21. jeti

410 61 1
                                    

"Liat ma."

Monday menerima sebuah kertas semacam struk pengambilan uang dari atm. Dan melebarkan mata,

"Ini limapuluh juta buat beli apa aja??! YAALLAH!!!"

Jay menatap datar sedatar datarnya Reishiva yang duduk santai sambil mainan game di hape baru.

"Gak tau tuh, dia yang pake, bukan mas."

Rei melirik sekilas lalu berdeham pelan. "Sabar ma, ini Rei coba meluruskan dulu biar gak ada salah sangka atau semacamnya."

Monday menatap si anak dan kertas tadi bergantian. Masih tidak menyangka, dia aja nggak berani makai sebanyak ini kalau nggak disuruh.

"Gini...... Rei tuh beli hape baru harganya lebih dari tigapuluh jeti..."

"Yang duapuluh kemana?"

Si sulung mengangkat telapak tangannya sontak. "Nah sisanya buat bayar utang di kafe om Evan dan bayar uang tabungan di kelas."

Emang sampai berapa sih utang dia, dan kenapa harus ngutang gitu?! Monday jadi miris dalam hati.

"Yaallah Rei-- mama gak pernah ngajarin kamu ngutang ngutang lho."

"Iya ma, gak diulangi lagi, janji."

Rei mah santai aja. Orang dirinya anak kesayangan mama, jadi mau semarah apapun Monika Dahyu, palingan juga dikacangin aja dia.

"Yaudah gih siap siap." titah Monday seraya berdiri akan beranjak ke kamarnya.

"Kemana?" tanya Rei yang mendadak suuzon. "Mama mau ngusir Rei, ma???? ih kan udah janji gak bakal gitu lagi!!!"

Tepukan sedikit keras dari tangan Jay mendarat sempurna di kening Rei. "Ke rumah ibu, kumpul keluarga."

"O-oh... lupa... hehe."

Sontak si sulung berdiri, meletakan hape barunya di meja sana. "Kalo gitu Rei mandi dulu, salam sejahtera, nguuuuuueeng!"

Bersamaan dengan Raisa yang turun dari kamar mau ke dapur, makan karena lapar. "PAKE MATA BANG KALO LARI!"

"YA SANTAI DONG KAGA SENGAJA JUGA!"

"KOK NYOLOT SIH KAN YANG SALAH ELO!"

Rei menghentikan langkah di tangga paling atas. Menatap nyalang adiknya yang menyandarkan tubuh di dinding, letoy.

"KAN GUE KAGA SENGAJA AZKADINA RAISA!"

"SAKIT TAU DIKIRA NUBRUK DINDING ENAK GITU?!"

Monday dan Jay kompak menghela napas panjang. "Mama hitung sampai tiga kalo gak udahan keluar dari rumah ini!"

Kicep. Dua anak itu menutup rapat mulutnya. Saling menunduk juga, menatap ujung kaki.

"Mau ikut rumah ibu gak?" tanya Monday sedikit ketus.

"Mau."

Jay bagian nonton aja. Dia mana berani ikut campur sama urusan marahnya si nyonya.

"Mandi, siap siap, setengah jam belum selesai, mama tinggal."

Keduanya saling tatap lalu berlari ke kamar masing masing. Bahkan Raisa ikut panik, dan lupa akan tujuannya tadi.

"Iya ini mas juga mandi." ujar Jay mendapati tatapan tajam dari istrinya.

Suasana di ruang tengah kini hening. Tiga orang sudah beranjak masing masing. Tinggal lah Monday yang kian merapalkan doa doa, agar bisa sabar lagi.

---







jangan nunggu tamat, karna aku sendiri ga tau mau bkin sampe brp chp untuk book ini.

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang