22. QUALITY TIME

164 5 0
                                    

“mau kemana dulu, nih?” gara melihat daftar list yang di-isi keduanya tadi.

“aku mau ke toko buku dulu boleh? Sekalian ada yang mau dibeli.” Katanya.

Gara mengangguk lalu mengambil bolpoin di atas meja restoran tempat mereka kunjungi pertama kali, sebenernya restoran cepat saji ini tidak ada dalam daftar list keduanya. Namun, gara beralasan bahwa dia belum menerima asupan makan dari pagi maka disinilah mereka memulai perjalanannya.

“aku ceklis tempat yang mau kamu kunjungin sekarang.” Gara menceklis daftar nomor 1 dari list tersebut.

“minta tolong pegangin tas aku ya?” aletta menerima tas kecil milik gara lalu menelitinya dengan detail.

“Gucci, huh?”

Gara tersenyum paksa mendengar aletta berbicara.

“bener kata yang bagas bilang dong,” gumam aletta yang dapat di dengar jelas oleh gara.

“bagas ngomong apa sama kamu?” tanya gara penasaran.

“kalau si gara pake barang-barang sederhana yang persis dijual di emperan sama tukang jualan pinggir jalan. percaya al, itu bukan barang yang pasaran. Liat di sebelah tasnya pasti ada brand ternama.”

gara temangu mendengar perkataan aletta tadi, dia hafal yang dibilang bagas?

“kamu hapal kata-kata bagas yang dia omongin ke kamu?”

Aletta mengangguk cepat, “inget.”

“berarti bener kan, kamu pecinta brand Gucci, dan kawan-kawan?”

“kawan-kawan?” gara tertawa mendengar penuturan aletta.

“yang aku tau cuman merk Gucci doang, yang lainnya aku gak tau,”

“eh tapi, jam tangan kamu aku tau merk nya!”

“apa?” gara bertanya seraya menatap aletta gemas.

“rolex?” tebak aletta.

Gara tertawa pelan, lalu mengacungkan jari jempolnya ke aletta.

“udah ah, ayo katanya mau ke toko buku?”

“iya, ayo!”

Sampailah mereka ke toko buku yang biasa gadis itu kunjungi dulu, gara dan aletta turun dari motor vespa kesayangan lelaki itu.

beberapa pengunjung sempat memperhatikan mereka, lebih tepatnya kebanyakan kawanan laki-laki mengarahkan pandangan mereka kepada aletta yang sibuk menguncir rambutnya, yang memperlihatkan leher jenjangnya.

Gara bergerak ke arah belakang aletta, berusaha menutupi pandangan semua laki-laki buaya darat pada gadisnya.

“jangan tinggi-tinggi ikat rambutnya.” Bisik gara pada aletta.

Aletta merinding dengan suara itu, dan sejak kapan gara ada di belakang tubuhnya?

Aletta membalikan badannya cepat namun saat sudah menghadap gara ia terbentur oleh dada bidang lelaki itu.

“sakit, ya?” gara mengusap pelan kening aletta yang terbentur dada bidangnya.

“dada kamu keras banget sih, isinya apa?!” omel gadis itu, ia ikut-ikutan mengelus keningnya.

Gara menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tangannya sudah terlepas dari kening aletta.

“gak ada isinya lah, tapi dada aku kotak-kotak al. mau liat gak?” gara menggerlingkan matanya nakal pada aletta.

“jauh-jauh sana! setan yang ada di warung aku kayaknya ikutan kebawa sama kamu deh!” ucap terakhir gadis itu, setelahnya melenggang pergi meninggalkan gara seorang diri.

Gara mengalungkan kamera di lehernya. ya, gara membawa kamera hanya untuk memotret bagaimana kegiatan aletta saat bersamanya. Mengabadikan moment keduanya saat pertama kali jalan bersama.

Selain untuk memotret aletta, gara juga punya hobi memotret bahan lainnya, contohnya seperti tempat-tempat yang ia sering singgahi,

Gara teringat ia pernah mengunjungi perpustakaan ini dengan ayahnya dulu, gara tersenyum miris mengingatnya.

Biarlah menjadi kenangan antara ia dan juga ayahnya.

Diam-diam aletta memotret gara yang berada sedikit jauh di hadapannya.

Cukup luas kawasan took buku ini, apalagi buku-buku yang boleh di baca gratis oleh pengunjung yang sudah datang kemari.

Tempatnya yang strategis memudahkan pengunjung untuk mencari aktivitas lain.
Beda dengan pengunjung lain yang sibuk mencari buku yang entah ingin di beli atau hanya sekedar ingin membaca saja, kedua insan berbeda jenis ini memilih tempat yang terletak sangat jauh dari sana. Hanya ada beberapa orang yang tau tempat ini dan beruntungnya gara mengetahuinya.

“jangan liatin terus!”

Alis gara terangkat satu, “kenapa?”

“malu,”

Gara tertawa kecil menatap aletta yang benar-benar tersipu malu, tidak ada yang berbeda dari semua sikap aletta padanya. gara jadi yakin untuk menjedor nya sehabis pulang dari mereka quality time.

Kunjungan ke-2 mereka menghabiskan untuk berfoto ria. Bukan mereka, melainkan gara yang terus meminta aletta untuk memfotokan dirinya selagi mereka bisa jalan bersama.

“kamu mau foto?” tawar gara saat mereka sudah duduk di salah satu bangku taman.

Aletta menggeleng, ia hanya ingin menikmati moment mereka saat bersama tanpa harus berfoto ria.

“capek ya?” gara menyeka sudut pelipis aletta yang sudah berkeringat walau hanya sedikit.

“aku mau ke pantai!” ucap aletta tiba-tiba, binar matanya tampak bersemangat saat mengucapkan kata itu.

“na na na na na,” gara menggerakkan satu telunjuknya di depan aletta.

“sorean aja ya? Sekarang udah siang kita cari tempat makan dulu, oke?”

Aletta membalas tos-an gara saat lelaki itu menjulurkan kepalan tangannya.

“oke, tapi abis itu kita ke pantai ya?”

Gara tersenyum gemas lalu mendaratkan telapak tangannya di jari gadis itu, menggenggamnya saat hendak bangkit dari kursi taman.

anything for you.”

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang