30. warung budhe

375 64 0
                                    

Monika Dahyu itu soft, baik, keibuan, hangat, harmonis, jarang marah, iya aja.

Monday Weeekly tampangnya jutek saoloh, bar bar, bobrok, rame banget orangnya.

Beda guys.

---

"Komite sekolah itu berapa sih ma?"

Anak sultan guys, nggak tau sama sekali uang sekolah yang dikeluarin bapaknya itu habis berapa.

"Sebulannya itu ada... lima juta."

Rei tersedak ludahnya sendiri. Satu bulan 5 juta, setahunnya ada 60 jutaan dong. Wah bener bener, bapaknya terdebest.

"Kan buat fasilitas, terus pembangunan lap komputer buat ujian angkatan kamu, sama makan di kantin."

"Wah.... gila sih."

Monday menoleh sekilas. "Makan siang udah disediain di kantin, kamu ada makan disana gak?"

"Enggak sih... bosen."

"Loh, terus makannya dimana?"

Padahal menunya mewah mewah banget. Semua ayam yang diracik beda beda ada, sea food ada, steak ada, starbuks juga ada.

"Warung belakang, punya budhe Ririn."

Sebelum diprotes kenapa makannya di warung, Rei lebih dulu menyahut. "Enak tau ma, makan mie kuah pake es teh, mantap banget."

"Setiap hari buka?"

"Buka. Dari jam tujuh pagi sampe petang sebelum maghrib."

Monday berdiri dan menarik Rei. "Yuk, mama mau makan itu juga."

Rei terbengong sebelum intrupsi dari nyonya kembali terdengar. "Ajakin papa juga, mama mau ambil jaket sama manggil Rai."

"..... ngokwey."

Skip. Sampai disana Jay menatap sekeliling. Bukan karena tempatnya kecil atau apa tapi INI TUH TEMPAT MANGKAL DIA WAKTU BOLOS PELAJARAN BIOLOGI!!

"Loh, Reishiva kok gak sama grupnya?" tanya si pemilik warung, budhe Ririn.

Rei meringis kecil. "Biasa budhe, lagi pada simulasi jadi orang baik."

"Hah?"

"Tobat."

Budhe Ririn beroh panjang. Dia mengalihkan atensi pada Jay yang kini menurunkan maskernya.

"Siang, budhe."

Empat orang disana bingung. Apalagi budhe Ririn. "Kamu teh... si Jaya?" tanyanya yang dibalas anggukan kecil.

"Yaallah... lama gak ketemu, ini semua siapa nak?"

Jay menatap Monday sebentar. Dirasa mengerti, cewek itu tersenyum dan mengulurkan tangan pada si budhe.

"Monika Dahyu, istrinya mas Jay."

Budhe menerima uluran tangan itu cepat cepat dan masih tidak percaya. "Aduh maap, tangan budhe banyak minyaknya."

"Gapapa."

Rei bolak balik menatap interaksi mereka. Dan Raisa, itu anak udah duduk, udah makan juga, dilayani sama salah satu anak budhe kayanya.

"Jadi Rei ini anak kamu, Jaya?"

"Bukan. Dia anak mungut di jalan raya."

Monday menyikut perut lakinya sontak. Terus senyum manis lagi ke budhe.

"Bisa bisanya bapak gue kenal sama pemilik warung belakang sekolah terfavorite."

Jay mengerling malas. "Ya bisa lah, orang papa alumni sini."

"KOK GAK BILANG??!"

"Kamu gak nanya."

Monday mendorong tubuh dua cowok itu menuju bangku yang diduduki Raisa. "Malu maluin, ini tuh kita gak lagi di rumah."

Budhe membalas senyuman kaku Monday. "Gak bapak gak anak, sama aja ya. Emang buah jatuh teh gak jauh dari pohonnya."

Terharu budhe Ririn, ketemu sama siswa yang sering bolos alasannya, "Biologi tuh gak pernah nyerap di otak budhe."

Mana rame banget dulu.

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang