"..... alhamdulillah." Rei mengecup pelan Al-qur'an yang baru selesai dibacanya dan meletakan di tempat yang udah disediakan khusus.
Dia melipat sajadah dan melepaskan baju kokonya, menyisakan kaos hitam dan sarung aja. "Perasaan ini hape bunyi mulu dah."
Waktu dicek ternyata cuma chat gaje dari grupnya berserta para cs; Unlimited Turbo Telkomsel (3.001 pesan)
"REISHIVA!!"
"Ini ada apa lagi ya, tumben banget papa teriak teriak... IYAAA I'M COMING PAK BOS!!"
Nggak ada kata damai di keluarga ini, sehari pun nggak ada. Karena emang penulisnya nggak suka kedamaian, alias penikmat keributan.
Akhirnya dia memutuskan untuk turun tanpa melepas sarungnya. "Apaan pa?" tanyanya saat sampai di dapur, mana nyomot satu paha ayam lagi.
"Nih, ambil." Jay menggeserkan sebuah benda berbentuk persegi panjang ke hadapan si sulung.
Rei mengernyit bingung. "Apa nih? mau bayar utang ke siapa lagi?"
"Buat kamu."
"Oh--- EH WHAT?! ISINYA BERAPA?"
Tangan Jay terangkat seolah ingin memukul dan membabi buta anaknya itu. "Seratus."
"Anj--"
"--jangan bilang mama."
"Lah kenape?" Rei menatap penuh selidik ke papanya itu. Patut dicurigai dong, tiba-tiba kasih kartu atm dan nominalnya gede banget terus mana nggak dibolehin sampai nyonya tau.
"Nanti kena omel."
"Ah gitu, okeh. Terus Rai dapet juga?"
Jay menggeleng samar. "Adek maunya tiket konser limited edition,"
"Berapa?"
"Gak tau. Kata om Jidan, satu tiketnya sekitar dualima, satu kelas ikutan semua." kata Jay acuh sambil lanjut makan.
"Satu kelas, temen Rai semua ada tigaenam. Dikali dualima juta berarti...."
Rei terdiam sebentar berkutat dengan otaknya untuk menghitung berapa jumlah uang yang dikeluarkan pak bos untuk kasih Raisa.
".... sembilanratus ya? BANYAK BANGET BUSET?!!" serunya nggak nyangka. Ini hitungannya dia bener kan, nggak salah kan, eh iya nggak sih.
"Jangan berisik."
"Papa gak salah nih? Rei balikkin aja deh, takut-takut nanti jadi orang pinggiran, amit-amit tapi deng, nih pa."
Jay menahan tawanya, "gak usah, masih ada banyak."
"Mana coba kasih tau."
Dia lantas membuka dompetnya dan langsung, tiga kartu warna hitam juga lima kartu atm biasa terpampang jelas di mata Rei.
"Yang item isinya berapa?" tanya si sulung lagi sambil menelaah isi dompet bapaknya, ada foto nyonya juga, dirinya sama Raisa waktu kecil, ada semua.
"Cek aja,"
"Gak tau caranya."
"Lewat aplikasi. Di hape papa ada tuh."
Itu anak beralih ambil hape, dan dompetnya dibiarkan berserakan. "Ini nomor yang dimasukkin yang mana?"
"Tuh, yang itu." Jay memberi arahan aja, dia lagi menikmati makan malam.
Mana di rumah sekarang cuma ada dua orang aja. Dia sama Rei doang. Raisa sama mamanya nginap rumah oma & opung.
Dan waktu terlihat berapa saldo yang tertera, Rei langsung nyebut sekeras mungkin karena terlalu shock, bahkan badannya ikutan tremor.
"Papa masuk keluarga terkaya raya gak di google?"
Cari-cari nama Jaya Lakeswara di google dan ketemu dong! (eh ini adanya di dunia planetjendral aja ya, kalian jangan aneh-aneh)
"Masuk ke jejeran orang paling kaya nomor dua di seluruh Asia."
Rei berdecak kagum. Dia selama ini nggak terlalu merhatiin perusahaan papanya, soalnya ya sukanya main aja sama csnya.
"Lusa, kamu yang gantiin papa."
"IH ENGGAK! GAK MAU!"
"Kenapa gak mau? toh gak ada yang bisa gantiin, secara cuma kamu pewaris keluarga papa, juga kan adikmu cewek."
Dengan penuh drama Rei menggeleng heboh tapi ala slomo-slomo gitu. "Gak ya pa, Rei mau jadi gamers aja."
"Hm, terserah deh."