Pulang sekolah, kebiasaan Rei bersama csnya nangkring dulu di penjual jajanan sambil nyender di pohon beringin.
"Gua kemarin afk anjing gegara adiknya si biru nempel mulu."
Sekolah masih ramai banget karena sebagian ada yang mau latihan plus ekskul. Rei sendiri lagi nunggu jemputan.
"Eh Riki, si Rai ada bilang ke gua kalo lo pacaran sama temennya? siapa dah?" tanya Rei sembari memasukan jajan ke dalam mulutnya.
Riki menoleh singkat dan mengangguk. "Iya, Zeeta namanya."
Duta, Haikal, Justin kompak tatap-tatapan, entah apa yang merasuki mereka bertiga itu. Biasa juga ribut mulu kalo ketemu.
"Kelas sepuluh?" beo Haikal dan diangguki malas sama Riki. "Kenapa emang? lo pacaran sama anak kuliah juga gua kagak ngurus."
Haikal migran mendadak. Nggak lagi-lagi berurusan sama oknum bernama Gantari Rizki Sofian, ini kali terakhirnya aja.
"Lo dijemput siapa Rei?" tanya Duta tapi matanya fokus ke layar hape, balesin chattnya emak di rumah, MINTA JEMPUT tapi dibalesnya hm y bentar dulu.
"Si bos mungkin,"
Justin memutar bola mata malas. "Bisa-bisanya bos besar mau jemput anak pungut kaya gini."
"Sekate-kate kalo ngomong."
Karena bapak Riki sama Haikal udah sampai, jadi pada pulang duluan. "Cok! duluan, nanti mabar jan lupa!"
"Ngoke."
Dan nggak lama Jay dateng, beneran bos besar yang jemput. Pake mobil dong, masa motor, nggak banget panas oi.
"Sabar banget Duta mak, mak. Ditungguin dari tadi malah baru pulang pasar." gumam Duta meratapi nasib.
Rei membuang plastik jajannya ke tempat sampah. "Bareng aja kuy, sekalian." ajaknya,
"Gimana?"
"Bareng. Bos besar suruh anterin ke rumah lo berdua."
Alhasil mereka barengan. Sebenernya udah sering sih kaya gini, dan mereka malah makin ngelunjak tapinya.
"Ta, tolong taruhin belakang sendiri." pinta Rei memberikan hoodie biru tuanya yang udah dilepas ke Duta.
"Yo,"
Atensi Rei beralih ke samping kearah papanya. "Tumben lama banget jemputnya,"
"Ibukota macet."
"Oh iya juga bener," ujar Rei sambil angguk-angguk pelan, "tadinya mau pesen gojek aja gitu."
"Gak ada gojek gojek."
Justin Duta dibelakang menyimak sesekali heran, kenapa nggak dibolehin naik gojek secara kan biar mempermudah perjalanan pulang.
"Emang kenapa gak boleh pake gojek om?"
Jay melirik arah spion sekilas, membelokkan mobil kearah kanan. "Ini dia kan pernah diculik, tante mama gak kasih ijin lagi."
"OH YA?!"
Rei sontak menerawang kapan kejadian itu terjadi. Lupa dia tuh, mungkin waktu masih bocah, dan lupa itu realistis. "Hm, dulu kan masih polos jadi lupain."
"Makasih om, lain kali kasih tumpang lagi ya.."
"Boleh."
Duta mengacungkan jempolnya kemudian berlalu masuk ke dalam rumah gedongnya yang berpenghuni 11 orang. Justin juga udah sampai rumahnya, karena sebelum rumah Duta, rumah dia dulu yang dilintas.
"Pagi rapi banget, ini pulang udah kucel kaya gembel."
"Iyalah kucel, orang Rei dihukum pak Darren."
Jay memutar bola mata jengah. "Bikin ulah apaan lagi?"
"Hehe gak ada kok, Rei sama yang lain cuma ledekkin bu Sarah yang ketauan pacaran sama pak Darren."
Detik itu juga kening Rei menjadi sasaran empuk jentikan jari Jay, yang langsung membuat si anak berseru sakit.