenangnya, Geo masih terus memeluknya sembari mengecup pucuk kepala aletta berkali-kali.

Gara termenung berdiri melihat kejadian itu, yang seharusnya berada di posisi itu adalah dirinya, bukan lelaki lain. Tapi ia bisa apa? Gadis itu merasa, jika melihat gara ia langsung trauma berat. Masalah mereka belum selesai, pasti yang memiliki trauma di tinggalkan disini adalah gara, kenapa pula dengan aletta yang merasa takut saat memandanginya tadi?

Rasanya memang aletta bukan lagi pilihannya, gadis itu sudah menemukan pasangan yang tidak lagi berurusan dengan kekerasan, gara menilai lelaki itu adalah laki-laki baik dan good attitude yang aletta inginkan, berbeda dengan dirinya yang memiliki riwayat kenakalan di hidupnya.

"gara? Kenapa diam aja, kita duduk di sana ya?"

"lin, aku mau makan yang lain aja."

"hm? tiba-tiba?" aislinn membenarkan letak rambutnya asal saat menatap gara.

"nggak mood, kita makan ke restoran langganan kamu aja." Gara berjalan keluar diikuti dengan aislinn di belakangnya.

Aislinn menahan lengan kemeja gara saat lelaki itu sudah lebih dulu ingin masuk ke dalam mobil.

"yakin mau makan salad?" aislinn memastikan. Gara bukan tipikal orang yang suka memakan sayuran dan buah-buahan.

"asal sama kamu, apa aja aku makan."

***

"gue ketemu aletta."

Teman-temannya sontak memberhentikan obrolan mereka, hening melanda beberapa menit.

"dimana?" fadhil membuka suara, kejadian ini sebelumnya sudah ia duga dari jauh-jauh hari karena pacarnya sempat mengabarinya bahwa aletta akan datang ke tanah air hari ini.

"terus, gimana-gimana? Lo ada ngobrol sama dia nggak?"

"buat apa? Dia udah bahagia sama cowoknya yang sekarang." Gara membalas pertanyaan bagas dengan ekspresi datar.

"gue tau, lo bukan tipe orang yang mau ngelupain kejadian terpenting dalam hidup lo gitu aja, gar."

"move on bertahun-tahun nggak ada hasil apa-apa, gar?"

"aletta sesempurna itu di mata lo? Sampe dia tega sama lo, lo masih aja mikirin dia. Mending aislinm kemana-mana lah anjir! Cari orang yang pasti buat lo bahagia nantinya, gar. Jangan mau kebanyakan nunggu cuman gara-gara aletta."

"nggak usah banding-bandingin aletta sama aislinn, semuanya sama-sama orang terpenting di hidup gue."

"dan jangan pernah coba tanya ke gue, gue harus pilih siapa diantara mereka berdua, jelas kalian semua tau jawabannya siapa."

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang