35. barengan

315 60 3
                                    

"Sama mama pokoknya!"

Rei merengut kesal. Masa iya dirinya diantar sekolah apalagi sama mama, nggak banget tuh. "Mama... berangkat sendiri aja ya?" pintanya sedikit menawar.

"Gak." mutlak Monday dan berlalu ke kamarnya untuk ambil tas, sekalian dia mau ke kafe ada jadwal pagi.

Meninggalkan si sulung yang sekarang bergerak seakan tengah memukuli meja dapur. "Ih! nanti gua dicengin mereka pada lagi, haduh!"

Bersamaan dengan Jay yang turun, udah lengkap sama koper yang mana diseret. Mau ke luar kota, ada meet penting disana.

"Papa baru mau berangkat?"

Jay mengangguk sekilas. "Jangan nakal kamu, kesempatan banget papa gak ada di rumah seminggu."

"Idih, belom apa apa udah su'uzon aja." ketus Rei sambil lanjutin sarapannya, makan roti doang dia.

Sekarang masih jam 05:49 WIB, masih pagu banget emang tapi ya karena sekolah duo R jauh jauh jadi harus lebih awal berangkatnya.

"Ya sabar dong! lo aja yang kecepetan!" Raisa turun tangga sambil mencak mencak dengan bahu yang mengampit hape, tangannya sibuk memasukan beberapa buku ke dalam tas.

"Berangkat sama siapa lo?"

Raisa mencomot satu roti diolesi selai coklat dengan tergesa. "Raden, berangkat dulu assalamualaikum!"

Dua lelaki disana menatap punggung milik si bungsu sampai hilang dari pintu depan.

"Waalaikumsalam....... lah......... ih mama kenapa Rai boleh berangkat sama Raden??!"

"Ck, pengang bang."

Monday kembali dengan pakaian yang sudah rapih, karena tadi cuma pakai daster warna coklat. "Apaan teriak teriak?" tanya dia sambil menatap sekilas Rei.

"Rei mau berangkat sendiri, ya ya ya?"

"Gak, nurut kenapa sih? cuma seminggu doang berangkat bareng mama. Kamu gak seneng emang dianter mama, hm?" tanya Monday lagi dan berujung menuduh.

Biasalah emak emak suka sensi kalo mau ditinggal ama lakiknya.

"Ya gak gitu ma," keluh Rei menatap sang papa minta bantuan tapi malah dianggap angin doang.

Akhirnya si sulung pasrah dan bungkam mulut daripada kena lagi. Baru mau berangkat sekolah masa udah dimusuhin dulu sama nyonya.

"Apa nih?" kening Rei mengerut tipis menatap kartu yang diberikan langsung oleh Jay.

"Kemarin malem ada bilang mau beli kado buat Jihan? pake aja."

Rei membola seketika. Iya sih dia bilang mau beli kado buat Jihan, mahal banget tapi. Kan belum kerja, jadi mengcurhat dulu ke bapaknya.

"Wow, matursuwun bapake."

Jay dengarnya agak gimana gitu padahal dirinya lahir dan tinggal di Jawa sedikit lama, "hm."

"Masuk mobil sana, papa mau pamitan sama mama."

Mau julid tapi udah dikasih sogokkan jadi Rei o aja ya kan. Dan masuk ke mobil yang udah dipanasi. "JANGAN LAMA LAMA, KARENA REISHIVA BUKAN NYAMUK!"







--- PILIH!! 40 atau 50 chapter aja buat book ini

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang