22. ribut terus

403 64 0
                                    

Rei menyuapkan nasinya kasar ke dalam mulut. Bisa bisanya dia disuruh makan sambil nontonin adegan romantis.

Biasalah si tuan dan nyonya.

"Udahan ah ma, Rei kenyang." cetus dia sambil mendorong piring pelan.

Monday menatap piring si anak, nasinya belum habis setengah. "Masih banyak itu, abisin."

"Ah.." Rei meremat sendoknya keras. "Papa berangkat kerja aja deh, sana." usirnya. Sebel banget sama muka usilnya Jay.

"Dih ngusir. Kamu aja sana yang main."

Raisa mengerling malas. Terganggu, dia mengambil piringnya dan pindah ke depan tv.

"Ribut mulu kalo makan."

Tapi itu anak sama bapak bukannya diem, udahan ributnya malah lanjut. Monday juga males,

"Ya papa ini kan masih hari jumat, belum libu--"

"buka mulut aaaa" titah Monday menyendokan nasi ke mulut si anak.

Rei juga nurut, membuka mulut dan menerima suapan itu. "Udah diem, kunyah, telen."

Setelah menelan nasinya, dia kembali berujar. "Ini masih hari jumat, belum liburan juga kantor papa."

"Ya biarin, kantor punya papa. Apa? mau pro--" Jay menerjap pelan saat Monday menyuapi paksa dirinya.

Dan berakhir Monday menyuapi keduanya. Diselingi delikan tajam juga waktu mau adu mulut lagi.

"Di depan makanan gak boleh lho ribut ribut."

Rei bertatapan sinis dengan Jay. Memancarkan aura kemusuhan. "nyebelin."

"Kamu yang nyebelin."

Monday mengetukan sendok pada piring, memberi peringatan. "Kalian berdua ribut terus, mama pulang aja deh ya."

"Pulang kemana, orang ini kan rumah mama." kata Rei diselingi dengusan saat menatap papanya.

"Ya rumah mama yang dulu, sebelum tinggal disini."

"Jangan."

Rei mengulurkan tangan pada Jay tapi tatapannya dibuang kearah lain. "Baikan."

Jay bersedekap dada. "Ada syaratnya." ujarnya becanda.

"AH SYARAT MULU!! liat ma, masa papa perhitungan banget, nyebelin."

Syarat terus, syarat lagi, syarat aja.

"Enggak. Becanda." kata Jay lalu menerima uluran tangan itu.

Rei mendengus kasar. "Sekali kali Rei kek kasih syarat, biar adil."

"Gaya bener, boleh sih. Apaan?"

Si anak langsung semangat. Sampai melipat kaki juga di kursi. "Rei mau papa ajakin tante Nayang ngobrol, telfon aja."

"Nayang siapa?" celetuk Monday sambil menata piring kotor.

Jay membola, "A-anu itu, dia pegawai di kantor mas."

"Terus?"

Monday memicing mata curiga. Dan Rei malah ketawa tawa lihat wajah panik papanya.

"Y-ya gak ada terusnya sayang."

Rei perlahan berdiri dan say goodbye pada Jay untuk kabur. "Dadah papa~"

"Mas ada hubungan sama si Nayang itu?"

"ENGGAK!!" Jay sontak berdiri mengejar si nyonya yang nampaknya pundung.

Tidak lupa melempar sandal rumahnya pada Rei. Tapi dengan cepat si anak menghindar.

"Bwahahahaha" Rei duduk santai disamping Raisa yang tidak urusan dengan perdebatan itu.

Sempat pula ngambil ayamnya si bungsu yang sudah dipotong kecil kecil. "Abang!!"

"Satu doang elah, pelit amat."

Rei memakan ayamnya acuh dan membuka ponsel, bermain game bersama Justin dkk.

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang