Terhitung sudah 30 hari gara jalankan untuk membantu aletta berjualan, dan malam sekarang adalah malam terakhir gara menuntaskan kesalahannya waktu itu.
“gak kerasa udah 1 bulan aja.” Monolog gara.
Aletta melepas apron hitamnya lalu meletakkannya di atas meja, gadis itu menghampiri gara lalu duduk berhadapan.
“aku kira kamu cowok yang gak mau tanggung jawab sama kesalahannya.” Aletta berbicara sambil mengulang reka adegan gara yang menabrak gerobaknya hingga isinya jatuh berceceran.
Gara melakukan hal yang sama, ia kembali mengingat gadis polos yang tak tahu apa itu kartu atm. Ya, cukup aneh dan gara belum menanyakan persoalan itu sampai sekarang pada aletta.
“besok malam kamu jangan datang lagi ya?”
Gara mendongakkan wajahnya hingga manik matanya bertatapan dengan warna bola mata coklat milik aletta, “loh kenapa?!” protesnya.
“kan udah 30 hari, Kamu mau nambah hari lagi?” tawar aletta yang di balas gelengan oleh sang empunya.
“antara mau sama gak mau.” Jujurnya pada aletta.
“mau nya kenapa?”
“mau ketemu kamu terus lah!”
“terus gak maunya?”
“karna capek.”
Aletta paham, gara mana terbiasa membantu orang berjualan seperti ini bahkan tak jarang gara mengeluh lelah hingga terkadang pusing dadakan jika banyak pembeli berdatangan.
“gimana sama kamu ya, yang tiap harinya jualan?” gara bertanya.
Aletta menangkup sebelah wajahnya dengan dagunya. “menurut kamu?”
Mata aletta berkedip dua kali, ia menghela nafas pelan. “capek jangan di tanya, apalagi harus bantu pemasukan keluarga. Menurut kamu rasanya gimana?”
Gara menggelengkan kepalanya polos, ia tidak tahu bagaimana rasanya.
Mata mereka masih bertatapan tanpa jeda, seolah keduanya tak ingin mengalihkan pandangannya masing-masing.
Jari tangan gara mendarat di jari putih aletta yang menganggur, gara mengusapnya dengan lembut.
“aku gak pernah ngeluh sama hidup aku, karna aku tau kalau cuman ngeluh aja gak bakal ada hasilnya. Dulu, setelah ibu... meninggal aku gak tau harus ngapain. Ayah cuman seorang kuli bangunan dan itupun belum cukup buat biaya aku dan adik aku sehari-hari. Setiap hari aku selalu bersyukur sama tuhan karena udah di beri kesempatan untuk hidup dan jalanin semuanya dengan cara ikhlas dan sabar, aku ngerti semua kerja keras pasti ada hasilnya. Dan sekarang? Aku banyak bersyukur dari pengalaman hidupku, aku bisa bantu ayah buat biayain sekolah kedua adik aku. Hidup itu bukan soal mengeluh, gar. banyak di luar sana yang di paksa untuk bekerja walau mereka terus mengeluh bahwa pekerjaan itu capek dan berat, mereka harus berjuang untuk hidupnya, untuk keluarganya. Dan kamu, harus jadi orang yang berguna untuk semua orang. Buktikan kalau kamu bisa dengan caramu sendiri, sampai akhirnya nanti kamu ada di titik dimana kerja keras kamu terbayar sudah.”
Remasan pada tangannya semakin erat tatkala gara menatapnya dengan mata yang memerah sampai rasanya ingin sekali kristal bening itu untuk terjun.
“sstt, jangan sedih..” aletta berusaha menenangi gara dengan sapuan lembut yang ia berikan di punggung tangan lelaki itu.
“enggak sedih!” elaknya dengan suara serak menahan gelombang rasa, yang entah itu apa.
“itu matanya merah,” ejek aletta pada gara.
Gara tersenyum tipis ia merentangkan tangannya untuk di peluk tapi aletta tak mengerti maksud lelaki itu.
“apa?” tanya aletta polos.
“ish peluk!”
Gadis itu tertawa kecil, ia menyuruh gara untuk mendekat padanya.
Gara mendekat, lalu memeluk aletta dengan hati yang sangat amat bahagia. Gara beruntung bertemu dengan aletta.
Tak ada yang tahu bahwa gara menahan isakannya kuat-kuat saat mendengar cerita aletta. Sampai pada akhirnya bahu gara bergetar, menandakan bahwa lelaki itu menangis dalam diam.
Punggungnya di usap pelan oleh aletta, dengan sayang aletta mengecup pelan pelipis gara.
Tangan aletta menangkup wajah gara, memperhatikan setiap inci wajahnya. Di usapnya pelan bekas air mata yang tadi tumpah dengan derasnya.
“jangan nangis, malu.” Bisik aletta di depan wajah gara.
Gara melipat bibirnya yang ingin bergetar kembali. ia menahan nafas saat aletta bergerak maju, semakin dekat ke wajah gara.
Sapuan lembut dari aletta pada rambutnya membuat gara perlahan terpejam seiring berjalannya waktu. Sampai benda lembut itu mendarat di dahinya dengan penuh perasaan.
“keenakan!” sindir aletta saat melihat mata gara yang masih saja terpejam.
Bulu mata lentiknya menyentuh alis tebalnya saat terbuka, tetesan air matanya sudah mengering lagi dan di gantikan oleh senyuman manis dari lelaki itu.
Mereka kembali berpelukan, menyalurkan perasaannya masing-masing.
Satu yang gara rasakan saat ini.
Bahwa ia benar-benar merasakan jatuh cinta pada gadis ini.
Dari degup jantung hingga perlakuan manis gadis itu di setiap harinya membuat gara tak pernah habis berfikir tentang aletta, aletta, dan aletta.
Sama seperti gara, diam-diam aletta merasakan sendiri bagaimana efek yang di timbulkan saat orang sedang jatuh cinta. Ya, pada akhirnya aletta menyadari bahwa lelaki di hadapannya ini benar-benar menyukainya. walau sedikit rasa aletta tak pernah membayangkan hal itu terjadi.
Sampai bisikan di celuk lehernya membuat aletta saat itu juga dibuat melayang setinggi-tingginya.
“I love you more than anything, aletta.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGARA [COMPLETED]
Fiksi RemajaDipertemukan dengan cara yang unik, berawal dari Gara yang tak sengaja menabrak gerobak nasi goreng milik seorang gadis yang di ketahui bernama Aletta Prameswari. Gara di berikan hukuman selama 1 bulan penuh oleh Aletta untuk mengganti kesalahannya...