"Kenapa om baru mau nikah?"
Jidan yang ditanya langsung suram. Tuan muda dari bojong timur emang mulutnya minta dicobein. "Ya biarin, bapak lo kasih ijinnya juga sekarang."
"Lah kenapa malah nyambung ke papa?" tanya Rei lagi sedikit sewot,
"Lo kira gue nunda nikah karna paan? gak laku gitu? bukan anying, bapak lo minta gue nikah umur seginian." kata Jidan sambil melampiaskan emosi.
"Kenapa gitu?"
Jidan meraup mukanya kasar, dia udah kepalang emosi kalo diajak ngobrol sama anak temennya ini. "Ya gak tau, tanya aja sendiri."
Rei mencibir pelan kemudian mengalihkan tatapan ke bapaknya yang baru turun, abis sholat cielah Jaya.
"Ngapain kamu disini?"
"Disuruh mama."
"Oh."
Jay duduk juga tapi waktu matanya melihat kearah meja yang kosong, langsung bingung. "Kok gak dibikinin minum?"
Jidan udah nggak ada raut apapun lagi di mukanya, sedangkan Rei malah cengengesan. "Hehehe abis om Jidan gak bilang sih," terus berdiri buat ke dapur.
Gini kelakuan Reishiva, kalo ditanya baru jalan, kalo nggak yaudah duduk diem aja.
"Anak lo astagfirullah, nurun siapa sikk emosi banget gue dari tadi."
"Anak mungut."
Jidan menggeleng pelan waktu Jay bilang gitu santai sambil meraih kertas undangan, wedding.
"ANAK MUNGUT TERUS! KALI KALI GANTI KEK! ADOPSI GITU BIAR AFDOL!"
Nyaut lagi.
"Protes terus, cepetan bikin minumnya, papa kopi satu minta tolong."
"YA!"
Terus balik lagi, Jay fokus ngobrolin hubungan si Jidan sama calon. "Murid baru yang mana dah?"
"Itu...."
Setelah ditelaah lebih ringkas oleh Jidan, dia baru ngeh ternyata yang dulu langsung diangkat jadi wakil ketos karena pintar banget, tapi dia juga nggak kalah pintar kok beneran:)
"Netta Rieke?"
Jidan mengangguk pelan, itu emang nama calon dia. "Lo tau gak sih? emak gue bilang masa akad harus di rumah ceweknya, kan gue gimana gitu."
"Dimana emang rumahnya?"
"DIY."
Jay mau kaget tapi untung bisa biasa aja. DIY kan rumah bapaknya juga, dia nggak mau lah ketemu apalagi datang ke sana. "Ya udah lo tinggal bilang sini aja ke tante."
"Lah gak bisa, udah terlanjur. Emak gue saking senengnya langsung nentuin tempat sama yang lain padahal mah gue yang mau kawin."
"Gue gak dateng."
Jidan langsung mendelik nggak terima. "Kok tega sih???! lo sama yang lain kan harus jadi saksinya!!!"
"Ogah ah, yang dateng aja ada banyak, gue ikut resepsi yang disini."
Rei dari tadi selesai bikin minum cuma balik kanan kiri buat lihatin bapak sama omnya yang lagi ngobrolin resepsi sama saksi nikah. "Ekhem! minumnya udah jadi, hehe"
"Ah elah ganggu aja lo bocah."
"Cih, orang dikasih minum responnya gitu, kata mama gak sopan. Apalagi om cuma tamu," kata Rei sambil menaruh dua gelas minuman beda di meja dan langsung beranjak karena terlanjur pundung sama si om.
"Jidan!"
"Apaan?"
Jay menghela napas frustasi. "Lo bikin nyawa gue terancam ya anjing."
Jidan yang nggak tau maksudnya malahan seenak hati angkat bahu acuh. "Gue gak ada hubungan sama teroris, ngapa nyawa lo dibawa bawa."
"Reishiva Daya Abimanyu, udah berkali kali gue bilangin, dia anak kesayangan bini gue! ah lo ini,"
Ada jeda lima detik untuk Jidan ngebug. "A-nak kesayangan- what?!! gue lupaaa wehhh!! maapin maapin!"