49. ALL I NEED

133 5 0
                                    

Lelaki itu tidak bisa diam saja di tempatnya, aislinn sudah mengatakannya bahwa dirinya harus lebih giat mendekati masa lalunya. Gara sudah membuat keputusan, seharusnya ia tahu apa tindakan selanjutnya yang akan dirinya jalankan.

"Sekarang gue harus gimana?" Ia berjalan mondar mandir di ruang tv seraya memikirkan rencana yang tepat untuk memulai semuanya kembali.

Gara sungguh menginginkan perempuan itu dalam hidupnya lagi.

Cukup dengan perpisahannya yang berwarna abu-abu, gara ingin mengubah warna itu seperti dulu lagi.

***

Perempuan yang memakai dress keluaran brand internasional itu memutari setiap sudut pameran dengan ditemani partner sekaligus teman perempuan itu selama beberapa tahun terakhir ini.

“I like your dress, by the way.”

Aletta membalikkan badannya, wajah yang dipoles make up natural itu nampak sangat anggun menatap lelaki yang baru saja memuji dressnya.

“thanks, geo.” Semburat merah menghiasi pipi perempuan itu. masih dihiasi senyum hangatnya aletta membalas genggaman tangan geo saat lelaki itu mulai mendekati rekan kerja mereka.

“wah, siapa ini?”

Dua orang pria paruh baya di hadapan mereka bersiul menggoda geo dan aletta yang masih bergandengan tangan. Ah, tepatnya aletta yang memegang lengan kekar milik geo yang terbalut jas kebanggaannya.

“Pak Jerome, Pak Sam.” Geo menundukkan kepalanya sedikit untuk menyapa mereka berdua.

Masing-masing dari mereka menjabat tangan kedua pria paruh baya tersebut dengan dihiasi senyuman hangat.

“jadi, kapan nih acaranya?” Pak Sam membuka suaranya, pria paruh baya itu menilai tampilan mereka berdua sedari tadi. Mereka benar-benar cocok sekali.

“acara?” aletta kebingungan, pandangan matanya melirik ketiga laki-laki di hadapannya sekarang.

“ah, sepertinya Mrs. Aletta masih belum mengerti ya..”

Geo berbisik tepat di telinga kiri perempuan itu dengan pelan.

“whatever, jokes bapak-bapak jangan di dengar.”

***

Aletta izin ke toilet sebentar, rasanya menanggapi pembicaraan yang sangat ingin di hindarinya tidak apa. Kedua pria paruh baya itu tiba-tiba membahas hal yang membuat aletta jengah, geo juga sama halnya dengan aletta. Tapi mereka bisa berbuat apa? Rekan bisnis itu yang memiliki sebuah acara dan tidak mungkin jika geo ikut-ikutan pergi mengindari topik yang tidak ingin ia bahas juga.

Matanya tidak sengaja bertubrukan dengan mata tajam milik seseorang. Lelaki itu lagi.

Mengapa semesta tidak memisahkan mereka saja dan jadilah orang asing yang benar-benar asing.

Keduanya sama-sama tidak ingin mengalihkan pandangannya sedikitpun, tatapan mata mereka memiliki arti yang berbeda-beda.

Tatapan aletta menggambarkan ia tidak tahu ingin berbuat apa, dan gara yang malah merindukan tatapan perempuan itu.

Butuh berapa tahun lagi mereka bisa berjarak dekat dengan masa lalunya? Bertatapan layaknya pasangan yang tengah terlibat konflik hebat, walau sebetulnya itu memang sudah menjadi bagian dari masa lalunya mereka.

Terlalu banyak ketidakjelasan dalam hubungannya dulu, baik gara maupun aletta sama-sama menginginkan akhir kelanjutan kisahnya, sama-sama memiliki harapan yang besar dengan hubungan yang berakhir dengan sendirinya itu.

Tanpa sadar keduanya sudah melangkahkan kakinya mendekat di tempat yang sepi oleh lalu lalang orang. Tatapannya masih tidak ingin dialihkan sama sekali. Mereka sama-sama menginginkan, menginginkan kehidupan lama mereka kembali.

“aletta..”

“gara..”

Mata aletta berkaca-kaca, menatap sepasang mata tajam yang akhirnya bisa membuat dirinya rindu sepanjang hari.
Sepasang mata yang selalu aletta bayangkan setiap detiknya jika saja perempuan itu memilih masih bersama gara.

Sedetik kemudian gara menubruk tubuh yang beberapa tahun kebelakang ini tidak pernah ia rasakan kembali, pelukan yang selalu ia inginkan setiap gara sedang dalam keadaan rapuhnya, berharap jika aletta datang dan memberikannya sebuah pelukan penghantar ketenangan bagi jiwa dan raganya.

Berapa kali lagi ia harus menahan rasa ini lagi? Gadis yang pertama kali membuat gara merasakan yang namanya cinta. Gadis pertama yang berhasil mengubah kehidupan seorang gara sebastian husein.

“i..i miss you.” Gara menangis?

Pundak aletta basah, punggung lelaki itu bergetar, nafasnya nampak memburu, aletta tahu sebentar lagi lelaki itu akan terisak hebat.

Kebiasaannya yang tak pernah hilang saat sedang bersedih hebat.

“aletta.. say something, please?”

“…” perempuan itu malah diam sambil terus memeluk tubuh gara di hadapannya, mengusap punggung lebarnya berusaha menenangkan lelaki itu.

“say something, please?” giginya bergetar, matanya masih terus mengeluarkan air mata.

“aletta..” dada lelaki itu sesak, bahkan untuk memanggil nama Aletta saja ia harus sesegukan terlebih dahulu. Apakah efeknya sebesar ini?

Tanpa gara ketahui aletta pun menangis dalam diam, berusaha menyembunyikan rasa sedih mendalamnya karena bisa bertemu dengannya kembali di masa depan.

“say.. something.. hiks.. aletta?”

Kapan gara merasakan rumahnya kembali pulang? Kapan gara merasa beban di pundaknya hilang begitu saja setelah bertemu dengan aletta?

Hari ini, hari ini semua kecemasannya hilang, rasa rindu yang ia tahan selama bertahun-tahun akhirnya terbayar, beban yang hinggap di tubuhnya diangkat begitu saja saat memeluk aletta kembali setelah sekian lamanya.

Tuhan, gara hanya ingin aletta saat ini dan selamanya.

“don’t leave me again, please?” masih dengan isakan hebatnya yang menggema di lorong tempat mereka berpelukan saat ini, gara terus meminta Aletta untuk tidak pergi darinya lagi

“aletta, don’t leave me..”

Selanjutnya hanya ada kegelapan yang ada di mata gara.

Gara tidak ingin ini hanya sebuah mimpi semata, tuhan. Gara ingin kejadian yang baru saja ia alami adalah kenyataan yang benar-benar ia harapkan setelah sekian lamanya.

Tolong kembalikan aletta padanya.

***

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang