"Bad."
Jay mengangkat alisnya sebelah. "Gimana?" tanyanya masih kurang paham dengan si sulung.
"Bad papa, jelek."
Rei menghempaskan badan di sofa panjang tengkurap, masa bodoh dengan seragam yang masih dipakai.
"Ya apanya yang jelek?" tanya Jay sekali lagi berusaha sabar, dia mah sabar selalu ya kan.
"B. Inggris."
Hasil tes kemarin emang udah dibagi tadi, dan waktu lihat hasil nilainya sendiri, Rei udah nggak mood lagi.
"Berapa?"
Sebenernya Jay juga nggak terlalu nuntut sih, dia cuma becanda aja kalo mau minta beli apa apa harus dapat nilai bagus di Inggris, dia nggak pernah serius kaya gitu.
"Tujuh lapan." singkat Rei diselingi hembusan napas kasar. Ekspektasi dia terlalu tinggi deh kayanya,
"Itu udah bagus, diatas tujuh lima," ujar Jay santai sembari mengusak pelan rambut belakang si sulung.
"Nggak!" potong Rei cepat, "itu belum bagus. Papa bilang kalo mau beli apa apa harus bagus nilainya, itu belum bagus.."
Sekarang Rei menelengkupkan mukanya di bantal sofa sana. Persis kaya waktu acara pemberian nama adik kecil, dulu.
"Emang kamu mau beli apa, hm?"
Anak itu menggeleng samar dari posisinya. "Gak ada, Rei cuma mau bisa bahasa Inggris. Insecure Rei tuh, masa semua orang bisa Inggris, giliran Rei gak bisa. bodoh,"
"Ya itu kan kamu bisa?"
"Lain cerita papa, Rei cuma tau grammarnya doang."
Jay ya bingung juga sekarang. Baru pertama kali ini, seorang Reishiva bilang kalo dirinya insecure? ya nggak ada yang salah sih.
"Berarti kamu harus lebih giat lagi belajarnya, orang orang bisa bahasa Inggris kan belajar."
Dia menarik tubuh Rei untuk berganti posisi. "Gak boleh insecure gitu ah, gak suka papa tuh. Anak sholeh, rajin sholat sama ngaji, itu gak ada tandingannya."
Rei menipiskan bibirnya sontak. Ini dia disanjung gitu sama bapak negara? wah langka nih.
"Demi aktor korea kesayangan mama Monika Dahyu, Rei terharu nih.."
Jay memutar bola mata jengah kemudian senyum tipis. "Ganti baju, besok masih dipake."
"Iyaaaaa"
Dengan berat hati, Rei beranjak melangkah kearah tangga, lantai dua kamarnya.