Pulang dari acara main bareng keluarga anak anak langsung ke kamar karena capek.
Dan Jay, merebahkan diri di kasur tanpa melepas sepatunya.
"Mas, sepatunya lepas dulu."
Dia tidak menjawab lantaran malah memejamkan matanya. Badannya udah capek banget bor.
"Mas Jay gak mau mandi dulu?" tanya Monday yang masih sibuk menata kamar.
"Enggak."
"Mandi dulu lah, biar gak lengket badannya."
Jay mengubah tubuhnya menjadi terlentang. "Males sayang."
"Yaudah, yaudah tidur langsung aja. Aku mau bersih bersih dulu."
Monday beranjak ke kamar mandi. Meninggalkan Jay yang nampaknya kembali memejamkan mata.
"Ah, gue lupa cek berkas." Jay dengan malas beranjak menuju meja kerjanya.
Dia mengecek isi data yang dikirimkan sekretarisnya, Jidan.
Jidan : ada yg gue lupa, si batak dri goa ancol mau lo sndri yg bkn datanya, itu bru sebagian aj.
Jay menghela napas lelah. Klien yang satu itu emang minta ditembak palanya. Biar rasain yang sama kaya dia.
MUMET.
"Ini si klien gue bunuh boleh gak sih, emang kerjaan gue cuma ngurusin dia aja apa."
Karena masih jam setengah sembilan, belum malam banget. Jadi dia nekat ngerjain sebagian dulu.
"Kok gak jadi tidur mas?" celetuk Monday tapi yang diajak ngomong nggak noleh.
"Mau isi berkas sebagian dulu."
Monday beranjak kearah lemari, mengambil kaos biasa untuk Jay.
"Apa gak besok aja, udah mau jam sembilan." katanya melirik jam sekilas.
"Gak bisa sayang, nanti si batak marah marah lagi kalo gak rampung."
"... si batak?"
Jay mengangguk samar. "Klien."
Yasudah. Monday tungguin sambil pakai skincare malemnya. Sesekali melirik suaminya yang misuh misuh.
"Klien banyak mau, tau gitu gak gue terima kerja samanya."
Itu Jay ngetik tapi mulutnya nggak diem aja. "yang rugi bukan gue ini, dia sendiri."
Sampai kalimat terakhir dia nyerah. Capek, pengin tidur. Lanjut besok aja dah.
"Ganti kaos sama training dulu."
Kali ini Jay menurut. Ke kamar mandi buat ganti baju sama celana.
"Tidur aja biar aku yang beresin." titah Monday lalu beranjak membereskan berkas di meja kerja.
Jay balik merebahkan diri di kasur tapi nggak langsung tidur, nungguin istrinya dulu. Kan bucheen.
"Dibilang tidur aja." kata Monday ikut merebahkan diri.
"Gak bisa, peluk dong."
Monday menggeleng pelan, dia menarik selimut, mematikan lampu. Dan menyampingkan badannya.
"Sini."
Jay menurut. Mendekat, membiarkan tangan istrinya mengusap usap punggungnya lembut.
"Mas Jay kalo capek itu ya istirahat dulu, jangan dipaksa. Nanti yang ada malah emosi, ya?"
"Hm, iya."
Nasehat kecil itu kali ini masuk dalam telinga Jay. Dia juga menyahut kecil untuk merespon.