19. SELEBGRAM

155 5 0
                                    

Siang itu gara dan kawan-kawan sedang berada di kelas, suasana kelas sangat rusuh di tambah jam pelajaran tengah kosong. Menambah suasana yang berbeda di siang itu.

“eh password wifinya apaan sih?” devan menyerahkan ponselnya pada gara, menampilkan layar ponsel devan yang sedang membuka aplikasi pengaturan wifi.

“yang ambil burutan,” gumam gara mengeja nama wifi yang tertera di sana.

“punya lo ya, gas?” gara mengangkat ponsel devan untuk diperlihatkan pada bagas.

“iya, kenapa?”

“nih, minta pw ke gue!” tunjuk gara pada devan yang di balas cengiran khas.

“yaudah pake aja, passwordnya itu.”

“hah?” bagas dan devan telmi.

“passwordnya itu.” Ucap bagas sekali lagi.

“passwordnya apa?”

“passwordnya itu!”

“itu apaan sih?”

“I TE UTU ITU! Passwordnya ITU!”

“naon sih dev?” bingung gara yang dibalas gelengan sesama bingungnya dari devan.

“oh!”

“kata si bagas, passwordnya ‘itu’.” jawab devan yang sudah mengerti maksudnya.

“itu? i sama t sama u?”

“iya, tapi u nya 5 kali.” Beritahu bagas.

Seolah tersadar gara menatap bagas dengan ekor matanya, “lo kalau nyalain hotspot trus passwordnya kek gini, bikin orang emosi tau enggak?”

“enggak,” bagas menggeleng.

“gar, aletta sama galang tadi berangkat bareng ya?”

Gara menoleh cepat pada dinar –teman sekelas serta teman satu tongkrongannya.

“kata siapa lo?”

“tadi gue liat waktu pagi dia boncengan sama galang.”

Gara tak menjawab melainkan menatap ke depan dengan pandangan kosong, bener-bener si galang nyari masalah.

Kantin 10.00

“lo berangkat sama siapa tadi?”

Aletta duduk dengan santai di bangku kantin, tadi gara mengajaknya untuk makan siang bersama dan katanya ada hal yang gara ingin bicarakan padanya.

“belepotan,” aletta mengalihkan pembicaraan dengan mengelap sudut bibir gara yang terdapat sisa saus.

Aletta kembali menjauhkan tangannya tapi gara dengan sigap menangkapnya lalu menjilat bekas saus yang terdapat di jempol aletta.

“manis,” ucapnya fokus menatap aletta yang tanpa kedip memandangnya.

“ih jorok!”

“jawab dulu, pertanyaan aku!” geramnya.

“aku?”

Gara menggaruk tengkuknya, sedikit aneh rasanya tapi tak apalah.

“aneh ya?”

“enggak!” aletta menggeleng cepat setelahnya tersenyum manis pada gara.

“aku suka kamu manggil gitu.”

“beneran suka?”

“iya, suka.”

“suka sama akunya apa sama sebutan ‘aku’ tadi?”

Wajah aletta sukses memerah, gara diam-diam tersenyum gemas.

“suka sama kamunya, next time aja ya?”

Ia tertawa, cukup memberikan efek yang luar biasa di hatinya saat melihat semua tingkah aletta.

sok di jawab atuh, kenapa tadi berangkat sama galang?”

“kamu tau?” kaget aletta.

Gara mengangguk dengan santai lalu kembali memakan satu buah sosis bakar dengan lahapnya.

“akwu nwunggu kwamu cwerita.” Ucap gara sambil terus mengunyah.

“tadi cuman ketemu di gang waktu aku lagi nunggu angkot, kebetulan ada galang dia ngajakin aku bareng ke sekolah.”

“gitu?” gara mengangguk-anggukan kepalanya paham, ia tau sifat aletta yang tak pernah berani berbohong pada siapapun.

“terus kenapa mau? Bukannya di tolak.” mata gara menyipit.

“ya enggak nolak lah, masa dapet yang gratis di tolak!”

Mata gara membelak, “dih! Kan ada aku? kenapa harus galang sih?!”

“kan adanya galang!”

“ya kamu telfon kek minta anterin gitu,” gara menggerutu.

“gengsi lah!” seru aletta.

Gara mendelik lalu kembali berucap, “mirip savira lama-lama.”

“siapa? Aku?”

“siapa lagi emang?”

Pandangan aletta pada gara berubah menjadi tajam, “tau ah!” setelahnya bangkit dari tempat duduknya, pergi keluar dari kantin.

“SAYANG MAU KEMANA?!”

Rooftop 13.50

“ada cewek anak sebelah follow ig gue masa.” Kata devan membuka pembicaraan awal mereka.

Bagas dan gara mendekat, “siapa?”

“marisa audrya, kenal?” tanya devan pada kedua temannya.

“mantan gue itu!” teriak fadhil yang sedari tadi duduk di belakang Teman-temannya.

“masa sih?”

“iya, coba sini liat!” fadhil merebut ponsel milik devan dan menggulir foto-foto yang ada di akun instagram gadis itu.

“nih liat! Foto gue aja gak di hapus.” Fadhil memperlihatkan satu foto dimana gadis itu tengah memotret bagian belakang tubuhnya.

“eh iya, mirip.” Ucap gara.

“nah kan, si marisa masih gamon sama gue itu!” fadhil berkata dengan percaya dirinya.

“liat followersnya!” bagas menunjuk pada layar ponsel.

“350 ribu, gila!”

“dia selebgram dari smp.” ungkap fadhil.

“biasanya kalau pacaran sama selebgram kan followersnya naik, kok lo masih 2 ribu aja dil?”

“gak gue konfir lah! Enggak kenal begitu.”

Gara meneliti setiap foto gadis itu, cantik dan manis satu kata yang dapat ia deskripsikan.

Sedetik kemudian gara menggelengkan kepalanya kuat. Ia tiba-tiba ingat kepada gadisnya, aletta.

“kenapa lo? Kesurupan?”

“enggak,”

“udah ah! Cuman salah pencet kali si markisa, makannya follow ig lo!”

“marisa, gar.” koreksi bagas meralat ucapan gara barusan.

teuing lah! Hayu ke kelas ih!” gara menarik tangan devan dan bagas sekaligus.

“gue kok gak di tarik sih gar?”

“liat nih! Gue punya berapa tangan?” gara menyodorkan lengan kekarnya pada fadhil.

“dua lah, blok!”

“ya itu! cuman bisa narik 2 orang doang,”

“lo minta tarik sama si itu aja!” gara menunjuk gudang besar yang terdapat di pojok rooftop, katanya di sana ada si siti.

“dia kesepian minta di temenin katanya dil.”

“liatin aja gue nanti ke dukun, minta kirimin santet kuntilanak buat lo!”

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang