Biasanya kalo mau tanding apa gitu, orang-orang pasti bakalan minta orangtua ikutan nonton, tapi lain lagi kalo Rei. Itu anak nggak mau sama sekali ditonton sama keluarga sendiri.
"Gak usah pa, mending papa kantor aja. Rei masih ada men temen sama sensei Danish kok."
Kaya sekarang ini. Dia lagi berusaha mati-matian biar bapaknya nggak ikutan nonton. Sayang seribu sayang, nggak didengerin sama Jay.
"Berangkat, berangkat. Udah mau jam tujuh." titah Jay sambil narik kerah seragam taekwondonya buat cepetan jalan keluar.
Rei udah siap siaga mau teriak tapi gelagatnya keburu ditangkap sama Jay. "Masih pagi, jangan mulai."
"Nasib gini amat dah MAMA ANAK GANTENG BRANGKAT DULU YAA, ASSALAMUALAIKUM-- aduh iya!"
Setelah disauti dari dalam rumah, dengan pasrah si sulung masuk mobil. Dan langsung berangkat ke tempat untuk tanding hari ini.
"Papa beneran mau nonton nih?" tanya Rei ragu, karena emang biasanya kalo dia tanding gini, bapaknya ada di luar kota.
"Hm,"
"Nanti bosen pa, mending kantor aja."
Jay melirik sekilas. "Gak ada kerjaan di kantor." jawabnya singkat. Heran juga, bukannya seneng ini malah kaya ditolak secara halus.
"Y-ya ngapain gitu.. ngedate sama mama?"
"Mama nemenin ibu ke butik."
Rei menghela napas capek. Akhirnya pasrah lagi, itung-itung nanti kalo menang bisa langsung minta blackcard punya Jay satu, moga aja dikasih ya.
Sampai disana temen temen Rei langsung berseru semangat. Ada bawa trompet, spanduk, pokoknya heboh banget.
Sensei Danish;
hanya bisa menahan malu
menyesal mengiyakan permintaan Haikal dkk yang mau jadi supporter."Gila lo hampir telat anjir!" srobot Duta sambil noyor pelan jidat Rei, untung nggak dilihat bapak negara.
"Ya maap, gua ribut dulu sama si bos."
Rei jalan meletakan tas di bangkunya khusus terus sedikit pemanasan buat nanti, btw 10 menitan lagi mulai.
"Tumben si om gak di luar kota?" cetus Haikal bertanya, sejenak berhenti mau minum, tenggorokan udah mulai sakit.gpp
"Gua juga gak tau. Ini mendadak malah cuti katanya."
Obrolan ringan untuk mengusir suasana sepi, sampai akhirnya pertandingan dimulai. Rei langsung masuk dan sedikit kaget karena lawan mainnya itu,
Banyuwangi Daharaja
Cucu dari genpa Adjie yang mana tinggal di Jawa, alias sepupu jauhnya.
"YOK REISHIVA LO HARUS MENANG KALO GAK GUA OUT LO DARI UNLIMITED TURBO!"
Danish menutup muka malu. "Haikal, tolong ya, ini belum mulai. Jangan bikin malu."
"Hehehehehe iyaa pak bos! aing so semangat ini.."
Pertandingan dimulai. Dari awal sampai menuju akhiran, Jay udah mantau pakai mata tajamnya. Dia juga tau siapa lawan anak sulungnya itu.
"WUUUUU ANJIR LAH KEREN BAT GILAKKK!!!"
Bugh
Hidung Rei kena dan berakhir berdarah. Tapi itu nggak bikin hilang fokus, dia malah langsung bales dan Banyu berhasil dikalahkan.
"YAALLAH TEMEN AING MIMISAN!"
"UDAH TAU ANJING LO DIEM DULU KEK AH!"
Selesai, Rei balik jalan kearah Jay yang sekarang berdiri sambil sedekap dada. Wow, kek sugar daddy tau.
"Liat pa, masa dia bikin Rei mimisan gini." malah ngadu, dibales tawa kecil sama bapaknya.
"Gak papa, nanti papa sembuhin." ujar Jay sambil mengusap darah yang masih keluar pakai punggung tangan.
Dilhatnya para pendukung Rei langsung minta ijin buat nemuin mereka pada dulu sebentar.
"WOI GUA JUARA DONG!!" seru dia sambil lari kearah Haikal dkk yang nunggu acara dad and son.
"Iyeee elah tauu guaa, traktir gak neeh??" tanya Riki yang disetujui sama yang lain.
"Boleh, besok pulang sekul."