16. HAL SPESIAL DARINYA

182 8 0
                                    

Keputusan gara saat itu sudah bulat, ia ingin menggagalkan perjanjiannya menjadi pacar satu hari aletta. Ia manusia yang sangat labil, tapi mau bagaimana lagi? Gara kurang puas jika sehari saja hubungan mereka sudah usai.

Dengan modal ancaman untuk tidak membantu aletta berjualan lagi tentunya, jahat memang padahal itu kan kesalahannya. Tapi tak apalah kan gara juga punya niat baik untuk menjadikan aletta sebagai pacar aslinya.

Disinilah mereka, tepatnya di rumah besar keluarga husein. Gara tukang maksa, begitu yang aletta ingin utarakan namun tak kunjung kesampaian.

“aku gak mau masuk!”

“lagian kenapa sih bawa aku kerumah kamu?!”

Dihalaman rumah lelaki itu aletta masih terus mengomel tanpa henti membuat gara di hadapannya menahan senyum gemas.

“udah?” ucap gara memandangnya tanpa kedip.

“udah apa?” jawab aletta ketus.

Nah ini! salah satu sikap ketus yang selalu gara rindukan jika aletta mengomelinya.

Ah, calon pacarnya ini kenapa begitu menggemaskan?

“masuk yuk?” gara menutup mulut aletta dengan lima jarinya, karna kembali ingin berbicara.

“gak boleh ngomel!”

Aletta menahan kekesalannya pada lelaki satu ini, setelah acara ngambek-ngambek tadi siang gara mogok bicara padanya. Alhasil, dengan iming-iming aletta akan menuruti semua  kemauan gara ia jadi terdampar di rumah besar milik pacar pura-puranya.

Oh, masihkah aletta menganggap gara pacar pura-puranya saat gara menyatakan perasaannya di villa seminggu yang lalu.

Entah, cewek seperti aletta memang butuh yang namanya kepastian. Kalian semua para cewek juga gitu gak?

Masuk kedalam rumah mewah itu aletta menjadi pusing sendiri, bagai hotel mewah di dalamnya terdapat lift dan property yang menyerupai loby hotel bintang lima.

Aletta juga kepikiran jika gara ingin ke dapur untuk mengambil  minum butuh berapa lama ia berjalan hanya untuk ke lantai bawah?

Sekarang bukan itu yang aletta fikirkan, ia gugup jika di tanya oleh keluarga gara nanti.

“UMI!”

“GARA BAWA CALON  MANTU!!”

Pukulan di bahunya gara rasakan saat mata tajam aletta menatap ke arahnya.

“hehehe, maaf udah biasa.”

Wanita paruh baya yang memakai busana muslim itu segera menghampiri keduanya, dengan penuh semangat 45 ia segera mencium pipi sang anak.

“duh, si kasep ganteng banget. Ya kan al?” gerlingan mata dari umi gara membuat aletta tersenyum canggung.

Dan sejak kapan orang tua gara tahu namanya?

“ah, bingung ya kalau umi tau nama aletta? Itu karna si kasep ini suka cerita sama umi!”

Malu, itu yang aletta rasakan sekarang. Pasti gara menceritakan hal-hal yang konyol pada uminya itu.

Aletta langsung menatap sengit gara, sedangkan sang empu sudah geleng-geleng kepala seolah berkata ‘gue juga gak tau’.

“yaudah sekarang kalian duduk, nanti umi nyusul ya?”

Kepergian umi gara membuat aletta leluasa untuk mengoceh panjang lebar di hadapan gara.

“pasti kamu cerita yang aneh-aneh ya?”

gara merasa di interogasi sekarang, apalagi melihat raut wajah aletta seperti yang di ruangan jurnalistik dulu.

Ia menyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa, enggan untuk menatap aletta.

“kenapa lagi?” sudah lelah dengan sikap gara membuat aletta sudah kebal untuk terus membujuknya.

“marah-marah mulu.” Suaranya tenggelam di balik bantal sofa, walau begitu gara sedikit mengintip ke aletta, sekarang aletta tengah mengacak rambutnya dengan gerakan pelan.

Gara segera memeluk pinggang aletta dari samping, aletta sudah tak terkejut lagi dengan perlakuan gara yang selalu tiba-tiba.

“bentar ya?” izin gara pada aletta yang di balas dengan anggukan pelan.

“cewek kenapa marah-marah mulu sih?”

“gak tau.”

“kenapa kalau cowoknya marah bukannya di bujuk malah di biarin aja?”

“tadi aku ngebujuk kamu apa engga?”

Setiap gara tersenyum ada yang menjadi spot favorit aletta yaitu salah satu gigi runcingnya. Ah, betapa tampannya!

“aku suka senyum kamu.” Ucap aletta tanpa sadar.

Gara mengigit bibir bawahnya, menahan untuk tidak mengecup seluruh wajah menggemaskan aletta.

“kalau lo suka senyum gue, setiap hari gue bakal buat lo senyum!”

“bukan setiap hari aja, mungkin selamanya?”

Kamar gara 16.00

2 jam sudah aletta berada di dalam kamar gara, sebenarnya aletta tak ingin masuk karna takut memasuki kamar lawan jenis.

Gara memaksanya dan menjamin bahwa tak akan ada hal-hal yang aneh terjadi.

“suka koleksi hot wheel's?”

Gara menghampiri aletta setelah selesai menaruh sepatu di rak khusus.

“kenapa, mau?” ucap gara menawarkan.

Aletta menggeleng, ia tak suka hal-hal yang berbau mobil dan sebagainya.

“gak suka mobil.”

“suka Barbie, dong?”

“enggak, itu mainan anak kecil.”

“diluar sana pasti ada yang masih suka ngoleksi Barbie walaupun di umur yang udah dewasa.”

“tapi itu bukan aku.”

Gara duduk di ranjangnya, sambil memperhatikan kegiatan aletta yang hendak membuka gorden di kamarnya.

Kamar gara bernuansa gelap, hanya ada warna abu-abu dan hitam di setiap penjuru kamarnya. Setiap pagi gara tak mengijinkan umi atau pembantunya membuka gorden di kamarnya. gara juga tidak tau kenapa ia begitu melarang keras semua orang yang masuk ke kamarnya untuk membuka gorden itu.

Gara membiarkan aletta membuka gorden kamarnya dengan senang hati. Entah, bersama aletta membuat gara berubah menjadi lelaki yang penurut, serta tak lagi emosi pada gadis yang berada di hadapannya ini.

Sedetik kemudian cahaya matahari sore menyambut gara yang masih terus memperhatikan aletta.

“silau,” ia mengerjapkan matanya serta menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“kamar kamu gelap, gak pernah di buka ya gordennya? Jadi berdebu nih!”

Gara mencari tempat yang tidak terkena sinar matahari, ia menjauh dari ranjang dan mulai mendekati aletta.

“gak suka cerah.” Adunya.

“kamar juga harus butuh sinar matahari tau, Ini malah mau gelap mulu.”

Gara mengedikkan bahunya acuh lalu berkata. “biarin,”

“soalnya enak, gelap-gelapan.” Lanjutnya seraya terus memperhatikan aletta dari samping.

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang