Kejadian satu hari lalu, tepat dimana mereka bertemu, lelaki itu benar-benar tidak ingin melepas aletta lagi.
Dan entah kenapa dirinya bisa ada disini, tepat di apartment lelaki yang bernama Gara Sebastian Husein.
Ponselnya sengaja dimatikan oleh sang empu yang masih tertidur di kasur king sizenya. Aletta sudah bangun terlebih dahulu, tapi saat perempuan itu ingin mengambil ponselnya yang berada di nakas, tangannya dicekal, gara langsung membuka mata dan terus meminta aletta untuk tidak meninggalkannya lagi.
"al?" gara dengan mata terpejamnya menggumamkan nama aletta.
"hm?" tangan aletta refleks mengusap lembut rambut yang tidak pernah berubah semasa SMA dulu, modelnya tetap sama.
"tidur lagi." Ujar aletta. Tangannya masih terus aktif mengusap rambut gara yang dibalas gara dengan mengambil tangan lentik aletta dan mengecupnya berkali-kali.
"sini.." suara seraknya mengudara, tangan aletta tidak dibiarkan lepas dari genggaman gara. Bermaksud agar aletta tidur kembali di sampingnya.
"saya sudah mandi, gara."
Mata gara langsung terbuka sempurna saat mendengar suara aletta yang mengalun jelas di telinganya, namun bukan itu yang menjadi daya tarik gara. Kosakata yang digunakan aletta berbeda dari biasanya. Apa memang mereka sudah seasing ini?
Gara bangun dari kasur dan bersander di kepala ranjang dan perlahan melepaskan tangan aletta dari genggamannya. Kepalanya menengadah keatas, menghalau air mata yang sebentar lagi akan tumpah.
Cengeng sekali, gara memaki dirinya sendiri dalam hati.
"gar?"
"al.." bisik gara pelan, suasananya tiba-tiba hening. Aletta masih terus melihat wajah lelaki itu dari samping seraya menunggu ucapan gara selanjutnya.
"seasing itu, ya?"
"maksudnya?"
"ya, asing."
Asing?
"aletta, aku cuman mau kamu terus sama aku. Apa bisa?" gara menatap bola mata coklat jernih aletta.
"balik lagi, please?" nada suaranya memohon pada perempuan itu.
"gara.. I can't." jawab aletta langsung.
Gara mengeraskan rahangnya sampai giginya bergemulutuk, ia bukan menahan emosi melainkan menahan agar tangisnya tidak juga keluar saat bersama perempuan itu."why?"
Aletta menatap mata lelaki dihadapannya yang memerah berkaca-kaca menatapnya.
"gara... saya sudah tunangan."
Tubuh gara membeku di atas kasur, dia tidak menyadari bahwa air matanya sudah keluar menyeluruh mendengar kabar itu.
Ia tidak salah dengar, kan? Aletta.. sudah tunangan?
"ngomong sekali lagi." Pandangan lelaki itu kosong saat berbicara.
"saya sudah tunangan." Tanpa basa-basi aletta mengatakannya dengan tegas.
Sedetik kemudian suara teriakan mengalun keras di kamar itu.
Aletta yang tersadar dengan hal itu cepat-cepat menghampiri gara yang tertidur sampai berteriak seperti tadi. Perempuan itu kaget saat membangunkan gara dan tiba-tiba di balas pelukan erat di badannya.
"kamu harus sama aku, kamu harus sama aku!" gara mengeluarkan isak tangisnya.
"gara? What's wrong with you?"
"you're mine aletta and I'm yours. Don't leave me, please!"
Gara masih terus memeluk erat tubuh aletta saat gadis itu ingin membuka suara.
"kenapa?" tanya aletta pelan.
Gara masih terus terisak di tempatnya, pelukannya mengerat di tubuh aletta. Matanya terpejam dengan detak jantung bergemuruh hebat.
Itu hanya mimpi.
Gara berusaha menenangkan pikirannya yang mulai kacau, rasa itu kembali lagi. Rasa dimana gara selalu membayangkan aletta bertemu seseorang yang lebih darinya dan berujung aletta menjadi milik orang lain.
Gara selalu takut, takut jika aletta tidak bersamanya lagi.
"hey, I'm here.." bisik aletta tepat di sebelah telinganya.
Nafas gara sudah tidak memburu lagi, ia mengatur nafasnya pelan dan mulai melepaskan pelukannya dari badan aletta.
"kenapa, hm?"
Gara menggeleng, pandangannya jelas kosong, ia hanya menetap dalam bola mata coklat aletta.
"gara.." aletta dengan suara pelan memanggil namanya.
Lelaki itu sekarang jadi takut kalau aletta memanggil namanya dengan nada se-serius itu. Rasanya sudah tidak semenarik dulu.
Dulu, gara sangat senang jika aletta memanggil namanya berkali-kali. Tapi setiap ia mendengar suara aletta yang menyebut namanya lagi, ia selalu takut, takut jika aletta memang benar-benar akan meninggalkannya kembali.
"stop calling my name, aletta."
Tubuhnya membeku, padahal perempuan itu hanya ingin menenangkan gara dari keterpurukannya saja. Tapi melihat balasan lelaki itu aletta jadi ragu, ragu kalau sebenarnya gara sudah tidak menyukainya lagi seperti dulu.
Aletta tertawa keras dalam hati,
memangnya perasaan orang bisa tetap sama seperti dulu? Memangnya perasaan orang akan terus menetap pada 'masa lalu' nya?Apalagi dengan fakta yang membenarkan bahwa aletta memang benar-benar menaruh luka dan trauma di hidup gara.
Mengingat kesalahannya yang begitu banyak aletta merasa tidak pantas, tidak pantas untuk mendapatkan perhatiannya kembali, tidak pantas untuk dicintai oleh seorang gara sebastian husein.
"if one day i can't hold you.. please give me a chance to holding us, again. I'll promise, gara."
"liar." Bisik gara pelan namun efeknya membuat tenggorokan aletta tercekat.
"aletta, I don't believe you."
"gara.." suaranya bergetar, bahkan gara sendiri enggan untuk melihatnya.
Gara mati-matian menahan rasa sakit di relung hatinya setelah mengatakan kalimat itu. Ini salah.. dan seharusnya memang gara tidak usah mengatakan kata-kata yang membuat aletta merasa tersakiti.
Tapi buktinya yang paling tersakiti di sini adalah gara.
Tindakan gara seharusnya benar.. dirinya memberanikan untuk membenarkan setiap kalimat yang dikatakannya tadi.
Aletta tidak bisa menggenggamnya, apalagi menggenggam 'kita'.
Gara selalu ragu dengan janjinya, lelaki itu tidak percaya akan janji seseorang lagi. Seseorang yang memang mengingkari janjinya ketika gara menaruh kepercayaan lebih padanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGARA [COMPLETED]
Teen FictionDipertemukan dengan cara yang unik, berawal dari Gara yang tak sengaja menabrak gerobak nasi goreng milik seorang gadis yang di ketahui bernama Aletta Prameswari. Gara di berikan hukuman selama 1 bulan penuh oleh Aletta untuk mengganti kesalahannya...