Rei masuk ke dalam kantor besar bertuliskan Abimanyu Crop dengan malas malasan.
Dia diundang ke acara papanya yang katanya sih peresmian cabang baru kesekian kali di kota Banjar.
"Acara hari ini di ruangan mana dah... mbak?"
Salah satu karyawan disana bingung. "Maaf dek, sebelumnya adek ini siapa ya? nyasar ke sini kah?"
"Yang bener aja gue lahir di Jakarta masa iya bisa nyasar, mbak mbak. Saya tuh mau dateng ke acara peresmian cabang."
Siska menelan ludahnya kasar. "Tapi, yang diundang sebagian besar orang orang kenalan pak Jaya, dek."
"Yaallah... saya juga kenalan pak Jaya."
Rei menghela napas capek. Dia mengetuk jarinya di meja sana. "Bosnya Jaya Lakeswara kan?"
Siska mengangguk kecil.
"Mbak.. udah berapa lama kerja disini?"
"Sekitar tiga tahun, dek."
"Udah lama masa gak tau anak bos sendiri itu siapa."
Siska terdiam. Dia emang nggak tau sama sekali karena anak anak bosnya nggak pernah dateng ke kantor.
"Maksudnya...?"
"Mbak.. saya tuh anak pertama pak Jaya, Reishiva Daya Abimanyu.. pernah denger gak?"
"....pernah."
Saat akan berkata lagi tiba tiba ada suara cewek seusia Rei bertanya pada Siska. "Mbak, acara peresmian ada di ruang mana?"
"Hah?? oh! di lantai tiga, dekat ruang keuangan, dek."
Cewek tadi mengangguk dan melenggang pergi. Kini Rei menatap kesal Siska. "Itu anak langsung dikasih tau, lah gue?!"
"Cih, pilih kasih!"
Siska panik karena anak bosnya juga pergi, bedanya dengan keadaan ngambek. Takut dicepuin terus dipecat dia.
"Ya gusti Siska lo bego banget! masa anak bos sendiri kagak up tu det!!! lindungilah pekerjaan hamba yaallah."
Rei melirik canggung cewek cantik yang ada bersamanya di dalam lift.
GRUDUK GRUDUK PEEEES!!
Lift mendadak berhenti. Konslet deh kayanya. "Ini kenapa lagi?" Rei menekan tombol sana berkali kali.
"Elah papa jarang bayar tagihan pasti nih. Bisa bisanya konslet tapi gak ada yang tau."
Rei menangkap pergerakan si cewek yang mulai resah. "Ekhem.. anu itu lo mending telfon bokap ato nyokap coba."
"Eh?--- iya iya."
Dan semakin resah karena nggak ada jawaban sama sekali. "Gak diangkat.."
"Hmm...... sekarang jam sembilan kurang dua menit, masih ada ada waktu."
Rei mengambil ponsel dan menelfon bapaknya, yap diangkat. "Kamu lama banget, udah jalan belum sih?"
"Udah ini lagi di lift... tapi pa masa liftnya mendadak berhenti... Rei kejebak ini."
"Di lantai berapa?"
"Dua."
Sedikit lega karena Jay langsung mematikan sambungan dan meminta dirinya nunggu bentar.
"Lo... takut?"
"Dikit."
Setelah menunggu lama akhirnya pintu terbuka. Banyak orang di luar sana.
"Kamu gak berbuat zinah kan?"
Rei meringis, malu ngab banyak orang. "Ya gak lah! papa suuzon aja."
Ada seruan panik terdengar yang mana menyita atensi keduanya. "Jingga, nak kamu gapapa kan?"
"Gak yah, ya panik dikit sih."
"Om Evan.."
Evan yang terpanggil menoleh dan terkejut. "Loh Reishiva? kamu kok ada juga disini?"
"Nih.. diundang bapak negara."
Melihat rekan kerjanya bingung, Jay dengan malas menyahut. "Anak saya, Reishiva Daya Abimanyu."
Si sulung meringis karena dia sering ngutang di kafe istri Evan. Mana numpuk lagi.
"Yang bener???? kamu anaknya ceo tapi kok sering bon di kafe?"
Rei melirik takut takut papanya. Gelagapan. "Anu itu kan ngikutin trend om, minta pembayaran ke papa aja karena aghu... kebelet!!!"
"REISHIVA!!"