Monday berkacak pinggang melihat dua lelakinya yang masih tidur di sofa dan saling menyender.
"Oh jadi mereka tidur disini."
Dia bergerak membangunkan keduanya. "Bangun mas Jay, Rei. Udah subuh, sholat dulu."
Masih pagi emang. Adzan subuh baru delapan menit selesai, Monday juga sudah subuhan tadi.
"mas tidur disini semaleman?" tanya Jay pelan karena masih mengumpulkan nyawa.
Monday mengangguk pelan. "Iya, emang tadi malem kalian ngapain?"
Belum juga Jay menjawab, si sulung menyahut duluan. "Nonton bola, ma."
Langsung aja si mama melotot. Nonton bola katanya, itu acara kan mulainya dini hari. Astaga..
"AW AW!!"
Rei sontak kabur setelah mendapat cubitan di lengannya. Mau sholat dulu habis itu baru mandi, sekolah.
Jay mengelus lengannya juga yang kena cubit. "Sakit sayang."
"Mas Jay kan tau kalo Rei sekolah, tapi kenapa dibiarin aja nonton itu bola?"
"Buk--"
Monday menunjuk arah kamarnya, "Subuhan dulu cepet abis itu mandi, jangan alesan lagi!!"
"I-iya deh."
Dilihat Jay sudah kembali ke kamar, Monday beranjak ke dapur membuat sarapan pagi.
"Bukannya tidur awal biar gak ngantuk kalo di sekolah, ini malah nonton bola."
Gerutu Monday. Sudah pasti dia marah, apalagi mengingat Rei sering mendapat masalah di sekolahnya.
"Anak sama bapak, sama aja. Gak ada bedanya, eh ada deng, sifatnya."
Dia mulai beradu dengan alat masak. Mulai dari motong, numis juga menata sarapan untuk pagi ini.
"Oke, tinggal bangunin Rai." Monday beranjak membangunkan si bungsu.
Yang emang lagi kedatangan tamu, bangunnya jadi agak siangan.
"Rei marah sama papa."
Jay baru aja duduk di kursi meja makan. Udah disuguhi kalimat itu. "Apa lagi sih?"
Rei menunjuk lengannya yang tadi kena cubit. Padahal nggak keras sama sekali, lebay aja.
"Nih gara gara papa, kita dimarahin."
"Lah orang kamu sendiri, tengah malem keluar kamar, ngapain coba?"
Si anak mengendikkan bahu. "Ya kan bosen, gak bisa tidur juga."
Kali ini Jay harus mengalah dan sabar, karena masih pagi jadi masih takut bikin keributan.
"Yaudah sih."
"No, no! gak gratis."
Jay menyibak rambutnya, "Mau apa emang kamu?"
Dengan santai dan tidak ada beban. Rei berujar, "Ps ti--- enggak jadi."
Dia keburu takut duluan saat melihat Monday turun dari kamar Raisa.
"Cih."
Monday menatap dua orang itu curiga. "Kalian ngapain lagi?"
"Enggak ngapa ngapain." jawab keduanya serempak. Mulai lirik lirik juga.
"Oke, oh!"
Jay dan Rei sontak menegakkan badan saat Monday berseru seperti itu.
"Kalian kalo masih begadang nonton bola, tidur di apartemen aja."
"Kok gitu?!"
Monday bersedekap tangan. "Ya emang harus gitu. Ah, kalo enggak cari rumah baru aja. Papa mu banyak uang, kan?"
Jay yang akan mengeluarkan suara mendadak diam lagi. Karena,
"Kalo protes, mama bungkusin barang barang kalian hari ini juga."
Diam diam Jay melirik si sulung. Menatap tajam Rei seolah berseru, "Kamu sih! ngapain pake bohong segala coba?!"
Rei mengangkat dua jarinya samar, "peace pa!" dan mengusap mulutnya sendiri.
"Makan, minum terus berangkat. Hari ini gak ada morning kiss."
"HAH?!!"
Itu yang kaget ya bapak sama anak lakinya. Karena si bungsu tidak tau apa apa, dan juga acuh.
---
We go, We go