33. AWALNYA

128 5 0
                                    

Aletta bersama tim jurnalistiknya sedang mengadakan acara pameran besar di salah satu sekolah tetangga. Tak pernah ia fikirkan sebelumya jika pameran sekarang lebih ramai pengunjung yang berminat  dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

“ini siapa yang lukis?” tanya satu lelaki di sana, penampilannya sangat rapih dan terkesan cool.

“ini punya aletta.” Erika tersenyum menjawab pada lelaki itu.

Kemudian arah pandang cowok itu turun kepada aletta, menatap wajahnya intens.

“punya lo?” tanyanya dengan suara serak khas.

Aletta mengangguk, sedikit terpana dengan pahatan wajahnya yang sempurna, walau sebenarnya jika dibandingkan dengan pacarnya— gara, cowok itu kalah dengan kemanisan wajah lelakinya.

“gue ambil.”

“ini nggak saya jual!” aletta menolak tawaran yang di berikan lelaki kaku itu padanya.

“berapapun harganya, gue bayar.” Kekeh cowok itu.

Erika termenung menatap keduanya. Lagipula, apa yang dibanggakan dari lukisan bertema pemandangan laut dan bulan di sana? Kalau ia menjadi aletta, sudah ia tawarkan harga yang sangat mahal pada lelaki di hadapan mereka.

“tawarin 200 juta aja, al. siapa tau dia minat!” Erika terkikik geli di sampingnya. Ia menyenggol bahu aletta, berusaha memikirkan ide ucapannya barusan.

Cowok tak dikenal itu kemudian menyeletuk, “nggak masalah, gue ambil lukisan lo seharga 200 juta.”

Mulutnya terbuka kaget, matanya juga melotot karena terlalu terkejut dengan tawaran yang di berikan lelaki itu pada aletta.

“woah! Al, terima aja!” girang Erika.
Tapi dengan bodohnya aletta menolak itu semua, membuat Erika di sampingnya terkejut bukan main.

“maaf, saya tetap nggak jual lukisannya.” Tolak halus seorang aletta prameswari.

Agaknya lelaki itu kesal dengan penolakan aletta, ia berdecak sampai terdengar jelas di kedua telinga gadis itu.

“berapapun deh, 300 juga gue nggak masalah.”

Satu kata yang terlintas dalam fikiran aletta saat ini, gila! Lelaki ini benar-benar gila. Lukisan simple seperti ini memang memiliki nilai jual yang sangat mahal? Sampai Aletta juga lupa kapan ia dulu melukis lukisan itu.

“memangnya, apa spesialnya lukisan saya?” tanya aletta pada akhirnya. Melihat binar wajah dari cowok itu pada lukisannya membuat aletta dirundung penasaran yang lebih.

“maknanya banyak, lo nggak perlu tau. Tinggal terima tawaran gue dengan sebutan iya atau enggak.” Tutur katanya membuat siapa saja terpana, tapi tidak dengan aletta. Biar sekalipun cowok itu berkata diiringi dengan gerakan lidah, tidak sama sekali aletta terbuainya.

“yah al, 300 juta loh! kalau gue jadi lo, gue langsung terbang ke aussie buat biaya kuliah gue disana nanti.”

Erika ada benarnya. Lukisan ini hanya semata-mata Aletta coba dengan keisengannya. Tapi jika tawarannya seperti ini membuat aletta lebih mudah untuk mengejar mimpi di hidupnya.

“jadi?” name tag-nya bernama Reagan. Aletta hanya cukup tau inisialnya saja.

“iya, kamu bisa ambil lukisan itu dengan harga 300 juta.”

***

“gar, tolong rahasia-in yang lo liat di ruang jurnalistik minggu lalu ya..”

Gara melihat savira yang tengah memohon-mohon padanya. Ternyata benar dugaannya, savira tidak selamanya setia pada jian.

“lo selingkuh sama rizky?” tanya gara pada savira.

Savira hanya memberi respon diluar dugaannya, ia tertunduk kaku di hadapan gara.

“sav, lo nggak ingat? Jian mati-matian supaya dapetin lo lagi. Dia juga rela jadi amukan papanya karena hubungan lo sama jian nggak pernah direstuin.”

Savira lagi-lagi termenung, yang di katakan gara memang... benar. Tapi, di satu sisi ia tidak bisa menjelaskan begitu saja pada gara tentang semua alasannya.

“gue nggak akan bilang ke jian, sebelum dia tahu kelakuan lo kayak apa di belakangnya.” Sahut gara, tatapannya sudah tidak seramah yang gadis itu kenal saat pertama kalinya. Gara yang ini sangat membuat savira dirundung ketakutan. Karna dari sekian banyak teman laki-lakinya, hanya satu orang yang tahu semua rahasia savira, yaitu gara.

“gue nggak mau berurusan sama jian, dia udah kayak saudara buat gue.” Setelah berucap demikian, gara segera melangkahkan kaki keluar dari taman sekolah.

Bukan hanya savira saja yang takut dengan ini semua, gara pun sama halnya dengan savira. Lelaki itu takut jika hal yang tidak diinginkan terjadi dalam hubungannya bersama aletta.

Rizky, si pengadu itu ternyata sudah lebih dulu menghancurkan orang terdekatnya. Gara pastikan bahwa lelaki itu berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan aletta nanti, siap-siap menerima konsekuensi terbesarnya.

***

“sendiri?”

Aletta tidak ada niatan untuk membalasnya. Ini salahnya, jika saja ia tidak memilih pulang sendiri. Tidak akan gadis itu diganggu oleh lelaki disebelahnya sekarang.

“gue belum minta nomor rekening lo, by the way.” Reagan yang menjadi penghalang aletta pulang saat ini.

“apa lo mau cash?” Reagan mempersilahkan aletta untuk menentukan pilihannya.

“terserah.” Jawab aletta cuek.

Reagan diam-diam tersenyum menatapnya, tatapan yang membuat siapa saja ingin terus berdekatan dengannya.

“gue belum tau nama lo,”

Kenapa cowok di sampingnya ini jadi cerewet? Tadi yang aletta lihat ia seperti lelaki kaku yang jarang sekali berbicara. Eh, ternyata..

“kok nggak di jawab?”

Gadis itu tidak nyaman dengan kehadiran Reagan, cepat-cepat jari lentiknya mendial nomor seseorang di ponselnya.

“bisa jemput aku? Please..”

“al, kamu kenapa? Aku kesana sekarang, kamu jangan kemana-mana!”

Aletta menjerit dalam hati untuk meminta gara segera mendatanginya cepat, kalau bisa, 1 detik sudah sampai dihadapannya.

Reagan terus saja bertanya perihal lukisannya, walau sebenarnya itu tidak masalah bagi aletta. Namun, yang menjadi masalahnya adalah bagaimana cara Reagan menatapnya penuh damba.

Aletta takut..

Deru motor mulai bersautan, membuat kedua insan yang tengah berbincang sesuatu itu mau tidak mau melihat ke arah sumber suara.

“siapa lo?” lelaki itu melepaskan helm full face nya seraya turun dari atas motor, setiap pergerakan yang ia lakukan tidak bisa disebut baik-baik saja dengan keadaan sekarang.

Apalagi dibelakangnya muncul semua teman lelaki itu yang ikut turun dari motornya masing-masing.

Kenapa gara membawa teman tongkrongannya juga?!


***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang