Aletta memegang satu buah cek di hadapannya dengan tangan yang kaku. Reagan di hadapannya menatap dirinya sambil tersenyum tipis.
"Ini bukan bercanda kan?" Gadis itu menatap Reagan di hadapannya dengan tatapan terkejut.
"Nggak, Al." Reagan sudah siuman semenjak 3 hari lalu, luka akibat perlakuan gara memang sangat parah tapi untungnya Reagan kuat sehingga pulih lebih cepat.
"Maaf soal waktu itu, gara mungkin salah paham."
"Iya, santai. Gue kalau jadi dia juga bakalan marah kok."
"Tapi kenapa lo harus telfon pacar lo? Padahal gue lagi nanya baik-baik." Lelaki itu ingat bagaimana Aletta dirundung takut karena dirinya.
Melihat wajah Aletta yang pucat pasi membuat Reagan tertawa di tempat.
"Nggak apa-apa, Al. Mungkin lo belum terbiasa ngomong sama orang asing waktu itu."
Dengan segera Aletta menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataan dari Reagan tadi.
"Coba kalau belum punya cowok, gue embat lo!" Gumam Reagan sekecil mungkin.
Aletta menatap ke arah sekeliling caffee dengan tatapan linglungnya, entah apa yang difikirkan gadis itu sampai membuat Reagan perlahan mendekat duduk di sampingnya.
"Hey, you okay?" Reagan memegang kedua bahu Aletta, membuat Aletta seketika tak sadarkan diri di pelukannya.
"Al, Aletta!" Reagan menepuk pipi Aletta halus. Dengan cepat ia menggendong gadis itu keluar caffee sampai membuat pengunjung disana merotasikan tatapan mereka ke arah Reagan yang tengah menggendong Aletta.
***
"Yang itu jangan di keluarin, bego!" Hardik Devan pada Bagas. Memang si Bagas ini tidak bisa main kartu hingga membuat Devan sedari tadi memakinya keras-keras.
"Sabar napa, gue juga tau!" Balas Bagas, padahal sebenarnya dia hanya iya-iya saja.
"Tau, tau, apaan! Tadi aja kalah 2 kali masa masih mau coba,"
Bagas membalas celotehan Devan hingga kedua lelaki itu berdebat sampai membuat teman yang lainnya berdecak kesal, dasar bocah.
"Diem ae lo!" Fadhil duduk di sebelah gara.
Gara menghisap rokok di tangannya kuat, kedua matanya terpejam sebentar untuk menetralisir rasa pusing di kepalanya akibat terlalu banyak menyesap rokok.
"Udah berapa bungkus?" Tanya Fadhil, tatapannya turun ke arah rokok yang di genggam lelaki itu.
"3." Jawab gara pelan.
Sampai suara dari nada ponsel milik gara membuat ia segera merogoh saku celananya kasar.
Perasaannya tidak enak.
Nomor tidak dikenal muncul pada kolom pertama di aplikasi WhatsApp-nya. Jari tangannya perlahan membuka gambar yang dikirimkan oleh sang pengirim.
"Gar?" Fadhil ikut terkejut melihatnya, apalagi dengan gara yang sudah meremas ponselnya kasar.
Langkahnya perlahan mulai beranjak pergi dari tempat tongkrongan. Gara sedang tidak baik hari ini, di tambah dengan foto yang dikirimkan oleh nomor tidak dikenal itu.
Laju motornya semakin cepat di jalan raya, ia sudah tidak peduli dengan keselamatannya. Gara malahan nekat menembus lampu merah dengan kecepatan di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGARA [COMPLETED]
Teen FictionDipertemukan dengan cara yang unik, berawal dari Gara yang tak sengaja menabrak gerobak nasi goreng milik seorang gadis yang di ketahui bernama Aletta Prameswari. Gara di berikan hukuman selama 1 bulan penuh oleh Aletta untuk mengganti kesalahannya...